*Carly's Point of View*
Aku bangun di pagi hari dengan perasaan yang sedikit kecewa. Tidak, bukan sedikit kecewa lagi. Aku sangat kecewa.
Ingat kan, perkataanku kemarin sore, setelah aku, Harry, dan Lux pulang dari acara jalan-jalan kami?
"I need to talk to you tonight. Come to my room at 10 pm sharp, okay?"
"Sure thing, darling."
Dia bilang kalau dia akan datang pukul 10 malam. Tapi nyatanya, sampai pukul 12 malam pun dia tidak kunjung datang! Aku semalaman tidak bisa tidur, karena berjaga-jaga takut Harry datang, dan aku juga sudah terlanjur galau sehingga mataku memaksaku untuk tetap terjaga.
Akhirnya, aku baru bisa tidur sekitar pukul 4 pagi.
Dan sampai sekarang pun, aku masih saja merasa galau.
Aku bingung, kenapa Harry tidak menepati janjinya? Padahal, pada pukul 7 malam saja dia masih ada di penthouse, bahkan dia masih bercanda-canda denganku. Kita masih sempat bermain truth or dare, masih sempat makan malam bersama, masih bersama-sama.
Kenapa aku tidak mengatakan apa yang ingin kukatakan pada Harry pada pukul itu juga, saat kau sedang bercanda-canda dengannya?
Jawabannya mudah; aku belum siap. Sama sekali belum siap.
Aku bangun dari tempat tidurku dan memutuskan untuk mandi—mungkin pikiranku akan sedikit lebih jernih dan hatiku akan sedikit lebih tenang setelah mandi. Aku mengambil baju yang akan kukenakan hari ini, dan memasukki kamar mandi.
Aku membersihkan rambut dan badanku dengan pikiran melayang kemana-mana. Sungguh, aku masih penasaran terhadap Harry, kemana ia pergi, dan kenapa ia tidak menepati janjinya. Ya Tuhan, you can't make a promise you can't keep.
Setelah hampir setengah jam di kamar mandi (sebagian besar waktu kuhabiskan dengan melamun), aku keluar dari kamar mandi, dan mendapati 4 orang sedang melompat-lompat di atas kasurku.
These idiots.
"Hey! Jangan hancurkan kasurku!" teriakku, membuat keempat lelaki itu berhenti dan menoleh ke arahku. Kami bertatap-taptapan, dan sedetik kemudian, mereka melompat-lompat lagi.
Astaga, berapa umur mereka ini?! 5 tahun?
"Stop, stop, stop!" seruku, sembari naik ke atas kasur untuk menahan mereka supaya mereka berhenti.
"Ayolah, Carly, ini menyenangkan!" teriak Louis, sambil memegang tanganku erat-erat, membuatku ikut melompat-lompat. Zayn, Liam, dan Niall tertawa kegirangan.
"Ya ampun, aku senaaaaang sekali!" teriak Niall sambil melompat lebih tinggi lagi. Aku hanya mengerlingkan mataku, sembari menjaga keseimbangan karena aku tidak ingin jatuh dari kasur ke lantai dengan keras.
"Ini asyik, Carly, nikmatilah!" teriak Liam.
"Asyiiiiiiik!" teriak Zayn dengan suara menggelegar.
"Astaga, guys, guys! Umur kalian berapa, sih? Ya Tuhan, aku bisa gila hidup dengan kalian terus menerus, kalau begini caranya." Kataku, membuat mereka berempat berhenti melompat-lompat dan memandangku dengan puppy eyes yang melelehkan hati.
Aku masih tetap seorang Directioner, tahu.
"Maafkan kami, Mum Carly." Kata Niall dengan nada manja, sambil memelukku dengan pelukan teletubbies.
"Maafkan kami, kami tidak sengajaaaa."
"Berpelukaaan!" seru Liam, dengan nada teletubbiesnya. Astaga, kukira hanya aku saja yang suka menonton teletubbies saat masih kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Got You [harry styles]
Fanfiction(UNDER EDITING) [BOOK ONE] "And in the end, I know that you'll always be mine, Carly. I got you." (Book Two: Diamonds Aren't Forever) © 2012-2014 adorkablejudey All Rights Reserved.