Jungkook hanya menatap malas dosen yang tengah menjelaskan materi, entah kenapa pikirannya justru tertuju pada gadis itu, gadis yang baru dua kali ia lihat namun dengan kurang ajarnya pagi ini justru merusak hari Jungkook.
"Jungkook, Jungkook," Taehyung menyenggol bahu pria itu membuat Jungkook tersentak kaget dan menatap tajam ke arah Taehyung, sedangkan Taehyung hanya tersenyum kikuk.
"Kau di panggil Dosen Namjoon untuk menjelaskan apa yang di katakan ia tadi." Perkataan Taehyung membuat Jungkook sedikit gelagapan, ia membuka bukunya seolah sedang mencari materi yang baru saja di jelaskan dosenya.
"Hari ini membahas karya Chopin yang berjudul Tristesse." Ujar Sungyoon berbisik, pria itu duduk di samping Jungkook, dan memang sudah menjadi kebiasaan dua saudara itu selalu duduk di samping kiri dan kanan Jungkook.
"Etude No. 3, Op. 10 In E Mayor, banyak orang menyebut piece ini Tristesse karena mengambarkan kesedihan yang di ambil dari bahasa Prancis jika arti dari Tristesse ini adalah kesedihan. Piece ini merupakan Etude dari Chopin yang paling terkenal, bahkan tergolong sebagai salah satu karya terbaik Chopin. Bermain di nada dasar E mayor yang terkenal sebagai nada sedih dan sendu, selain itu sebagai tambahan, Etude itu merupakan karya yang dibuat untuk melatih tangan para pianis agar lihai menari-nari di atas tuts piano." Ujar Jungkook yang menjelaskan dasar dari penjelasan panjang lebar dan mendalan dari sang dosen, membuat dosen hanya menggeleng-gelengkan kepala.
"Tolong perhatikan penjelasan saya, jika kau sudah bosan silakan keluar, saya tidak mengajar mahasiswa yang melamun di sini." Ujar dosen menatap Jungkook tajam membuat pria itu hanya membuang wajahnya dan mendengus kesal.
"Hei siapa yang kau pikirkan Jeon Jungkook? Jarang sekali kau tidak fokus pada kuliahmu? Apa gadis yang mengajakmu berduet itu?" Tanya Taehyung dengan menaik turunkan alisnya membuat Sungyoon ikut tersenyum, namun lagi-lagi Jungkook mengacuhkannya seolah mereka berdua adalah hal yang tak terlihat.
Ucapan selamat siang dari dosen yang menandakan berakhirnya kelas hari itu membuat semua para mahasiswa segera bergegas membereskan alat tulis mereka dan menghambur keluar kelas, begitu juga dengan gadis yang hari ini mengenakan hoodie biru dongker, ia berjalan dengan tergesa untuk menuju gedung lain tempat di mana pria itu memiliki kelas yang berakhir sama dengan jam kuliahnya.
"Jeon Jungkook." teriakan Jiyeon yang begitu menggema di sepanjang koridor lantai satu gedung F itu membuat semua mata menatap horor ke arahnya, sedangkan gadis itu tidak memperdulikan tatapan aneh mahasiswa lain, ia sibuk mengatur nafasnya yang berlari dari gedung D dan beruntung menemukan Jungkook yang berjalan santai akan meninggalkan kampus. Ia berjalan mendekati pria itu dan tanpa aba-aba langsung menyeret Jungkook keluar.
Jungkook yang seolah kehilangan kendali terlihat pasrah saat Jiyeon menyeretnya, entah kemana pikiran pria itu yang selalu bersikap otoriter namun kini dengan mudahnya ia diseret oleh seorang gadis, dan saat pikirannya kembali ia langsung menyentak tangan Jiyeon kasar membuat gadis itu terkejut.
"Berapa kali kubilang berhenti mengangguku!" Jungkook menatap nyalanv Jiyeon dan meninggalkan gadis itu begitu saja.
"Aku tidak merasa menganggumu Jeon Jungkook, aku hanya mengingatkanmu jika kau memiliki kewajiban sebagai mahasiswa di sini untuk mengisi acara Spring Day." Ujar Jiyeon yang berkata tak kalah ketusnya, membuat Jungkook menatap gadis itu intens dari atas hingga bawah, Jiyeon yang di tatap dengan begitu nyalang mengigit bibirnya gugup.
"Persetan dengan acaramu. Dengar baik-baik, berhenti mengangguku jika kau ingin hidupmu tenang," Jungkook mengarahkan telunjuknya tepat di depan mata gadis itu, dan selanjutnya Jungkook berlalu pergi.
"Bahkan tanpa kehadiran dirimu hidupku tidak pernah tenang." Jiyeon melemaskan bahunya dan berujar lirih namun ucapan itu masih bisa terdengar oleh Jungkook, membuat pria itu menahan dorongan dalam dirinya untuk tidak berbalik dan melihat bagaimana wajah sendu gadis yang masih tertutup masker itu, dan setan egois dalam dirinya memenangkan pergulatan batin itu, ia terus melanjutkan langkahnya tanpa menoleh lagi ke belakang.
Jiyeon berjalan dengan kepala tertunduk setelah Jungkook meninggalkannya, kepalanya di penuhi pemikiran agar Jungkook mau berduet dengannya, rapat tadi siang membahas jika banyak sekali mahasiswa yang sangat antusias menanti penampilan Jungkook, bahkan banyak dari beberapa TV yang akan meliput acara tersebut dan sponsor juga berdatangan jika Jungkook benar-benar akan tampil, dan itu semua membuat kepalanya pening karena secara tidak langsung satu-satunya yang bertanggung jawab hanya dirinya.
"Apa yang dipikirkan otak cantikmu ini hingga kau mengorbankan tubuhmu untuk terluka?" Taehyung bertanya dengan santainya masih dengan senyum mautnya tanpa rasa berdosa karena telah membuat hati gadis itu berdesir.
"Apa ini ada hubungannya dengan Jungkook?" Suara lain di samping Taehyung membuat Jiyeon mengalihkan perhatiannya dan menatap Sungyoon yang tersenyum begitu manisnya, jika setiap hari ini ia akan terkena diabetes karena mendapat senyum manis kedua pria tampan itu.
"Ya begitulah, tidak bisakah kalian membantuku?" Jiyeon bertanya dengan nada putus asa membuat kedua pria itu menatapnya simpati.
"Mungkin jika di kampus kau tidak berhasil kau bisa kerumahnya dan lebih gencar lagi untuk membujuknya." Ucapan dari Taehyung seolah bagaikan tetesan air padang gersang yang langsung memberikan sebuah kehidupan untuk gadis itu, Jiyeon tersenyum dan menatap Taehyung penuh terima kasih.
"Kau bisa mengantarkanmu ke rumah Jungkook jika kau kau?" Sekali lagi tawaran dari Sungyoob membuat Jiyeon tersenyum dan mengangguk antusias.
"Tapi apa aku tidak menggangu waktu kalian?" tanya Jiyeon saat mereka menuju tempat parkir.
"Tidak, kami sudah tidak ada kelas hari ini." Sungyoon mengedipkan matanya dan menarik Jiyeon untuk masuk ke dalam mobil yang diikuti Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Born To Be Hurt
RomancePark Jiyeon wanita yang tak diinginkan orang tuanya, bahkan di anggap pembawa sial oleh keluarganya.