Bagian 8

170 35 10
                                    

"Kau memang tidak berguna!!" Wonbin langsung mendorong tubuh Jiyeon hingga gadis itu jatuh tersungkur, dan tanpa perasaan Wonbin memukul perut Jiyeon dengan kakinya berkali-kali.

"Jika besok kau tidak bisa memberiku uang, aku akan menjualmu " Wonbin menjambak rambut Jiyeon lagi, membuat gadis yang masih tersungkur di tanah itu mendongak dengan linangan air mata. Dan setelahnya Wonbin pergi dengan membenturkan sekali lagi kepala Jiyeon ke tanah.

....

Jiyeon berusaha bangun dengan kepala yang berdenyut, mencari pegangan untuk setiap langkahnya yang terasa lebih berat. Ia hanya bisa memejamkan matanya mengingat kembali semua hal yang terjadi pada dirinya, apakah kehidupan ' mereka ' lebih baik lagi setelah meninggalkan dan membuang dirinya di sini, ingatan itu membuat dadanya sesak, kenyataan yang berada dalam urutan pertama sebagai kenangan yang ia ingin lupakan, namun terasa sulit. Dibuang oleh keluarganya sendiri demi seseorang yang lain.

Rasanya baru beberapa meter setelah Jiyeon berjalan kini ia harus menghadapi tiga pertigaan yang terlihat seorang mabuk dihadapannya.

"Hai gadis manis, mau kemana malam-malam seperti ini? Bagaimana jika menemani kita malam ini?!" Ujar seorang pria dengan tubuh yang tambun mendekat ke arah Jiyeon mencoba meraih wajahnya, namun dengan reflek Jiyeon menghindar.

"Kau terlihat semakin seksi dengan wajah babak belurmu itu." Seorang pria yang lain berusaha meraih rambutnya dengan cepat Jiyeon menepis tangan pria itu dengan tangannya.

"Pergi. aku tidak ada urusan dengan kalian." Jiyeon berjalan meninggalkan ketiga orang itu, namun tiba-tiba seseorang menarik rambutnya dan langsung menjatuhkan tubuhnya ke tanah.

"Kau tidak bisa semudah itu pergi sebelum memuaskan kita gadis manis." Seorang pria dengan tubuh tumbun itu kini sudah berada diatas tubuh Jiyeon, dan bersiap menciumnya, namun dengan cepat Jiyeon menampar wajah pria itu dan mendorongnya sekuat tenaga dengan tangannya, tapi tenaganya tidak cukup kuat dengan mudah terkalahkan, kini yang ada justru ia yang mendapatkan tiga tamparan dari pria itu.

"Arrggghhh." Jiyeon berteriak sekencang-kencangnya, membuat ketiga orang itu panik dan langsung membungkam mulut gadis itu, teriakan Jiyeon ternyata membuat anjing di salah satu rumah menggonggong cukup kencang, ketiga pria yang takut akan ada penduduk yang melihat langsung meninggalkan Jiyeon, membuat gadis itu seketika menghembuskan nafasnya lega karena Tuhan masih berbaik hati mau menolongnya.

Dengan langkah gontai Jiyeon melanjutkan langkahnya, tidak, ia tidak akan ke supermaket dengan keadaan seperti itu, ia juga tidak akan pulang ke rumah dan membuat ibu dan adiknya khawatir, setidaknya ia harus membersihkan luka-lukanya dan mencari toilet umum.

Langkah Jiyeon sempoyongan dengan kepala yang terasa semakin berat dan pandangannya semakin mengabur, dengan langka berat ia menyebrangi jalan yang entah tidak menyadari jika lampu telah berubah untuk pengendara, namun Jiyeon tetap memilih meneruskan langkahnya.

"Yakk. Kau buta hah?! Tidak melihat rambu lalu lintas?! Brengsek!" Jungkook langsung keluar dari mobil dan mencengkram bahu gadis yang masih berdiri menyamping itu, dan langsung tersentak kaget melihat Jiyeon yang hampir saja ia tabrak, wajah gadis itu lebam di semua sisinya membuat Jungkook meringis, seketika perasaan marahnya menguap begitu saja melihat wajah kesakitan Jiyeon.

"Maaf..." Ujar Jiyeon lirih sebelum kegelapan merenggutnya, membuat Jungkook panik seketika dan menangkap tubuh tak berdaya itu.

"Yakk Jiyeon-ah buka matamu." Jungkook berujar panik, nama Jiyeon yang hanya diucapkan saat pertemuan pertama mereka langsung terpatri di otak Jungkook.

Jungkook langsung membawa Jiyeon ke rumahnya, ia harus meminta tolong pada Yoona kakaknya untuk memeriksakan keadaan Jiyeon.

"Nunna.... Nunna..." Jungkook langsung berteriak memanggil kakaknya, membuat Yoona yang berada di dapur bersama ibunya dan ayahnya langsung bergegas ke ruang tamu, dan ketiganya terkejut melihat Jungkook dengan wajah panik mengendong seseorang gadis dengan keadaan terluka.

"Ya Tuhan! Apa yang terjadi dengannya? Apa yang kau lakukan Jeon Jungkook?" Tanya Yoona menghampiri adiknya dan mengamati wajah Jiyeon dalam gendongan adiknya itu.

"Bukankah dia Jiyeon? Ya Tuhan, apa yang terjadi dengannya? Tadi siang dia masih baik-baik saja." Ujar Minjung membekap mulutnya.

"Itu tidak penting Nunna, kau harus mengobatinya lebih dulu. Kumohon." Ujar Jungkook dengan memelas membuat Yoona mengangguk, dan Jungkook langsung membawa Jiyeon menuju kamarnya.

"Kau keluarlah, biar aku memeriksanya." Intruksi Yoona pada Jungkook membuat pria itu mundur teratur dan keluar dari kamarnya, di depan pintu sudah ada Minjung dan Hoon dengan tatapan yang menuntut jawaban pada Jungkook, membuat pria itu menghela nafasnya.

"Sebaiknya kita tunggu Yoona di ruang tamu Eomma, Appa." Ujar Jungkook yang langsung menuju lantai satu diikuti oleh Minjung dan Hoon.

"Apa yang terjadi padanya Jungkook? Dia seperti orang yang habis dipukuli?" Tanya Minjung tak sabaran.

"Aku juga tidak tahu Eomma, aku bertemu dengannya di japan dan hampir saja menabraknya."

"Ya Tuhan. Untung saja hal buruk itu bisa dihindari." Ujar Minjung shock sekaligus bersyukur.

"Sepertinya hidup gadis itu begitu berat." Ujar Hoon menerawang membuat Jungkook menatap ayahnya dengan tatapan menyerngit, kenapa ayahnya jadi sok tau begini?

"Iya, padahal tadi sore dia selalu tertawa dan bercerita banyak tentang hal-hal lucu saat membuat cake denganku, siapa yang menyangka kehidupannya yang sesungguhnya, mungkin ia hanya berpura-pura tegar. Kau harus bersikap baik padanya Jungkook, jangan menambah bebannya." Ucap Minjung mengusap bahu Jungkook membuat pria itu kembali teringat gumaman Jiyeon tadi pagi.

"Kenapa suasana di sini tegang sekali?" Tanya Yoona melihat kedua orang tuanya dan adiknya hanya terdiam dengan pikiran masing-masing.

"Bagaimana keadaannya, Nunna?" Tanya Jungkook yang beranjak dari duduknya.

"Dia baik-baik saja kecuali luka lebamnya yang mungkin akan sedikit menyiksanya saat berekspresi, dan sepertinya ia harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit karena luka lebam yang cukup serius di perutnya, takut itu juga ikut melukai ulu hatinya."

Jungkook membuka dengan pelan pintu kamarnya seolah berusaha untuk tidak menganggu gadis yang terbaring di ranjangnya dengan wajah pucat itu, ia mendekat dan duduk di samping gadis itu, meneliti setiap inci wajah gadis itu dan tangannya, dengan gerakan perlahan menyentuh puncak kepala gadis itu, terus membelainya hingga menyentuh wajah yang kini berwarna kebiruan, mengusap sudut bibir Jiyeon yang juga tidak luput dari luka, ia menggengam tangan Jiyeon dan entah mengapa ia merasa ikut sedih melihat keadaan Jiyeon.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu? Dan siapa dirimu yang dengan beraninya membuatku tidak karuan seperti ini?" Jungkook berujar  disertai erangan frustasinya dengan ketidaktahuannya tentang apa yang terjadi pada dirinya.

..

Jungkook masih berada di tempatnya, duduk di sisi ranjang miliknya yang kini di tempati seorang gadis yang terbaring lemah. Deringan ponsel yang berasal dari tas Jiyeon itu menyentak Jungkook dari lamunannya tentang Jiyeon. Ia segera meraih tas itu dan mengambil ponsel milik Jiyeon.

"Jiyeon eonni, kau dimana? Kenapa belum pulang? Apa Appa melakukan sesuatu padamu lagi? Kau baik-baik saja kan? Kau tidak mengangkat panggilanku sejak tadi, aku dan Eomma sangat khawatir." Suara yang terdengar cemas bercampur ketakutan itu membuat Jungkook menyerngit, otaknya mencoba memahami maksud ucapan dari gadis yang ia yakini adik Jiyeon itu.

"Ooh, hai aku Jeon Jungkook, teman kuliah eonnimu, dia sedang bersamaku untuk suatu urusan karena kita kebetulan bertemu tadi, kau tidak perlu khawatir, aku akan mengantarnya dengan selamat nanti. Saat ini dia sedang di kamar mandi." balas Jungkook yang bahkan dengan lancar mengucapkan kalimat yang tidak pernah terpikirkan olehnya.

"Benarkah? Terimakasih Jungkook oppa, kumohon jaga eonniku dengan baik, aku akan mengingat namamu dengan baik, dan namaku Rose, terimakasih banyak Jungkook oppa."

"Ya. Sama-sama Rose." Setelahnya Jungkook mengakhiri panggilanya ia kembali beralih menatap Jiyeon yang terlihat menunjukan pergerakan dan perlahan netra yang mampu menyihir Jungkook itu terbuka.

Born To Be HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang