2 : The Power Of Halim

3.8K 444 88
                                    

Yuan bangun ketika hari sudah sore, badannya sedikit pegal dan bagian dagunya terasa bedenyut nyeri, belum lagi kepalanya yang mendadak pusing karena tidur terlalu lama. Suara Johnny dan Halim bisa dia dengar dari dalam kamar, sepertinya mereka sedang masak atau menonton sesuatu. Yuan pun menyibak selimutnya, lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka sebelum menghampiri Papa dan Halim. Dia terkejut saat melihat bibirnya yang bengkak, ah ini pasti karena lukanya. Bibirnya menjadi lebih perih sekarang.

Selesai mencuci muka dan merapihkan rambutnya, Yuan keluar dari kamar. Ternyata Johnny dan Halim sedang duduk di ruang keluarga dengan layar televisi yang menyala. Dia sedikit berlari kecil kemudian langsung memeluk Johnny. Papa yang mendapat pelukan mendadak sempat kaget, tapi saat dia mengetahui pelakunya adalah Yuan Johnny tersenyum.

"Tidur nyenyak boy?". Yuan mengangguk, nyawanya belum terkumpul. "Coba Papa liat lukanya dulu".

Yuan melonggarkan pelukannya kemudian menghadap Johnny. Halim yang ingin mengetahui keadaan Adiknya juga sekarang sudah berdiri di samping Daddy. Dia meringis saat melihat bagian bibir dalam Yuan yang berlubang seperti sariawan, belum lagi ada noda darah yang masih tertempel di sana.

"Sakit enggak?". Tanya Halim. "Kalo sakit jujur bilang sakit".

"Sakit..". Yuan menjawab dengan suara yang begetar. Dia ingin menangis karena setiap dia akan menelan air liurnya bibirnya malah semakin terasa sakit.

"Makan dulu ya? Biar bisa minum obat".

"Tapi nanti sakit Papa".

Halim mengelus pundak Adiknya. "Enggak apa-apa, pelan-pelan kok. Nanti kalo sakit nangis aja enggak apa-apa kok".

Setelah mendapat anggukan dari Anaknya, Johnny pergi ke dapur untuk mengambil bubur yang sudah dia beli tadi. Menghangatkannya ke dalam microwave sebentar kemudian dia menyiapkan mangkuk dan juga segelas air untuk Yuan. Johnny jadi tidak tega saat melihat keadaan dia, pasti perih sekali saat bibirnya harus terluka seperti itu.

"Kakak...". Yuan memanggil Halim, dia sedang tiduran di paha Kakaknya.

"Kenapa?".

"Sakit...".

Halim mengusap kepala Yuan. "Iya Kakak tau, tahan ya? Yuan kan hebat. Nanti Daddy bawa makan kamu harus makan biar cepet sembuh".

"Bener kata Kakak, ayo bangun terus makan". Johnny menaruh segelas air di atas meja. "Mau makan sendiri atau Papa suap?".

"Kakak aja yang suap". Halim merebut mangkuk dari tangan Daddynya. "Ayo aaaa~~ pelan-pelan".

Suapan pertama berhasil masuk namun setelahnya Yuan meringis. Padahal buburnya tidak di beri apa-apa tapi rasanya tetap perih. "Sakiitt..". Dia merengek.

"Enggak di kunyah juga enggak apa-apa, langsung telen". Johnny hanya bisa menenangkan Yuan dengan terus mengusap tangannya. "Ayo Yuan pasti bisa kok".

Hanya 8 suap bubur yang berhasil masuk ke dalam perut Yuan. Anak itu terus meringis sakit saat sesuatu menyentuh bibirnya.

"Minum obatnya dulu, nanti Papa bantu olesin salep".

Yuan menerima beberapa butir obat dari Johnny kemudian meneguknya. Setelah selesai, Johnny mengoleskan salep untuk luka di bibir Yuan. Halim yang melihatnya ikut meringis saat melihat Yuan kesakitan. Dalam hati dia terus mengutuk Bagas karena sudah menyebabkan Adiknya kesakitan seperti ini.

"Pelan-pelan dong Daddy itu Adeknya sakit ih". Halim protes.

"Ini udah pelan Kakak".

"Ya kalo pelan itu Yuannya enggak akan ngeringis, lebih pelan lagi".

Johnny and His 2 Children || YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang