34 : Langkah Awal

1.7K 259 69
                                    

Suasana di rumah sakit masih terbilang sepi meskipun beberapa perawat dan dokter sudah berlalu lalang untuk bekerja. Salah satunya Dimas yang sudah siap dengan pakaian dokternya. Dia harus ke ruang rawat Halim terlebih dahulu sebelum melakukan visit ke beberapa pasien. Dimas membuka pintu ruang rawat yang langsung di hadiahi pelototan Halim dan Mahesa seraya memberikan gestur agar dia tidak berisik. Saat dia mengikuti arah pandang Halim, ternyata Yuan dan Johnny masih tidur pulas di kursi, Kepala Dimas mengangguk paham, dia berjalan ke ranjang Mahesa terlebih dahulu kemudian memeriksa bagian lukanya bersama seorang perawat.

"Jangan banyak gerak dulu ya? Obatnya juga di minum. Besok sore udah bisa pulang kayaknya." Dimas menepuk puncak kepala Mahesa sebelum beralih ke ranjang Halim.

Butuh waktu yang sedikit lebih lama untuk memeriksa kondisi Halim. Lukanya yang tidak sedikit harus di periksa dengan telitit agar Dimas bisa mengetahui langkah selanjutnya agar anak ini bisa segera sembuh. Meskipun patah tulangnya membutuhkan waktu yang cukup lama, Dimas tetap harus memberikan progress yang jelas kepada Johnny nanti. Dia yakin pasti Halim ingin cepat-cepat sehat dan kembali melakukan hal-hal diluar nalar.

"Gipsnya bisa di buka kapan Om?"

"Kamu tuh baru masuk rumah sakit kemarin-kemarin, udah nanyain kapan di buka? Liat tuh muka kamu aja masih bonyok-bonyok. Sadar diri dulu sebelum nanya."

Halim manyun, dia kan hanya bertanya. Tapi Dimas malah menjawabnya dengan kalimat tajam, persis Rasyid sekali. "Aku cuma nanya."

"Nanya tuh yang bener."

"Jadi gimana? Aku harus ngapain aja?"

"Istirahat. Patah tulangnya butuh waktu buat sembuh. Jadi tolong jangan banyak tingkah terus."

"Gak bisa balapan dong?"

Dimas menarik nafas, ingin sekali dia memukul kepala anak sahabatnya menggunakan stetoskop yang menggantung di leher. "Bisa, bisa mati sekalian sana!" Dia langsung beranjak pergi karena tidak mau semakin emosi padahal hari masih pagi. Biar saja perihal kondisinya Dimas akan memberi tau Johnny nanti.

Sedangkan Mahesa yang sedari tadi mendengar percakapan keduanya berusaha menahan tawa. Halim ini sedang sakit juga yang di fikirkannya malah hal-hal yang tidak masuk akal. Pantas saja Dimas sampai kesal begitu, orang pasiennya saja tidak tau diri. Baru masuk ke rumah sakit sudah bertanya apakah dia boleh balapan kembali atau tidak? Tentu Dimas akan merasa kesal. Inginnya Mahesa meledek Halim, tapi saat melihat wajah tenang Yuan yang masih tidur dia mengurungkan niatnya. Jika dia meledek Halim dan Halim melawannya, sudah di pastikan ruangan akan ricuh seketika.

GEDEBUK!

"AWWW..."

"Yuaann..." Mahesa langsung menyingkab selimutnya kemudian menghampiri Yuan yang baru saja jatuh dari kursi.

"Adeekk..." Halim ingin melakukan hal yang sama tapi apa daya kondisinya masih belum memungkinkan, "Ya Allah bisa-bisanya jatoh sih makhluk bumi."

"You okay? Sakit? Mana yang sakit?"

Yuan mengucek matanya untuk menyesuaikan penglihatan yang masih buram. "Sakit..."

"Iya mana yang sakit?"

"Ini..." Yuan menunjuk pinggang dan punggungnya.

"Ayo bangun, duduk dulu biar kamu enggak pusing." Mahesa membiarkan Yuan duduk sementara dia membawa air mineral agar Yuan bisa sedikit lebih segar sebelum dia bertanya kenapa anak itu bisa terjatuh. Setelah air mineral berhasil di dapat, Mahesa kembali duduk di sebelah Yuan. Dia membiarkan sang adik meminum airnya terlebih dahulu dan memastikan keadaannya dalam keadaan yang baik-baik saja.

Johnny and His 2 Children || YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang