1 : Halim dan Yuan

6.2K 520 121
                                    

"Halim!!! Bangun!!!". Johnny berteriak di depan kamar anak pertamanya. "5 menit enggak bangun motor kamu Daddy sita".

"IYA AKU BANGUN".

"Papa...".

Johnny segera menoleh saat mendengar suara Yuan di belakangnya. "Good morning jagoan".

Yuan tersenyum kemudian memeluk Johnny. "Jangan sita motor Kakak".

"Papa bercanda sayang". Johnny mengelus surai putranya. "Ayo ke maja makan, kita sarapan".

"No..". Yuan menggeleng. "Aku mau bantu Kakak siap-siap dulu".

"Oke, kalo Kakakmu bandel, teriak panggil Papa".

"Siap kapten".

Yuan masuk ke dalam kamar Halim setelah Johnny pergi ke meja makan. Kamar Halim yang dominan dengan warna monokrom ini tidak pernah ada beresnya. Jadi setiap pagi Yuan yang akan membersihkan segala kekacauan yang dibuat Kakaknya. Meskipun berjuta-juta kali Halim sudah melarang, Yuan tidak pernah mendengarkan. Maklum, keras kepalanya sama seperti dia. Sura musik indie masih mengalum dari dalam kamar mandi, Halim sedang bernyanyi di dalam, sementara Yuan hanya menggelengkan kepala saat dia mendengar Halim menyanyi, untung saja suara dia bagus.

"Wooaahh...". Halim yang baru keluar dari kamar mandi terkejut saat melihat Yuan. "Salam dulu kek".

"Aku udah teriak manggil-manggil Kakak enggak denger, budek".

"Heh apa kamu bilang?".

Yuan memutar bola matanya. "Udah sana di baju, aku udah simpen bajunya di atas kasur. Jangan lama-lama nanti telat".

"Bawel kayak Ibu tiri".

"Dari pada Kakak kayak medusa". Yuan segera berlari takut Halim akan membalasnya.

"AWAS YA YUAWANDRA". Halim berteriak setelah Yuan menutup pintu kamarnya.

Sementara di luar kamar, Yuan sedang tertawa karena berhasil mengerjai Kakaknya. Karena tugas paginya sudah selesai dia pun cepat-cepat turun untuk menyusul Johnny di meja makan.

"Kamu apain Halim hmm?". Johnny langsung bertanya begitu anak bungsunya duduk di kursi.

"Aku katain medusa, abis dia bilang aku bawel kayak Ibu tiri".

"Ya emang bawel". Sahut Halim, dia ini memang punya kelebihan bersiap secepat kilat seperti bunglon.

"Oke kids, jangan berantem. Ayo sarapan".

Halim segera duduk di sebelah Yuan, Adik laki-lakinya itu senang sekali memakai hoodie kebesaran entah maksudnya untuk apa padahal jelas-jelas cuaca Jakarta panas sekali. Karena risih saat melihat lengan hoodienya berkali-kali terkena nasi goreng, Halim pun meraih tangan Yuan kemudian mengangkat lengan hoodie sang Adik. Tapi matanya langsung membola saat dia menemukan memar biru di bawah sikunya.

"Ini kenapa?". Tanya Halim.

Johnny yang sedang memakan sarapannya ikut memperhatikan lengan Yuan. "Yuan you okay?".

Yuan mengangguk mantap. "Ini cuma kepentok meja kemarin pas balikin buku ke perpus".

"Kamu enggak bohong kan? Ada yang usilin kamu lagi? Iya?".

"Enggak ada Kak, ini beneran kepentok meja. Tanya aja sama Rasyid".

"Kalo ada yang usilin kamu lagi bilang sama Papa atau Kakak, oke? Jangan di pendem sendirian". Johnny menasehatinya. "Papa enggak akan maafin diri Papa sendiri kalo kamu sampe kenapa-kenapa".

"Tuh dengerin Daddy, jangan apa-apa enggak enak apa-apa takut. Ngerti kamu?". Halim menggertaknya.

Yuan menunduk saat mereka berdua menatapnya tajam. "Ngerti Papa, Kakak".

Johnny and His 2 Children || YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang