4 : Oma

3.4K 412 61
                                    

Part ini panjang banget maappiinnn 😭

---

Ini bukan hal yang bagus, Halim melirik cuaca di luar, hari ini cuaca sedang bagus dan cerah, tapi kenapa Tuhan seperti mengutus nenek sihir ke rumahnya? Halim dengan cepat menarik tangan Yuan untuk menyembunyikan dia di belakang punggungnya. Kehadiran Oma yang tidak di sangka seperti ini bukan hal yang baik. Selama menunggu Oma datang ke tempatnya dia buru-buru mendial nomor Johnny, setelah ponselnya bergetar tanda panggilan diterima Halim hanya membiarkannya. Semoga saja Johnny tau bahwa mereka sedang dalam masalah.

Wanita yang di panggil Oma itu tersenyum saat melihat kedua cicitnya yang terkejut. Dengan anggunnya wanita yang sudah berumur itu berjalan menghampiri Halim kemudian merangkulnya. "Kamu udah besar, pangling Oma liat kamu".

Halim melepaskan rangkulan Oma. "Sejak kapan Oma disini? Kenapa enggak bilang kalo mau ke rumah?".

"Belum lama sejak kamu pulang, Halim sudah makan? Mau makan diluar sama Oma?".

Sedangkan Yuan hanya menunduk di belakang punggung Oma, ini akan menjadi hari yang sial untuknya. Dia sebenarnya ingin pergi tapi tangan kanannya di pegang erat sekali oleh Halim.

"Yuan? Lagi apa kamu disitu? Sana ke kamar". Oma melirik Yuan.

"Oma...". Halim menatap Oma. "Aku sama Yuan ganti baju dulu". Dia menarik tangan Yuan meninggalkan Oma yang terlihat kesal.

Sampai di kamar, Yuan di dudukan di atas kasur. Sedangkan Halim sudah sibuk dengan ponselnya. Panggilannya dengan Johnny masih terhubung dan dia menjelaskan bahwa Oma ada di rumah sekarang. Halim melirik Yuan yang masih menunduk, ini benar-benar tidak bagus sama sekali. Oma tidak pernah menyukai Yuan dan selalu menolak kehadirannya. Oma berfikir bahwa Yuan tidak seharusnya hadir kemudian hanya menjadi aib bagi keluarga.

Halim kadang membenci keluarga besar Daddynya, mereka terlalu mementingkan harga diri, tapi harga diri mereka hanya sebatas uang dan kekuasaan. Jika benar mereka mementingkan herga diri, pasti mereka bisa menghargai keberadaan Yuan. Nyatanya mereka malah menentang kerasa kehadiran Adiknya. Padahal Kakek dan Daddy sudah menjelaskan bahwa ketika itu Johnny di jebak dan Yuan sama sekali bukan kesalahan. Lagipula selama ini mereka saja tidak mengetahui siapa Ibu Yuan, bahkan wanita itu tidak menuntut tanggung jawab apapun selama hamil. Halim yakin Yuan juga tidak mau hidupnya harus terlahir seperti ini, itulah mengapa dia sangat menjaga Yuan.

"Sebentar lagi Daddy pulang, tenang ya?". Halim mengusap pundak sang Adik. "Ganti baju dulu sana, nanti kita keluar kalo Daddy udah sampe".

Yuan hanya mengangguk kemudian membuka lemari Halim, ada beberapa potong baju miliknya yang sering di pinjam Halim disini. Setelah mendapatkan pakaiannya dia masuk ke dalam kamar mandi. Mata Halim tidak lepas memperhatikan Yuan sampai dia masuk ke dalam utnuk berganti baju.

"Kamu tenang aja, aku enggak akan biarin Oma buat ulah kali ini". Gumam Halim.

Helaan nafas Halim terdengar di ruangan yang sepi ini saat dia mengingat perbuatan Oma pada Yuan. Seperti yang sudah-sudah saja Oma berani menyebut Yuan sebagai anak haram, membandingkan Yuan dengan Halim dan Bagas, mengusirnya secara terang-terangan, mengatai anak itu benalu dan kalimat cacian lain. Karena itu Johnny tidak pernah lagi menghadiri acara keluarga yang di adakan rutin setiap bulan, kecuali jika orang tua Johnny ikut hadir. Dia tidak bisa meledakkan amarahnya di depan Halim dan Yuan. Ternyata hari ini Oma justru nekat dengan datang ke rumah mereka.

"Udah? Tunggu disini bentar, Kakak ganti baju dulu". Halim dengan cepat meraih asal kaus dan celana training kemudian masuk ke dalam kamar mandi.

Saat menunggu Halim pintu kamarnya terbuka. Yuan terkejut saat melihat Oma di ambang pintu. "Oma...".

Johnny and His 2 Children || YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang