PART 01 || Seri Kedua

10.2K 1.2K 17
                                    

Mendengar sedikit isi dari cerita seri kedua ‘Heart Of the Princess’ itu membuat Chiara sangat penasaran. Semua bayangannya salah karena berharap jika tokoh utama dalam seri pertama sudah bahagia. Putra Mahkota Caesar dan juga Putri Mahkota Ava.

Yang baru Chiara sadari jika perkataan lelaki itu benar. Cerita ‘Heart Of the Princess’ menceritakan tiga tokoh utama, yaitu Caesar, Ava, dan Adriana. Di seri pertama, Caesar dan Ava memiliki akhir bahagia yaitu bersatu menjadi pasangan mahkota. Sedangkan Adriana diceritakan mati di seri pertama.

Siapa yang tahu jika Adriana masih hidup di seri kedua? Luar biasanya, di seri kedua, sudut pandang dipakai oleh si antagonis. Seri kedua pun menceritakan kisah kehidupan Adriana yang putri Duke dan Adriana yang Putri Kekaisaran.

Chiara berfikir jika semua ini sangat menarik. Ia tidak tahu jika cerita ‘Heart Of the Princess’ itu memiliki kelanjutan cerita, bahkan sampai seri ketiga. Lelaki itu berkata jika seri kedua dari cerita ‘Heart Of the Princess’ berjudul ‘The Secret Behind the Evil Face’.

Rahasia di balik wajah jahat. Sedikit menakutkan. Tapi dari judul, Chiara sudah tahu jika seri kedua secara garis besar menceritakan kehidupan Adriana. Berbeda dengan seri pertama yang hanya menceritakan perbuatan jahat Adriana kepada Ava, seri kedua akan menceritakan kisahnya.

Chiara bangun dari duduknya dan tersenyum kearah lelaki di depannya. Di genggamnya novel ‘Heart Of the Princess’ di tangannya, “Terimakasih sudah memberi tahu informasi itu.”

Lelaki itu menjadi salah tingkah, “Ah, tidak apa-apa.”

“Aku permisi duluan. Sampai jumpa.”

Chiara pergi dari meja itu dan berjalan kearah rak untuk menyimpan bukunya yang sudah selesai ia baca. Sudah tiga jam lamanya Chiara menghabiskan waktu hanya duduk di meja baca. Hari pun sudah siang dengan matahari yang sudah ada di atas kepala.

Perpustakaan adalah salah satu pusat yang ramai dikunjungi. Anak muda, anak-anak, sampai orang dewasa pun selalu terlihat lalu lalang di sekitar pintu utama, rak-rak buku, ataupun ruang baca. Itu pun yang dilakukan Chiara sekarang. Berada di perpustakaan di hari libur.

“Permisi.”

“Iya?”

Seorang pegawai perpustakaan yang sedang menyusun buku menoleh kearah Chiara dengan ramah. Dia adalah seorang wanita dengan tahi lalat yang ada di bawah bibirnya. Tersenyum dengan manis kearah Chiara yang tadi memanggilnya.

“Apakah anda pernah melihat buku yang berjudul ‘The Secret Behind the Evil Face’?”

“Apa itu novel?”

“Iya.”

Wanita itu tersenyum lalu menunjuk pada rak-rak yang ada di pojok perpustakaan, “Aku seperti melihat buku yang kamu maksud ada di sana. Maaf tidak bisa menunjukannya secara jelas karena aku sibuk di sini.”

“Ah, tidak apa-apa. Terimakasih telah memberi tahu.”

Setelah tersenyum sekilas kepada pegawai wanita yang telah menolongnya, Chiara berjalan kearah yang di tunjukan. Sekilas Chiara tidak yakin untuk pergi ke sana karena tempat itu berada paling pojok di perpustakaan ini. Dapat dilihat jelas jika di sana gelap karena tidak bisa disinari cahaya.

Sesampainya di sana, Chiara mulai mencari buku yang di carinya. Di sini sedikit berdebu dan buku-buku yang di susun kebanyakan sudah ada yang sedikit rusak atau kertasnya yang sudah kekuningan. Tempat ini sepertinya tidak terurus. Aneh, padahal ini termasuk bagian perpustakaan juga.

Butuh waktu tiga puluh menit untuk bisa menemukan buku itu. Chiara bahagia bisa tahu seri kedua dari cerita itu. Ia benar-benar penasaran sampai bertekad jika seri kedua itu tidak ada di perpustakaan, Chiara akan membelinya di toko buku.

Benar yang di katakan lelaki itu. Seri kedua itu berjudul ‘The Secret Behind the Evil Face’. Covernya menunjukan seorang gadis berjubah hitam yang sedang membawa lilin. Posisi gadis itu sedang berdiri dan membelakangi. Dan pemandangan didepannya adalah gerbang menuju hutan.

Jika diamati, tebal buku itu sangat tebal. Chiara tak yakin bisa selesai membaca cerita itu hanya di perpustakaan. Cerita ini sedikit berbeda dari kebanyakan novel. Mulai dari cover, judul, tema, alur, dan terpenting adalah ketebalannya tidak main-main.

Dengan perasaan senang, Chiara pergi dari rak-rak sana dan berjalan kearah tempat peminjaman buku. Karena Chiara tahu jika waktu yang dibutuhkan akan lama, ia berencana akan meminjamnya ke rumah dan mengembalikannya besok.

“Permisi. Saya ingin meminjam buku ini.”

Seorang wanita yang sedang sibuk-sibuknya menatap kearah layar komputer mendongak dan menatap Chiara yang kini menyodorkan sebuah buku dan kartu keanggotaannya. Wanita itu tersenyum dan mengambil buku yang diberikan Chiara untuk di proses.

Wanita itu, apakah aku pernah bertemu di suatu tempat? Batin Chiara.

Chiara meneliti wajah wanita yang sedang memproses bukunya itu. Entah mengapa Chiara seperti pernah melihat wajah itu. Tak lama, seperti baru saja Chiara melihat wajah itu dan sekarang ia melihatnya lagi. Tapi jika mereka saling mengenal, bukankah wanita itu akan tahu?

“Chiara? Kamu mendengar apa perkataan saya?”

Chiara tersadar dari lamunannya, “Eh, iya, apa?”

Wanita itu menghela nafas dan kembali tersenyum kearah Chiara sebari menyodorkan buku dan kartu keanggotaan milik Chiara, “Buku bisa dikembalikan setelah dua minggu peminjaman. Jangan sampai rusak, sobek, di coret-coret,  basah, dan juga hilang. Jika anda diketahui menghilangkan buku, anda akan di denda sebesar satu juta.”

“Iya, saya mengerti. Terimakasih.”

Chiara menerima buku itu dan segera pergi kearah loker untuk mengambil tasnya di sana. Setelah memasukan buku yang di pinjamanya ke dalam tas, Chiara segera pergi dari perpustakaan kota itu. Waktu sudah menunjukan pukul dua siang, tapi perpustakaan kota masih ramai.






























Next part...

“Penggemarmu?” Gadis itu terkekeh dan menatap lelaki bernama ‘Oris’ itu dengan senyuman mengejek. “Sejak kapan gadis itu menjadi penggemarmu? Kau lihat sendiri bukan jika gadis itu tidak tahu apa-apa tentang seri kedua? Kau yang sengaja mendorongnya untuk masuk menjadi tokoh itu sendiri.”

Oris menatap gadis itu dengan iris mata yang tiba-tiba berubah menjadi hijau. Pupilnya memanjang seperti pupil yang dimiliki kucing. Sejenak, gadis itu terkejut dan mundur satu langkah saat pandangannya menatap mata yang kini menatapnya mengerikan.

“Kapan kau bisa mencampuri urusanku?”

---

Assalamualaikum...

Alhamdulillah masih bisa ketemu kalian di next part cerita ini ya.

Btw, aku baru tahu dari orang kalo seandainya udah tanda tanya itu gak boleh pake titik. Sedangkan aku selalu pake titik. Apakah itu benar seperti itu? Aku belum tahu, gays.

Aku gak bakal perbaiki ya karena males harus baca lagi dari awal. Kalian tahu kan kalo cerita ini udah sampai part 32. Aku gak mood buat perbaiki dari awal.

Jadi karena masalah ini, aku akan satuin aja nanti pas revisi. In sya Allah kalo udah revisi, ceritanya bakal rapi.

Jangan lupa vote dan komen untuk mendukungku untuk terus update.

Hati-hati banyak typo. Akan direvisi jika sudah tamat.

Ending Of the Villain (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang