“Salam nona Adriana.”
Chiara yang terfokus menatap bulan beralih menatap seorang pelayan yang sedang menunduk di depannya. Ia beranjak dari duduknya dan mengeratkan jaket mantelnya di tubuhnya. Cuaca di luar sangat dingin saat malam hari. Chiara ingin melihat bulan yang terakhir kalinya di kediaman Duke Bailey ini walau ia sehabis bangun dari pingsan.
“Jangan menunduk begitu.”
Dengan perlahan, Chiara memaksa pelayan itu untuk menatapnya. “Bagaimana? Kau sudah memberikannya pada Ray?.”
“Sudah nona. Tuan muda menerima pemberian nona.”
“Baiklah. Maaf karena harus mengganggumu di tengah malam ini. Kamu bisa kembali.”
“Tidak apa-apa, nona. Saya permisi.” Pelayan itu menunduk kecil lalu pergi dari sana.
Setelah pelayan itu pergi, Chiara kembali berjalan kearah tempat duduk yang persis menghadap bulan. Diatasnya terdapat pohon besar yang melindungi sesuatu dari bawah. Chiara nyaman duduk di sana setelah kembali dari taman tanaman obat untuk mengambil obat yang dipetik Ray.
Duduk disana dengan nyaman, Chiara kembali menatap bulan dengan angin malam yang bertiup. Ada beberapa bintang yang menghiasi langit, menemani bulan yang nampak sendirian menyinari langit. Chiara menyukai bulan karena dia adalah benda penerang di malam hari.
Memikirkan semuanya yang terjadi di taman tanaman obat, Chiara baru tersadar dengan apa yang ia dapatkan. Chiara mendapatkan ingatan-ingatan kelam Adriana. Semua itu sangat menakutkan dan Chiara tidak ingin mengingatnya lagi. Terlebih lagi, ingatan itu didominasi oleh ingatan Adriana yang menyiksa Raymond.
Ray dan Rey adalah anak yang lahir tanpa kasih sayang seorang ibu. Mereka lahir atas perjuangan Duchess yang langsung meninggal saat berjuang penuh untuk melahirkan si kembar, Ray dan Rey. Mereka tumbuh menjadi anak yang sedikit pediam. Hidup dengan emosi yang mereka lampiaskan kepada kegiatan masing-masing.
Chiara tersenyum kecut memikirkan itu. Ray adalah anak yang imut dan tampan. Awal Chiara melihatnya di taman, ia tidak berfikir jika anak itu adalah Raymond. Kali ini ia menanyakan pemikiran Adriana yang tega menyiksa anak seimut dan selucu Raymond.
“Gadis ini sangat menyedihkan.” Ucapnya lirih.
“Nona, anda tidak tidur?.”
“Ya...”
Tanpa menolehpun Chiara tahu jika yang bertanya itu adalah Clare. Gadis pelayan itu segera menghampiri Chiara dan berdiri di belakangnya. Tidak sopan jika seorang pelayan seperti Clare berani untuk duduk di samping tuannya. Mereka berbeda derajat.
“Aku tidak bisa tidur karena memikirkan hari esok.”
“Nona...”
Chiara menoleh dan menepuk kursi panjang di sampingnya. “Duduklah Clare. Sudah aku katakan jika kamu boleh duduk di sampingku. Jika ada yang bertanya, maka jawab saja jika itu perintah langsung dariku.”
“Ah, baiklah nona.”
Mereka berdua sama-sama diam. Menatap bulan yang mulai tertutup oleh awan hitam. Cahayanya mulai menghilang menyisakan angin yang sangat kecang tertiup. Clare mengeratkan mantel lusuhnya dan Chiara pun hanya diam tak berkutip. Merasakan angin dan menghayatinya. Memang dingin, tapi Chiara merasakan hal lain.
“Nona, diluar sangat dingin. Jika anda sakit bagaimana?.”
“Tidak ada pelayan yang memerhatikan aku sampai begini. Pelayan lain sama sekali masih takut padaku. Apalagi keluarga Bailey yang mungkin tidak peduli jika aku mati sekalipun.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending Of the Villain (END)
Fantasy(Tersedia versi E-book) [Maaf, beberapa part telah di hapus untuk kepentingan E-book. Silahkan tinggalkan cerita ini jika kalian tidak ingin kecewa. Sekali kali, saya minta maaf🙏] Memikirkan untuk masuk ke dunia novel saja tidak, tapi kenapa bisa C...