“Ah, iya. Maaf soal kejadian di taman obat itu. Karena aku yang memaksa untuk mengambil alih tubuhku, kamu jadi mengeluarkan darah dan pingsan. Aku sungguh ingin mengatakan maaf kepada semua orang saat itu. Maafkan aku sekali lagi.”
Mendengar itu, Chiara kembali teringat dengan kejadian di taman obat kediaman Bailey. Memang terlihat drama sekali. Seperti ia memang benar-benar ada diatas panggung dan tengah memainkan serial drama. Tapi sayangnya ini kenyataan. Sesuatu yang aneh memang terjadi kepada Chiara saat ini. Dan ini nyata.
“Maaf atas semua perbuatan jahat ku.”
“Aku sudah menyakiti banyak orang termasuk Raymond. Aku tidak bisa dimaafkan.”
“Aku ingin keluarga.”
“Dan bahagia.”
Chiara kembali terdiam memikirkan itu. Adriana tulus. Menanggung beban kebencian orang-orang hanya karena perbuatan Zarus. Dia dikenal sebagai sang antagonis. Tapi setelah Chiara mengalami semua ini, ia tahu rasanya rasa sakit. Rasa kesendirian. Rasa takut yang berlebihan. Adriana asli mengalaminya.
Dunia memang berlaku tidak adil kepada sebagian orang. Terlahir dan tidak diinginkan. Itu adalah Adriana. Statusnya adalah bangsawan, tapi di depan namanya tertera anak haram. Siapa lagi yang akan mengasihani Adriana. Memberikannya kasih sayang? Tidak ada selain dirinya sendiri.
“Jangan dipikirkan. Lagian itu adalah tubuhmu. Aku yang harusnya berterimakasih karena kau sudah meminjamkan tubuhmu untuk jiwaku.” Chiara tersenyum.
“Kau baik, Chiara. Pertama kalinya aku mendapatkan teman sepertimu.”
“Setelah semua ini berakhir, kau tidak akan sendirian lagi karena aku akan membuat hidupmu berubah.”
“Yah, aku akan menantikannya.”
Mereka berdua tertawa. Saling melempar cerita dan candaan. Di padang rumput itu, dibawah teduhnya pohon yang rindang, angin berhembus menyejukan. Chiara menatap keatas langit yang berwarna biru. Indah. Dengan awan yang berbentuk abstrak untuk dilihat.
Kejadian yang sama terulang kembali. Tubuh Chiara perlahan-lahan mulai berubah menjadi butiran-butiran pasir. Chiara menatap Adriana yang tersenyum kearahnya. Sangat meneduhkan. Adriana yang asli memang berperilaku baik. Bahkan terlihat cantik saat tersenyum.
“Adriana?”
“Sudah waktunya kau kembali. Ini terlalu lama untukmu berada di sini.”
“Ta-tapi. Kamu sendirian di sini.”
Chiara sedih menyadari itu. Karena jiwanya yang tersesat, Adriana harus menanggung beban untuk tinggal di dalam tubuhnya sendiri. Jika saja Chiara tidak datang, mungkin jalannya tidak akan seperti ini. Adriana akan merubah takdirnya karena melakukan ritual sihir pengembalian waktu. Semuanya akan sempurna sampai Chiara datang menghancurkannya.
Rasa tidak enak muncul di hati Chiara. Ia harus gera-gera menyelesaikan ini semua dan mencari jalan keluar untuk kembali ke dunianya. Tidak mungkin untuk Chiara terus hidup di dalam tubuh Adriana. Itu bukan tubuhnya.
“Jangan lupa, ini sudah takdir yang ditentukan Tuhan. Kau datang ke sini karena takdir.”
“Eh?”
“Jangan dipikirkan. Aku tahu kau merasa tidak enak padaku, bukan? Aku baik-baik saja. Pertemuan yang selanjutnya, mari kita bertemu dan bercerita kembali.”
“Adriana! Tapi aku-.”
“Sampai jumpa.”
Perlahan-lahan, sosok Chiara menghilang dari sana. Adriana menatap pasir-pasir itu yang berterbangan ke udara. Di langit memang indah. Biru, bersinar. Dengan awan-awan yang menghiasi langit yang polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending Of the Villain (END)
Fantasy(Tersedia versi E-book) [Maaf, beberapa part telah di hapus untuk kepentingan E-book. Silahkan tinggalkan cerita ini jika kalian tidak ingin kecewa. Sekali kali, saya minta maaf🙏] Memikirkan untuk masuk ke dunia novel saja tidak, tapi kenapa bisa C...