Setelah kejadian itu, langit mulai menjingga. Reymond menyibukan dirinya berlatih pedang di lapangan dengan keringat yang terus membasahi tubuhnya. Di sana pun ada seorang pelayan laki-laki yang berdiri agak jauh dari posisi Reymond saat ini.
Aku... apa yang telah aku katakan padanya. Batin Reymond.
Ayunan pedangnya semakin cepat. Memikirkan kejadian beberapa jam lalu membuat pikiran Reymond kini dipenuhi oleh ucapan dan teriakan kesakitan Adriana. Baru kali ini hatinya sakit melihat orang yang paling di bencinya mengalami itu. Orang yang paling ia harapkan untuk mati terpuruk dari kesedihan.
Reymond sangat marah pada dirinya sendiri. Ia menyalahkan dirinya sendiri akan apa yang telah terjadi pada Adriana. Jika saja ia tidak mengatakan kata-kata menyakitkan pada Adriana, mungkin sekarang gadis itu akan baik-baik saja. Apa yang membuat kakaknya itu kesakitan?
Aku kira dia akan memukulku dan Ray. Batin Reymond.
Aku... aku tidak bermaksud membuatnya seperti itu. Batin Reymond.
“Clare, itu sangat sakit. Perbuatan ku sangat tidak termaafkan.”
“Akh! Kepalaku sakit! Aku.. aku tidak bisa melihat semuanya! Itu menyakitkan!.”
“Aku minta maaf.”
Memikirkan itu membuat wajah Reymond semakin kesal. Hatinya panas jika kejadian yang menimpa Adriana terus berputar di sekeliling otaknya. Bahkan kali ini, ayunan pedang itu semakin mengayun acak dengan arah yang tidak menentu. Reymond ingin melampiaskan semuanya melalui pedang yang dipegangnya ini.
“Tuan muda....”
Aku orang yang jahat... Batin Reymond.
“Tuan, tolong berhenti....”
Aku adalah penyebab dia seperti itu. Batin Reymond.
“Tuan Reymond, anda sudah kelewatan....”
Aku telah membuat seseorang kesakitan. Batin Reymond.
“Tuan muda, dengarkan saya...”
Aku..... Batin Reymond.
Srang.
Ayunan pedang Reymond berhenti. Pelayan laki-laki yang sedari tadi memanggil segera berjalan mendekati tuannya dan melihat luka goresan yang tercipta di pipi bagian kiri Reymond. Darah mengalir keluar dan menetes di tanah. Reymond sama sekali tidak merasakan sakit apapun.
Reymond menyentuh pipinya dan menutup luka itu membuat tangan Reymond berlumuran darah. Pelayan tadi segera menuntun Reymond pergi dari sana untuk mengobati luka di kediaman. Pada akhirnya, Reymond hanya bisa menurut. Toh, semakin dipikirkan saja, Reymond malah semakin tidak tenang.
===
Hari sudah malam. Bulan naik keatas langit dan menyinari bumi dengan cahayanya yang sempurna. Raymond termenung di kamarnya sebari menatap bulan yang bersinar melalui jendela kamarnya yang terbuka. Dengan santai, Raymond duduk di jendela itu sebari bersandar memikirkan kejadian yang tak lama ini terjadi.
Jika semua orang berfikir jika Raymond hanyalah anak laki-laki kecil yang imut, itu adalah salah. Raymond dan Reymond punya pemikiran yang dewasa. Walau tubuh mereka masih tergolong kecil, tapi keluarga Bailey menuntut putra putri mereka untuk pintar sedari kecil.
Kejadian di taman tadi membuat Raymond berfikir keras. Senyuman yang ditunjukan Adriana saat memberikan tanaman obat terlihat tulus. Walau saat itu tangan Raymond bergetar karena rasa trauma yang masih ada. Tapi yang membuat Raymond terkejut adalah sifat Adriana yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending Of the Villain (END)
Fantasy(Tersedia versi E-book) [Maaf, beberapa part telah di hapus untuk kepentingan E-book. Silahkan tinggalkan cerita ini jika kalian tidak ingin kecewa. Sekali kali, saya minta maaf🙏] Memikirkan untuk masuk ke dunia novel saja tidak, tapi kenapa bisa C...