Adriana... Batinnya.
“Cut!” teriak seorang lelaki yang sedang duduk di atas kursi.
“Kerja bagus Raja.” Ucap orang-orang yang ada di sana.
Lelaki dengan surai hitam panjang itu berjalan ke arah seorang gadis yang tengah menyiapkan air dan handuk, “Terimakasih. Itu sangat berarti bagi aku yang masih baru disini.” Ucapnya.
Seorang lelaki dengan pakaian bajanya datang menghampiri sembari menepuk bahu lelaki bersurai hitam panjang itu, “Nanti juga terbiasa, bro. Lo kan tokoh utamanya disini.”
“Yah, tokoh utama ya-hmmpp.”
“Lo gila?! Jangan bocorin endingnya, nanti sutradara bakal mecat lo langsung sesuai kontrak!” ucap lelaki dengan pakaian besi itu yang langsung menutup mulut lelaki di sampingnya dengan tangannya.
“Elden! Waktunya kau membersihkan riasan mu!”
Mendengar itu, lelaki yang memakai pakaian besi itupun melepaskan mulut temannya dan menolah kearah orang yang tadi berteriak, “Iya! Aku k esana!”
Elden langsung mendekatkan kepalanya dan berbisik sesuatu, “Peraturan pertama, jangan bicarakan akhir dari cerita ini. Lo bakal langsung dapet ceramah dari sutradara. Parahnya lagi, lo bakal buat author yang buat cerita marah besar.” Jelasnya.
Mendengar hal itu dengan raut menakutkan yang ditunjukkan Elden, lelaki itu menelan ludahnya dan hanya bisa menganggukkan kepalanya cepat. Elden yang melihat itu menjauhkan kepalanya dan menepuk bahu lelaki itu dengan bangga. Untung saja tadi ia mencegahnya sebelum dia mengatakan semuanya.
“Oke bro, gue cabut dulu. Sumpah, riasannya enggak enak banget. Bajunya berat-berat lagi.”
“Ya udah, sana.” Lelaki itu mendorong Elden menjauh, “Setelah lo, giliran gue yang dibersihin. Berat banget ini rambut palsu.” Keluhnya.
“Gimana gak berat, itu rambut palsu panjang banget kayak mba kunti.” Ucapnya yang langsung berlalu dari sana.
“Hael, gimana syuting pertama lo?” tanya seorang gadis yang yang duduk tepat di samping lelaki itu.
“Eh, Adriana. Seru juga tapi gue sedikit gugup. Di tambah lagi kostum sama barang-barangnya berat-berat, anjir.” Lelaki itu mengeluh sembari menarik pakaian yang sedang dipakainya. Benar-benar terasa gerah.
Adriana terkekeh mendengar itu sembari mengarahkan kipas angin kecil miliknya kearah leher. Ia pun saat pertama kali merasa berat saat melakukan syuting. Di tambah, cerita ini mengambil era eropa abad pertengahan. Pantas bagi mereka semua yang orang Indonesia merasa sulit untuk menyerap karakter masing-masing peran.
Terutama dalam cara berpakaian mereka.
“Bagus juga lo bisa tahan selama syuting. Jujur aja, selama gue jadi aktor, gue baru pertama kali syuting cerita yang latarnya eropa abad pertengahan.“ Akunya.
“Seperti apa yang tadi Elden bilang, nanti juga terbiasa.”
“Lo mah enak.” Tiba-tiba datang seorang lelaki sembari meneguk air minumnya. Adriana dan Hael menoleh, “Awal-awal muncul pas diakhir season. Lah gue, udah ngerasa berat banget pas muncul di tengah cerita. Apa kabar tuh sama lo yang diawal udah mulai muncul.” Ucapnya sembari menunjuk Adriana berada.
“Kabar gue? Baik-baik aja. Emang sih awalnya berat, tapi itu kan resiko jadi tokoh utama.” Balas Adriana santai sembari menyeruput minuman dinginnya yang baru sampai.
“Eh, bener juga.”
“Kayaknya gue juga bakal terus muncul di season dua nanti. Liat naskah sama alur yang dikasih author, gue emang bakal banyak muncul di sana.” Ucap Hael mencoba mengingat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending Of the Villain (END)
Fantasia(Tersedia versi E-book) [Maaf, beberapa part telah di hapus untuk kepentingan E-book. Silahkan tinggalkan cerita ini jika kalian tidak ingin kecewa. Sekali kali, saya minta maaf🙏] Memikirkan untuk masuk ke dunia novel saja tidak, tapi kenapa bisa C...