Kediaman Duke Bailey berjalan seperti biasanya. Semua terasa tenang dan tenang. Tapi, orang-orang yang ada di sana merasakan kehampaan. Kekosongan yang tidak memiliki warna lagi. Kepergian Adriana dari kediaman Bailey membuat sebagian orang-orang merasa bingung. Di satu sisi mereka senang karena tenang. Tapi di sisi lain, ada rasa yang berbeda di hati mereka.
Hari sudah siang. Etienne baru kembali ke kediaman setelah melatih semua prajuritnya di halaman tempat para ksatria berlatih. Si kembar Ray dan Rey pun keluar dari kamar mereka setelah membersihkan diri mereka selepas kegiatan mereka masing-masing. Sedangkan tuan Duke dan juga Lorenzo sudah berada di meja makan.
Semua anggota keluarga berkumpul di meja makan untuk mulai makan siang. Kursi di sebelah Lorenzo seperti biasa akan kosong kembali. Tidak ada satupun diantara Ray ataupun Rey yang ingin mengisi kursi kosong itu. Kursi yang sudah kosong setelah kepergian Adriana dari kediaman Duke Bailey.
Kursi milik Adriana.
Diantara semua anggota keluarga Bailey seperti acuh dan membiarkan kursi itu kosong. Rumor menyebar di kalangan para pelayan kediaman Duke Bailey yang menduga jika tuan Duke sengaja membiarkan kursi itu kosong untuk terus mengenang jika putri mereka masih ada di sekitar mereka. Tapi itu hanya rumor yang berasal dari mulut ke mulut.
Semua pelayan menghidangkan semua masakan terbaik mereka diatas meja makan. Beraneka ragam makanan tersaji dengan aroma yang nikmat. Daging, sayur, jus, buah-buahan, dan beragam kue beraneka jenis yang sangat mengunggah selera.
Wajah Lorenzo kembali murung seperti biasanya. Setiap waktu makan datang, Lorenzo akan menampilkan wajah murung setelah makanan di saji diatas meja. Bukan hanya Loenzo saja, Ray dan Rey pun selalu sedikit kecewa ketika makanan telah tersaji di atas meja.
“Kenapa wajah kalian kembali murung? Apakah ada sesuatu yang mengganggu?”
Etienne sebagai anak pertama menatap adik-adiknya dengan aneh. Sebari menyimpan selembar kain di pangkuannya, ia masih bisa melihat raut wajah adik-adiknya yang kecewa sembari menatap makanan-makanan di atas meja.
“Tidak apa-apa.” Balas Lorenzo.
Ray dan Rey mengambil makanan mereka dan memakannya dengan raut wajah datar. Lorenzo pun memakan makanannya dengan acuh. Semua itu tak lepas dari pandangan Etienne dan juga tuan Duke yang melihatnya.
Tiba-tiba, Lorenzo menyimpan sendoknya dan bangkit berdiri dari duduknya. Makanan yang diatas piring belum sepenuhnya habis dan itu membuat semua orang di sana menatap Lorenzo aneh.
“Aku sudah selesai.”
“Mau kemana kamu, Lorenzo? Kau sungguh tidak sopan kepada ayah.”
Etienne tidak suka kepada sikap Lorenzo, adiknya. Bagi mereka, pergi secara tiba-tiba saat makan bersama adalah hal yang tidak sopan. Mereka dituntut untuk tetap diam di meja makan sampai kepala keluarga disana pergi dari meja makan. Dan itu adalah bentuk sopan santun yang diajarkan keluarga Bailey secara turun temurun.
“Aku memiliki urusan yang harus aku lakukan. Maaf kakak, ayah, tapi ada sesuatu yang harus aku bicarakan dengan koki kediaman Bailey.” Ucap Lorenzo.
“Seharusnya kamu menunggu ayah selesai makan, Lorenzo.”
“Maafkan aku.”
“Sudahlah Etienne, sepertinya urusan Lorenzo sangat mendesak.” Lerai tuan Duke dengan wajah datarnya sembari menatap potongan daging di piringnya.
“Tapi ayah-.”
“Terimakasih ayah, aku akan pergi duluan. Permisi.” Ucap Lorenzo memotong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending Of the Villain (END)
Fantasy(Tersedia versi E-book) [Maaf, beberapa part telah di hapus untuk kepentingan E-book. Silahkan tinggalkan cerita ini jika kalian tidak ingin kecewa. Sekali kali, saya minta maaf🙏] Memikirkan untuk masuk ke dunia novel saja tidak, tapi kenapa bisa C...