Vinan Birendra Zean

279 17 3
                                    

Anin merasa senang, karena adiknya mau diajak pulang kerumah. Kevin menyambut baik akan hal itu. Sekarang ibu sedang bersama Feya menuju rumah, sedang Anin dengan Kevin masih berada di pesta tersebut.

"Saya mau ke toilet dulu." Kevin memberitahu Anin.

"Iya, silahkan."

Sebelum Kevin berjalan jauh, ia meminta izin untuk bisa berbicara dengan Fajar sebentar, karena Fajar terlihat sedang serius berbincang dengan rekan bisnis yang lain. Ia membisikan sesuatu di telinga Fajar, dan akhirnya baru ia beranjak ke toilet. Setelah itu Fajar berjalan menuju Anin. Sepertinya Kevin menitipkan Anin pada Fajar.
Sebelum Fajar sampai di tempat Anin berdiri, ia sudah melihat Rusel mendekati Anin, sehingga ia memilih untuk tetap stay dari jauh menjaga Anin.

"Apa kabar Nin?" Tanya Rusel.

Karena kaget, Anin terlihat gugup. "Baik mba Rusel. Mba Rusel gimana?"

Senyum sarkas Rusel menarik perhatian Fajar.
"Gue semakin membaik setelah fitnahan lu sehingga gue di usir dari kantor Kevin."

"Saya tidak merasa memfitnah mba." Bela Anin.

"Entahlah, menurut gue sih lu jahat banget, memanfaatkan kekuatan pesona murahan lu buat narik perhatian bos, dan balas dendam kejam ke kita-kita. Apa yang kita perbuat kayak ngga seimbang aja sama apa yang udah lu lakuin ke kita." Rusel bersidekap semakin kelihatan sikap angkuhnya.

"Saya ngga seperti itu mba." Anin mencoba membela diri.

"Mungkin lu lupa, bahwa ngga cuma lu yang kerja buat keluarga, kita juga sama Nin."

"Iya saya salah untuk hal itu mba, saya juga sudah mencoba meminta pak Kevin untuk tidak mengeluarkan mba dan yang lainnya, tapi beliau tidak mendengarkan saya."

"Sudahlah Nin. Busuk lu emang ngga keliatan di mata kita orang awam. Tapi gue tau lu."

"Mba, saya minta maaf."

"Sudahlah Nin, maaf lu juga sudah tidak berarti, gue sudah kerja di tempat yang jauh lebih baik dari pada kantor Kevin."

"Syukurlah kalau mba mendapat yang lebih baik."

"Ya ampun, jiwa munafik lu ngga berubah ya Nin."

"Ada apa ini?" Fajar datang dengan membenahi kemejanya.

"Pak Fajar." Anin mengangguk, begitu juga dengan Rusel.

"Lu kenal pak Fajar?" Rusel mengerutkan kening dan sangat penasaran.

"Kamu siapa?" Tanya Fajar pada Rusel.

"Saya Ruselie dari dept marketing penjualan pak." Kembali Rusel menganggukkan badan tanda hormat.

"Perusahaan mana?" Tanya Fajar.

Rusel tidak percaya bahwa dia bisa berbicara langsung seperti ini dengan Fajar.
"Di, perusahaan bapak." Kali ini ia terbata menjawab.

"Maksudnya perusahaan yang mana?"

"Eh iya, saya lupa perusahaan bapak kan banyak. Di FGI pak." Rusel nyengir kuda.

"Kamu kenal Anin?" Tanya Fajar.

"Dia? Dia cuma sekedar teman kerja di perusahaan saya sebelumnya pak. Kenal karena dia pesuruh kami dulu di office."

"Pesuruh? OB maksud kamu?" Fajar ikut memandang Anin sinis.

"Dia staf juga sih pak, tapi kerjaannya seperti OB."

"Oooh, jadi seperti itu. Barang kali di perusahaan kita ada lowongan buat dia?"

"Bapak yakin? Dia ngga punya keahlian khusus lho pak. Bahkan jadi OB juga ngga bisa di perusahaan sebesar FGI."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang