Muna

158 13 1
                                    

Kevin sudah satu Minggu tidak ketempat mama. Anin kesal karena menganggap Kevin tidak perduli pada mama dan tidak menghargai Anin yang sekarang sudah mulai sibuk bekerja.

"Ma, hari ini Anin pulang malam. Apa mama tidak sebaiknya telfon pak Kevin?"

"Mama selalu telfon Kevin. Dia bilang sedang sibuk mengurus projects baru nya."

Anin sebenarnya sangat mengerti karena projects itu bekerja sama dengan perusahaan Anin saat ini.

"Tapi tidak seharusnya beliau sesibuk ini. Sampai mampir kemari pun tidak pernah."

"Sebelum ada kamu dan sebelum keadaan Mama semakin melemah juga dia jarang kemari Nin."

"Ya tapi kan ma."

"Sudah kamu kerja aja, mama ngga apa-apa kok, keadaan Mama sudah jauh lebih baik. Kamu merawat mama dengan baik."

"Ma," suara Kevin tetiba ada di kamar mama.

"Bapak kemana aja, saya hari ini pulang malam. Kasian kalau mama harus di rumah sendiri." Anin manyun kesal.

"Ada bibi, ada mamang juga." Jawab Kevin simpel.

"Tapi mama butuh bapak."

"Ada yang mau saya omongin. Kita keluar."

Kevin lebih dulu berjalan ke arah ruang tamu. Diikuti Anin yang berpamitan terlebih dulu ke mama.

"Pak, ketika pak Kevin sudah biasa berangkat siang itu ngga masalah buat bapak. Tapi pak, saya anak baru sudah hampir terlambat."

"Dengerin saya dulu."

"Pak."

"Kamu hari ini ke pelaksanaan? Apa kamu lupa bahwa saya pun akan mempromosikan produk saya disana?"

"Ya tapi mama."

"Ada satu hal yang kamu harus tau." Kevin terdiam dan terlihat ragu untuk menyampaikan.

"Pak saya buru-buru." Anin segera menuju keluar tanpa perduli apa yang mau di sampaikan Kevin.

"Vinan masuk rumah sakit."

Mendengar hal tersebut Anin tercekat. Seakan ia tak punya daya untuk menggerakkan anggota badannya.

"Dia sedang belajar berenang, selama ini selalu bersama saya. Tapi dari kemarin saya sibuk. Dia tidak sabar dan berenang sendiri. Akibatnya.."

"Dimana dia sekarang?" Bahkan ekspresinya masih datar. Tetapi air matanya sudah banjir.

"Suster sama ibu sedang menjemput. Saya harus ke tempat kerja juga."

"Dimana rumah sakitnya?"

"Kamu ngga akan bisa masuk, kalaupun kamu tau."

"Dia anak saya."

"Ngga ada yang perduli, mereka mengikuti perintah saya."

Anin membalik badan. Matanya tajam tertuju pada Kevin. Ia mendekat dan memukuli Kevin sekuat yang ia bisa.

"Bapak jahat, bapak jahat, kenapa bukan saya saja yang bapak perlakukan seperti itu? Kenapa anak saya? Bapak jahat."

"Nin."

"Dimana anak saya?"

"Ngga akan saya kasih tau."

"Bapak jahat."

Mendengar keributan di luar, mama mendekat, melihat Anin mengamuk pada Kevin.

"Ada apa ini?"

Kevin memeluk Anin yang mulai melemas kehabisan tenaga. Tetapi tangan Anin tak berhenti memukuli Kevin.

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang