Keesokan harinya, Kevin menyambangi mamanya sebelum berangkat kerja. Menemukan sosok Anin tertidur meringkuk di sofa depan.
"Nin, mama mana?"
Tak ada reaksi dari Anin.
Kevin berusaha membangunkan Anin. Tetapi anak ini terlalu pulas. Kevin menarik selimut yang Anin gunakan untuk menutupi hampir seluruh tubuh Anin dengan kasar. Mendapat perlakuan itu, Anin terkejut dan segera duduk.
"Siapa yang suruh kamu tidur?""Maaf pak, saya ketiduran."
"Ketiduran terencana maksud kamu?"
Tak ada jawaban. Hanya tertunduk merasa bersalah, sembari mengumpulkan nyawa yang belom seratus persen kumpul.
"Ini udah jam berapa? Mama udah sarapan belom?" Jutek Kevin.
"Semalem mama tidurnya larut malam. Sepertinya beliau belum bangun." Jawab Anin pelan.
"Kenapa mama bisa tidur larut? Itu ngga baik buat kesehatan mama."
"Beliau ngga bisa tidur. Setelah terbangun tengah malam."
"Mas Kevin, apa mas mau pecat bibi? Sudah 20 tahun bibi kerja sama ibu. Salah bibi apa mas?" Seorang wanita paruh baya tetiba berada di belakang Kevin.
"Siapa yang mau pecat bibi?"
"Si mba cantik ini sudah menggantikan semua pekerjaan saya." Jawaban bibi sedih.
"Saya ngga akan pecat bibi."
Hp Anin yang ia letakan di atas meja bergetar. Dari kelap kelip di layar, tertulis nama Fajar.
Mata Anin tertuju pada Kevin. Dengan takut ia meminta izin."Saya angkat telfon." Gugupnya tak bisa di sembunyikan sama sekali.
"Kenapa harus diangkat?" Tanya Kevin tegas.
Dalam hati Anin kesal, mantan bosnya ini mungkin sudah gila. Ketika ada telfon sebisa mungkin kita angkat bukan? Kenapa dia masih bertanya.
Disisi lain Kevin membaca nama yang tertera di sana, ia ingat apa yang ia dengar hari itu, dimana Anin menerima uang dari orang yang Anin panggil Fajar."Permisi pak."
Anin segera menyerobot hp di meja dan pergi menjauh dari Kevin.
Setelah mati dan kembali menelfon akhirnya Fajar mendengar jawaban dari Anin.
"Ya Jar."
"Lu dari mana aja sih, gue telfon ngga lu angkat."
"Maaf Jar, aku udah ngga kerja disana lagi."
"Lu dimana sekarang?"
"Aku di tempat baru."
"Jadi orang kantoran lu? Kayak apa yang lu pengen?"
Dengan kecewa Anin menjelaskan.
"Ngga kok Jar, aku jadi tukang jagain seorang ibu yang sudah sepuh anaknya sibuk kerja.""Lu gila ya. Mulai besok gue coba loby di kantor bokap dah. Lu jadi sekertaris pribadi gue."
"Baiklah."
"Siapa yg izinin kamu?" Kevin menjawab persis di samping Anin.
"E, Jar, udah dulu ya. Nanti kita sambung lagi." Pandangan mata Anin mulai tak suka. Apa lagi mantan bosnya ini berani menguping pembicaraan pribadinya.
"Jangan pernah berfikir sedikitpun buat kabur. Kamu harus bertanggung jawab. Kalau mama saya kenapa-napa. Kamu yang datang kesini tanpa diundang. Kamu kerja sama saya. Besok saya bikinin kontrak kerja."
"Ibu sama anak saya gimana pak?"
"Selama kamu baik, mereka aman."
"Boleh saya ketemu mereka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh
General FictionTentang sebuah hati yang sudah tak berbentuk lagi. Ketika kata hancur sudah terlalu baik, maka istilah apa yang pantas menggambarkan hati Anin?? Dunia terasa begitu kejam pada kehidupan Anin, pemikiran untuk selalu bekerja agar dapat mencukupi kebut...