Ternyata dia

184 17 1
                                    

Kevin merasa telah tertipu oleh Anin. Ia tak pernah merasa bersimpati terhadap wanita disepuluh tahun terakhir. Bahkan ia telah memutuskan akan hidup sendiri selamanya.
Penampilan juteknya itu simbol dirinya membatasi diri dari wanita. Ada luka yang ia simpan dibalik sikap dingin dan tertutupnya. Ketika melihat Anin entah kenapa ia senang mengganggu. Bahkan ia senang melihat Anin marah. Walaupun ia akan terlihat sangat menyebalkan bagi Anin, tapi ia senang melihat Anin kesal. Sedikit ada senyum di dalam hati, ketika ia berhasil membuat Anin emosi.

Karena rasa kecewanya, ia berjanji untuk tidak lagi berurusan dengan Anin.

Sebulan Kevin mencoba melupakan Anin, tetapi justru ia semakin penasaran, dengan perkataan anak Anin yang selalu terngiang. Jika Anin saat ini sudah menikah dan bersama dengan suaminya. Kenapa anak Anin mengira aku ayahnya? Pikiran terburuk Kevin saat ini, Anin hamil di luar nikah. Pantas Anin tak keberatan bekerja di club' malam. Padahal kemarin Kevin sempat berfikir positif tentang Anin. Dan ia juga sempat mendengar percakapan Anin dengan seorang pria sebelum menerima uang, ia berfikir Anin tak seburuk itu. Tapi nyatanya... Kevin frustasi sendiri di tempat kerjanya.

"Permisi bos."

"Masuk."

"Ini pengajuan design saya, lebih simpel dan efisien."
Bian menyerahkan laporan design terbarunya dan ia hendak meninggalkan ruangan, tetapi Kevin mencegah.

"Bian, entah ini yang keberapa kali, tapi boleh tanya satu hal tentang Anin?"

"Ya bos?"

"Kamu tau dia,eeee..."

"Kenapa bos?"

"Apa Anin sudah menikah?"

"Kalau masalah ini bos tanya langsung aja. Saya tidak berhak menjawab."

"Kenapa kamu ngga bilang ketika awal saya mulai tanya-tanya tentang Anin bahwa dia sudah menikah. Sekarang mama saya sudah menaruh harapan besar ke Anin, dan saya harus ngomong apa sama mama saya?"

"Anin, sekarang sendiri."

"Maksud kamu?"

"Cuma itu yang bisa saya sampaikan. Saya harap mama bos bisa lekas sembuh, dan Anin bahagia dengan hidupnya. Permisi bos."

Kevin semakin tak mengerti. Penyiksaan yang Anin berikan itu sakit menurutnya. Ia tak pernah terganggu sedikitpun oleh wanita lain, tapi kenapa Anin selalu menghantui pikirannya dari awal bertemu?

****************************

Kevin sedang berkendara mobil menuju rumah, pulang dari meeting dengan perusahaan lain tengah malam. Ia melihat Anin berlari ketakutan dengan menggunakan seragam OB di pinggir jalan. Ia hanya melihat tanpa ada tindakan apapun, karena perasaan kecewanya sudah terlalu dalam. Padahal Anin tak ada salah padanya, tetapi dia sangat kecewa, tak selang lama, seorang pria seperti sedang mengejar Anin melintas dengan terburu.
Tanpa memikirkan ego, Kevin memutar balik, dan menuju arah kemana Anin berlari. Sialnya ia sudah tertinggal jauh, ia berhenti di seberang jalan, ketika tepat melihat Anin tertangkap oleh seorang pria tersebut. Sikap Anin ketika sedang terpojok selalu seperti itu. Menyembunyikan kepala di balik tangannya. Tetapi dengan tega sang pria itu berhasil beberapa kali memukul dan bahkan menendang Anin.

Sesampainya di tempat kejadian perkara, Kevin menarik pria tersebut dan memberikan beberapa hadiah bogem. Mereka saling balas hantaman. Anehnya Anin menghentikan. Anin menarik tangan Kevin. Dan menjauhkan Kevin dari pria tersebut.

Dengan segera Kevin menarik Anin menuju mobil. Anin di dalam mobil tak bisa berhenti untuk tidak mengusap air mata. Tangisannya sama sekali tak bersuara, matanya juga terus terpejam. Dan itu nampak begitu sakit dimata Kevin. Sampai akhirnya Kevin menghentikan mobil disebuah pom bensin. Bukan untuk mengisi bahan bakar, tetapi untuk menepi sejenak.

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang