Luka yang dibuat

119 12 1
                                    

Kaki Anin sudah gemetar, bahkan seakan darah yang mengalir pada dirinya pun terhenti. Tetapi ia hanya bisa mematung.

"Anin anjing. Balikin nyokap gue." Dengan membabi buta Lindu menyeret dan menghajar Anin di depan umum. Para petugas medis berusaha membantu Anin, tetapi setan yang merasuki Lindu terlalu kuat bertengger.

Anin meringkuk melindungi kepala tetapi keadaannya sudah memprihatinkan, entah dapat firasat apa, Kevin mencari Anin dan menemukan dalam keadaan seperti itu. Dan masih terus ditendangi oleh Lindu.

Darah Kevin pun mendidih, ia menghajar Lindu, beberapa kali dapat balasan tetapi tak dihiraukan.

"Lu ngga usah ikut campur anjing." Teriakan Lindu sembari memberi hantaman pada Kevin.

"Gue capek-capek jagain dia dan se enak lu, lu hajar begini."

Di pukulan terakhir, Kevin tersungkur, Lindu menemukan balokan kayu hendak memukul Kevin dengan sekuat tenaga. Sayangnya, Anin menghalangi dan perut Anin terkena pukulan jahat itu.

Anin melemas, semua mata tertuju pada Anin yang tersungkur ke tubuh Kevin yang terlebih dulu terjatuh karena pukulan Lindu.

"Nin, Anin, bangun Nin." Keringat bercampur debu-debu melekat di wajah mereka berdua.

Para petugas medis segera menolong Anin, Kevin hendak berbalik ke arah Lindu, tetapi tangan Anin, menggenggam erat dan Kevin terpaksa mengikuti Anin yang dibopong oleh para petugas medis.

Kali ini Kevin berada di depan ruang UGD. Mondar mandir sembari mengumpulkan nyawa setelah terbang bersama emosinya.

Mama sudah dipindahkan ke ruang opnam. Baru saja ia ingin mengabarkan ke Anin, tetapi ponsel Anin sulit dihubungi, kekhawatirannya terbukti ketika ia menyusul Anin keluar rumah sakit.
Penyesalan yang ia rasakan teramat sangat mendalam. Karena perintahnya lah Anin pergi tanpa pengawasan.

Dokter membuka pintu setelah 30 menit Kevin menunggu.

"Dok, dia baik kan dok?"

"Bapak keluarganya?"

"Iya."

"Saya perlu melakukan tindakan selanjutnya, dan butuh tanda tangan keluarganya."

"Saya suaminya."

"Baiklah, istri bapak sepertinya harus dioperasi karena mengalami patah tulang."

"Dok, apa ada cara lain?"

"Saya belum selesai, ini hanya analisis sementara, apa kah kalian sudah memiliki anak?"

Dengan ragu Kevin mengangguk.

"Syukurlah, sepertinya karena hantaman keras di bagian perut, ia mangalami masalah pada kandungannya, sehingga kemungkinan mendapat keturunan sangat kecil."

Kevin terdiam, pikirannya sedang bercabang seribu. Tubuhnya tak mengikuti perintah otak agar tetap kuat. Ia mundur dan terhenti oleh dinding. Disana ia bisa bersandar.

"Apapun yang terbaik untuknya Dok." Ucap Kevin lirih.

Dokter meninggalkan Kevin di sana. Dan kembali bekerja untuk menangani Anin. Tangan Kevin mencari ponsel di saku dan memanggil Bian agar datang segera.
Ketika Bian datang, ia melihat bosnya terduduk di lantai, padahal jelas di sebelahnya ada kursi kosong untuk menunggu. Sepertinya tingkat stres Kevin sudah tingkat dewa.

"Pak, gimana keadaan mama sama Anin?"

Tangan Kevin terus memegangi kepala yang seperti mau pecah.
"Cari Lindu. Hukum dia dengan cara apapun."

Bersamaan dengan itu, seorang dokter keluar dari ruangan. Tiba-tiba Kevin menjadi kuat.

"Gimana dok?"

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang