Bab 15

2 1 0
                                    

Bab 15 : Kepedulian Liliana kepada Yogi

*

Sudah dua hari ini Yogi di-DO. Rasanya, sekolah tampak begitu sepi tanpa kejahilannya. The Monsters juga sangat kehilangan akan sosok teman karib, mereka seperti perahu yang kehilangan nahkodanya. Limbung. Liliana dan The Monsters terlibat sebuah misi untuk membuat Yogi bisa sekolah lagi. The Monsters mengandalkan Liliana untuk misi kali ini, karena hanya Liliana-lah satu-satunya siswa yang bisa dipercaya oleh guru.

"Please, Li." Suatu ketika The Monsters memohon.

Tak tega rasanya jika mendengar permohonan The Monsters, pun Liliana juga memikirkan Yogi yang seharusnya menyelesaikan sekolah hingga lulus.

"Oke, gue mau."

Liliana mantap menyetejui, membuat The Monsters kegirangan. Mereka pun saling peluk, bahagia karena Liliana mau bekerjasama.

Misi dilakukan hari ini juga. Penuh keraguan Liliana masuk ke ruang Kepala Sekolah. Di sana ia mencoba meminta kesempatan untuk Yogi. Namun, Pak Gatot menolak mentah-mentah. Liliana tak menyerah, seluruh kemampuannya ia kerahkan untuk mendapatkan simpati Pak Gatot.

"Saya mohon, Pak. Tolong beri satu kesempatan untuk Yogi. Kalau setelah kesempatan ini Yogi nggak bisa berubah, terserah Bapak, deh. Saya nggak akan ikut campur lagi. Saya mohon, Pak!"

Pak Gatot berpikir dua kali untuk menjawab permintaan anak didiknya itu. Sungguh tak mudah untuk menerima Yogi, tetapi pemuda itu adalah anak dari orang terpenting di sekolah ini. Akhirnya, dengan segala pertimbangan yang matang, Pak Gatot memberikan kesempatan untuk Yogi. Kesempatan terakhir.

Liliana keluar dari ruang Kepsek. Wajahnya tak sedap. The Monsters sudah harap-harap cemas di kantin.

"Gimana, Li?" tanya Ilham yang tak sabar.

Liliana blum menjawab. Ia duduk.

"Apa kata Paka Gatot, Li?" Rangga mendesak.

"Kenapa lo diem, sih?" Reza ketar-ketir.

"Jangan bilang ...." The Monsters memasang wajah kecewa.

"SUKSES!! Gue berhasil!" Liliana membuat The Monsters kaget.

"Serius?" tanya Ilham.

Liliana mengangguk cepat. The Monsters sangat bahagia. Lebih bahagia dari sebelumnya, karena mereka akan kembali berkumpul. Namun, apakah Yogi mau masuk sekolah lagi? Ck!! PR kedua ini namanya.

*

Sekarang Liliana sudah tahu di mana Yogi dapat temui. Dua tempat yang membuat Yogi tenang; pertama danau, kedua atap gedung. Liliana mencari Yogi di danau. Tak ada. Yogi tidak berada di sana. Tak menyerah, Liliana mencoba mencari Yogi di atap gedung kemarin. Mata Liliana menjelajah. Sepi, tak ada satu orang pun di sana. Gadis ini mengambil napas berat, sepertinya ia tidak bisa memberitahukan kabar gembira itu sekarang. Sebab, Yogi tak menampakkan batang hidungnya.

Liliana berdecak. "Ke mana lagi gue harus nyari Yogi? Ke rumahnya? Gue mana tau alamatnya? Amsyong!"

Liliana berpikir sejenak. Ia mencari akal untuk bisa menemui Yogi. Angin sore itu menerpa wajahnya, terasa tenang dan damai. Liliana malah memejamkan matanya menikmati belaian angin.

Pantes Yogi suka ke sini, ternyata memang bener-bener nenangin di sini, gumam Liliana dalam hati sambil tersenyum. Matanya pun masih terpejam.

Di balik toren air yang besar itu, ada seorang pemuda yang tengah depresi. Pemuda itu tak bisa menerima kenyataan yang kini ia hadapi. Sungguh kemalangan yang tak berujung. Apa yang harus ia lakukan? Tuhan, betapa berat cobaan yang Engkau berikan untuk pemuda ini.

LILIANA (Ketika Cinta Mematikan Rasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang