Bab 5

4 0 0
                                    

Bab 5 : The Real Monster

Segala sesuatu yang didasari dengan kebohongan, tidak akan membuatmu sukses dalam jangka panjang.

*

"Kita ngapain di sini, Gi?" tanya Liliana yang mulai curiga. Dia memperhatikan sekitar, terasa asing dan membuat bulu meremang.

Yogi tidak ingin menjawab, ia hanya menarik lengan Liliana agar lekas masuk dan tereksekusi. Rasanya tak sabar melihat Liliana ketakutan. Ruang tengah adalah tujuan utama Yogi, di sini ia sudah menyusun berbagai media yang akan ia gunakan untuk mengerjai Liliana. Di sudut kanan atas, sudah ada kamera CCTV. Di dekat pintu menuju teras samping juga ada kamera CCTV. Di dekat dapur yang terhalang kardus-kardus berdebu, sudah ada geng The Monsters yang sembunyi dan siap mengambil berbagai gambar. Sebenarnya, apa yang akan dilakukan Yogi?

Liliana yang ditarik Yogi pun menurut begitu saja. Meskipun rasanya ingin berontak, tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang seolah tak dapat dia kendalikan. Seperti ada yang menyihirnya untuk menjadi seorang penurut.

Gadis ini sudah berdebar-debar, ia sangat khawatir jika Yogi akan mengerjainnya habis-habisan hari ini. Yogi berada di belakang Liliana, ia menutup pintu lalu menguncinya. Liliana mendengar suara pibtu terkunci. Dia menoleh, kecurigaannya semakin jelas. Tentu saja dia langsung menautkan kedua alisnya.

"Yogi, lo mau apa, sih? Kenapa dikunci segala?" Liliana benar-benar ketakutan.

Yogi tak memedulikan rona merah di wajah Liliana karena takut itu. Dia tak bergerak, hanya memandang Liliana dari kejauhan. Jarak mereka sekitar dua meter. Yogi memasukkan kedua tangannya ke saku celana, sedangkan kepalanya meneleng ke kanan dan kiri bergantian. Dia tak henti memusatkan pandangannya pada sosok gadis di hadapan.

Liliana mengendus aroma tak sedap dari tatapan Yogi. Dia mulai menyadari, bahwa kali ini dirinya terjebak. Sesat kemudian, Yohi terus memangkas jarak, membuat Liliana berjalan mundur. Pemuda itu juga melepas jaket sambil terus memotong jaraknya dengan Liliana. Gadis ini mundur seiring langkah Yogi yang semakin dekat.

"Lo mau apa, Gi? Jangan macem-macem!" Liliana sedikit tegas, meski suaranya terdengar bergetar.

Yogi tak menjawab sama sekali. Dia terus maju sambil melepas kausnya, hingga dia tampak telanjang dada kali ini.

"Yogi, stop!" Suara Liliana semakin bergetar dan nyaris tak terdengar. Namun, Yogi sama sekali tak menghentikan langkahnya.

Liliana terus mundur, sampai punggungnya merasakan sebuah benda datar yang dingin. Ya, tubuh Liliana tak lagi sanggup melangkah mundur. Gadis itu sudah tak bisa bergerak lagi karena Yogi sudah menguncinya dengan tangan.

"Gi, lo mau ngapain? Jangan coba-coba lo sentuh gue!" Gadis ini masih berusaha untuk membuat Yogi menyadari aksinya.

"Kenapa, lo takut?" Yogi benar-benar sudah menjelma seperti pria hidung belang. Dia menyentuh lengan Liliana dengan telunjuk, persis om-om di tempat hiburan bersama teman kencannya. Sungguh, Liliana takut bukan main saat ini.

"Gi, lepasin gue!! Gue bisa teriak kalau lo macem-macem!!" Air mata Liliana mulai membanjiri pipi.

Yogi hanya tersenyum miring. Ia sama sekali tidak peduli dengan omongan Liliana. Di balik kardus bekas itu, Reza sudah sibuk mengambil berbagai gambar. Rangga juga sudah siap dengan handy-came-nya, bahkan durasi videonya sudah berjalan lima belas menit yang lalu. Sementara itu, Ilham hanya bisa merasa iba dengan keadaan Liliana saat ini tanpa bisa berbuat apa pun. Jujur saja, Ilham tak pernah tega melihat Liliana dikerjai Yogi terus-menerus.

Yogi semakin menjadi, ia mulai mencengkeram kedua lengan Liliana, karena gadis itu berontak terus-menerus, membuat Yogi hilang kesabaran.

"Gi, lepasin gue! Lo apa-apaan, sih??!"

Liliana teriak meminta pertolongan. Ia benar-benar takut, tetapi Yogi terus mengerjainya. Dia tampak seperti orang kerasukan. Liliana terus berteriak, sehingga Yogi membungkam mulut Liliana. Seperdetik kemudian, gadis itu merasakan hangat di bibirnya. Oh, no! Yogi gila! Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya.

"Lo jahat, Gi!! Jahat!!" Liliana sudah menangis histeris.

Yogi tersadar, dia melepaskan cengkeramannya. Yogi sendiri tak sadar, mengapa ia sampai harus mencium gadis itu? Semua itu tak ada dalam skenario. Sial!

Di balik kardus itu, Ilham, Reza, dan Rangga kaget. Mereka benar-benar terperanjat akan aksi Yogi barusan, tetapi masih saja video Rangga berjalan, ia lupa memberi jeda.

"Apa itu masuk dalam skenario, Ja?" Rangga menanyakan hal bodoh.

"Mana gue tau. Bukannya elo yang paham sama rencana ini?" Reza yang hanya menjalankan perintah pun tak menahu.

"Gue salah apa sama lo, Gi? Apa salah gue? Kenapa lo tega ngelakuin ini ke gue?" Liliana terisak, malu. Dia terduduk.

"So-sorry, gu-gue—"

BUKK!

Tiba-tiba Ilham berlari dan mendaratkan pukulan tepat mengenai pelipis Yogi, membuat pemuda begeng itu terjengkang sampai menimpa kardus. Rangga dan Reza tak menyadari jika Ilham sudah tak lagi di tempat, keduanya pun turut keluar dari persembunyian. Ini benar-benar bukan seperti rencana awal. Semua gagal total!

"Kenapa lo pukul gue, Ham?!" hardik Yogi.

Ilham tak memedulikan pertanyaan Yogi. Bagi Ilham, itu hanyalah pertanyaan bodoh. Ia hanya membantu Liliana berdiri. "Lo gak apa-apa, 'kan, Li?"

Liliana justru kaget. Ia benar-benar tidak menyangka jika ada The Monsters lain di tempat ini. Gadis itu benar-benar malu saat ini, ia kecewa dengan dirinya sendiri yang semudah itu ditipu dan memercayai mulut Yogi. Belum lagi kala ia melihat kamera di tangan Reza dan Rangga. Tuhan! Kenapa The Monsters sekejam ini? Liliana menangis sejadi-jadinya. Ia berlari meninggalkan rumah tua itu dengan deraian air mata. Liliana tak peduli lagi dengan Ilham atau siapapun itu.

"Liliana!" Ilham memanggil gadis itu. Maksud hati ingin mengejarnya, tetapi Yogi segera menarik tangannya.

"Maksud lo apa mukul gue, HA?!"

"Lo keterlaluan! Kenapa lo harus mencium dia?!" Ilham naik pitam.

"Kenapa? Lo gak terima?!"

"Jelaslah gue gak terima! Lo udah berbuat asusila. Lo bisa masuk penjara, Gi!" tegas Ilham penuh penekanan.

"Bener kata Ilham, Gi. Kenapa lo sampai nyium dia, sih? Bukankah itu gak ada di rencana awal?" Rangga mencoba mengurai.

"Gue gak sengaja, Ngga. Tiba-tiba aja gue nyium dia karena dia terus-terusan teriak." Yogi mencoba membela diri. Sebab, kejadian tadi benar-benar bukan keinginannya. Dia spontan saja melakukan hal itu agar Liliana bungkam.

"Tapi gak perlu sampai nyium dia juga, 'kan? Lo gak liat dia nangis kayak gitu? Gue kecewa sama lo, Gi!" cerca Ilham tanpa ampun.

"Udahlah, Ham. Jangan nyalahin Yogi terus." Reza mencoba membela.

"Lo sama aja, Ja. Kenapa lo malah belain Yogi, sih?"

"Udah-udah! Kenapa kalian jadi berantem, sih? Iya, gue salah! Puas!!" Yogi mengakui bahwa tindakannya keliru. Namun, hal itu tak dapat menyembuhkan rasa malu yang telanjur hinggap pada diri Liliana.

"Bulshit lo! Percuma lo ngaku juga!" Ilham berlari mengejar Liliana, berharap ia bisa menemukan gadis itu dan meminta maaf atas nama dirinya dan tentu saja teman-temannya. Ilham ingin meminta maaf atas kesalahan fatal The Monsters kali ini.

LILIANA (Ketika Cinta Mematikan Rasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang