***
"Ayah!" panggil Rain setelah menginjak anak tangga terbawah.
Rian menoleh ke arah anaknya yang sudah dibaluti dengan seragam putih abu-abu, di dalam hatinya ada rasa bangga akan paras anaknya yang terlihat pantas menggunakan seragam itu tanpa terlihat aneh sedikitpun.
"Tarik kembali bodyguard yang Ayah kirim untuk menjagaku, aku ada misi sebentar." Rain berujar datar, tangannya menyambar sepotong roti isi di atas meja.
Rian mengangguk. "Duduklah dulu, makan sarapanmu dengan baik," titahnya tak terbantahkan.
Leni tersenyum, beberapa hari ini anak mereka mulai sering berkomunikasi, walau itu hanya untuk kebutuhan pentingnya. Dia sudah cukup bersyukur dengan kemajuan ini.
Rain berdehem mengiyakan, dia memilih duduk terlebih dahulu dan menyimpan tasnya di belakang punggung. Ia memakan roti isinya dengan tenang, lalu meminum segelas susu putih ketika melahap semuanya, kemudian bersiap pergi.
"Rain pamit," Rain menyalami tangan kedua orang tuanya.
Kedua orang tua? Sejak kapan dia menganggap Leni sebagai bagian dari orang tuanya? Hanya dia yang tahu.
"Hati-hati." Terbesit rasa senang di hati sepasang suami istri itu, terutama Leni yang merasa tersentuh. Firasatnya mengatakan bahwa akan ada hari-hari bahagia yang menantinya.
-<>-
Rain menyusuri tiap koridor sekolahnya yang sangat ramai, belum tiba dia di tujuannya Rain seketika berhenti kala melihat tali sepatunya yang terlepas. Ia menunduk memperbaiki tali sepatunya, tidak berlangsung lama dia kembali berdiri dan melanjutkan langkahnya ke arah kantin sekolah.
Hampir setiap hari, saat waktu istirahat akan diisi oleh banyak siswa-siswi yang berkeliaran, seperti sekarang ini. Suara bising di sekitar membuatnya sedikit risih, dia memilih duduk di meja yang berada di sudut kantin.
Telinga Rain menangkap berbagai ucapan-ucapan siswa-siswi lain tentangnya.
"Itu kan meja tempat geng Deriaz?"
"Kudengar mereka kembali masuk hari ini."
"Wah... benarkah? Sudah lama aku tak melihatnya, sejak kejadian dua minggu lalu!"
"Rain lebih baik duduk bersamaku saja!"
"Akhirnya kalian datang juga?" Rain bergumam, hampir tak terdengar oleh siapapun selain dirinya.
Rain menyelesaikan makannya, dia baru saja akan berdiri hingga sebuah tangan menahan lengannya.
Rahang Rain mengeras. Bukankah sudah kukatakan, dia tak menyukai ada orang yang memegang dirinya?
Rain berbalik, dia melihat seorang remaja pria memegang pergelangan tangannya erat.
Di belakang pria itu ada tiga remaja lain yang menggunakan seragam yang sama, di mana salah satu di antara mereka menegang setelah melihat Rain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raini Delasta
Teen FictionRain, begitu mereka mengenalnya. Gadis misterius yang memiliki sebuah rahasia yang hanya diketahui oleh keluarga dan seorang yang penting untuknya. Memasuki lingkungan baru untuk menyelesaikan tujuannya. Rain tidak menyukai hal yang tak penting. Ta...