10. Keano Elrasya

91 12 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Hai, Rain! Lo kenapa ngelamun terus, sih?" Lidya mengambil tempat duduk di samping Rain, menatapnya sedikit kesal.

"Jangan mengganggu, Lidya." Rain ikut kesal, dia menatap menelungkupkan kepalanya di atas meja.

Lidya menghela napasnya. "Ini sudah masuk jam istirahat, kantin, yuk!" ajaknya. Lidya menunduk menatap temannya jengah. Kedua tangannya dijadikan tumpuan di atas meja, menunggu respon si pemilik meja.

"Tidak." Rain menolak dengan suara terpendam.

"Yaudah, kita ke taman saja. Di sana anginnya sejuk," putus Lidya memberi saran lain agar temannya ini ingin bergerak keluar.

"Lo tahu nggak? Kulit lo itu udah pucat, pasti jarang kena matahari," cerewet Lidya sambil menusuk-nusukkan jarinya ke lengan Rain yang memang memiliki skin tone porcelain.

"Hah... yasudah! Kita ke taman." Rain segera berdiri dan berjalan keluar kelas.

"Lah? Langsung keluar saja dia, mana gue ditinggal lagi." Dengan segera Lidya melangkahkan kakinya mengejar Rain.

Lidya berhasil menyusul Rain setelah berlari sebentar. Mereka berjalan beriringan menuju taman yang berada tak jauh dari kelas Rain.

"Sejuk banget, nyaman!" ujar Lidya menghirup udara dengan ekspresi senangnya. Dia menyelonjorkan kedua kakinya begitu mendapat posisi yang nyaman di gazebo taman.

"Kau ingin makan?" tanya Rain yang duduk di samping Lidya setelah beberapa saat diam. Lidya menoleh. "Nggak usah, kalo lo nggak makan, gue juga nggak."

Rain memutar bola matanya, jengah melihat ekspresi centil Lidya, ia merogoh sakunya dan mengeluarkan handphone-nya. Setelah menekan beberapa digit di ponselnya, ia mendekatkannya ke telinga. "Pesankan saya dua bungkus nasi goreng dengan jus jeruk dua, bawa ke taman belakang!"

Rain mematikan sambungan teleponnya sepihak. "Lo nelfon siapa?" tanya Lidya mengernyit dahinya bingung.

"Lo beliin gue makanan? Baik banget!" Dia tersenyum lebar, merentangkan tangannya ingin memeluk Rain.

"Jangan sentuh!" peringat Rain. Seketika, tangan Lidya berhenti di tempat. "Hehe... refleks Rain," kekehnya menarik kembali tangannya ke posisi semula.

Beberapa saat kemudian dua pria berpakaian jas rapi menghampiri kedua remaja itu. "Permisi, Nona. Ini pesanannya," ucap salah satu pria itu sopan.

"Terima kasih, ambillah." Rain menyodorkan uang seratus ribu kepada bodyguard-nya.

"Baik, Nona. Terima kasih." Rain mengangguk. "Pergilah," ucap Rain datar sembari memberi sebungkus nasi goreng pada Lidya, tak lupa dengan es jeruknya.

Kedua bodyguard itupun berlalu pergi dari taman.

"Makanlah," ujar Rain datar, dia membuka bungkus makanannya dan mulai melahap dengan santai. "Thank you, Rain!" Lidya juga ikut melahap makanannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Raini DelastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang