"Neon!" Seorang remaja laki-laki yang dikenal sebagai teman dekat Neon menepuk bahu temannya cukup keras.
"Apaan? Ganggu orang tidur aja!" neon terlihat kesal dengan dahi yang berkerut.
"Di depan ada guru, bego!" Neon yang awalnya sedang tertidur dengan posisi yang begitu nyaman, lantas terbangun.
"Lo kenapa nggak bilang dari tadi!" kesal Neon segera duduk dan merapikan sedikit seragamnya.
"Gue udah bilang dari tadi! Lo aja yang budek!" cibir temannya.
"Selamat pagi anak-anak! Kita lanjut materi kemarin, ya," ujar ibu Dera.
Neon POV
"Pada awal pembelajaran, kita telah me-"
Ucapan guruku terhenti ketika mendengar suara ketukan pintu dari luar.
"Tunggu sebentar ya, anak-anak!" Aku melihat ibu Dera segera berjalan membuka pintu.
Tak lama kemudian ibu Dera kembali masuk diikuti seorang gadis dengan pahatan wajah yang terkesan imut. Namun ekspresinya yang sangat datar seakan jika disentuh sedikit saja dia akan marah.
"Eh? Itu kan cewek yang dikawal sama bodyguard tadi?" gumamku yang masih terdengar oleh Zian, teman dekatku.
"Apa maksud lo?" tanya Zian mengernyitkan dahinya.
"Dia tuh cewek yang tadi balapan sama gue, keren banget gila! Motornya aja lebih mahal dari punya gue!"
"Lo serius? Wah... keren!" kagumnya.
"Anak-anak! Kalian kedatangan murid baru! Kamu kenalin nama dulu," pinta bu Dera. Kami berdua kembali fokus ke arah murid baru itu.
"Rain Alesta," ucapnya singkat.
"Yaelah, mana ada perkenalan kayak gitu!" heboh Zian, Neon diam-diam tersenyum.
Setelah perkenalan cewek itu, dia langsung mengambil tempat duduk di yang tersissa, seakan-akan itu telah dipersiapkan untuknya.
Pelajaran pun kembali berlangsung, hingga bel istirahat berbunyi.
Neon POV Off
"Kita akhiri kelas ini! Sampai jumpa lain waktu!" Itu sapaan terakhir yang diucapkan ibu Dera sebelum beranjak keluar dari ruangan.
Seluruh siswa di kelas Diamond 1 berhamburan keluar. Ah! Ralat kecuali Rain dan beberapa siswa yang mengeluarkan kotak makannya dari dalam tas. Rain hanya menatap teman sekelasnya yang saling berdesak-desakan satu sama lain.
"Kekanak-kanakan!" cibirnya. Sesaat dia mengatakan itu dia kembali ingat bahwa mereka memang hanyalah anak-anak dan dia sudah menginjak usia dewasa.
Rain melirik sekilas jam tangannya. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan sendirian keluar kelas. Saat berjalan dia sempat memasang earphonenya. Rain melirik sekilas dua bodyguard yang berada di belakangnya.
"Apa kalian akan mengikutiku terus seperti ini?" tanyanya tanpa menoleh.
"Tentu, Nona!" Rain terlihat menghela napasnya, dia menghentikan langkahnya otomatis para bodyguardnya ikut menghentikan langkah mereka.
"Belikan saja makanan, kemudian antarkan ke taman belakang," ujar Rain mengeluarkan beberapa lembar uang.
"Kenapa sebanyak ini, Nona?"
"Lebihnya bagikan dengan teman kalian, aku tunggu di taman!" ujarnya, tanpa menunggu kedua bodyguardnya menjawab Rain sudah melenggang pergi.
Saat tiba di taman, hanya pepohonan yang bergoyang ke sana kemari yang dia lihat. Tidak ada tanda-tanda keberadaan manusia di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raini Delasta
Roman pour AdolescentsRain, begitu mereka mengenalnya. Gadis misterius yang memiliki sebuah rahasia yang hanya diketahui oleh keluarga dan seorang yang penting untuknya. Memasuki lingkungan baru untuk menyelesaikan tujuannya. Rain tidak menyukai hal yang tak penting. Ta...