***
Seorang wanita berdiri di depan cermin rias, memperlihatkan dirinya yang menggunakan seragam dengan atribut lengkap. Tahun ini usianya menginjak 20 tahun namun wajahnya yang terbilang imut membuat orang akan salah mengira bahwa dia masih remaja.
Tangan wanita itu mengenakan arloji sambil menatap selembaran kertas catatan di cermin. Hari ini menjadi hari pertamanya menyamar menjadi seorang pelajar di salah satu sekolah bergengsi di daerahnya. Melakukan penyamaran tidak terlalu sulit dengan wajahnya yang terbilang imut, hanya perlu sedikit polesan dan itu akan siap.
Adapun misi yang diembankan kepadanya, dia harus kembali menjalani kehidupan sekolah yang rumit. Menyebalkan memang, namun dia hanya mengikuti arahan atasannya. Menjadi tangan kanan atasan merupakan sebuah kebanggaan baginya.
Dering posel menghentikan aktivitasnya membaca kertas catatan di cermin. Dia beralih mencari ponselnya di sekitar tempat tidur. Setelah menemukannya dia melihat dua kata yang tertera di ponselnya "Divisi Informasi".
"Ya?" Ia mendekatkan ponselnya ke telinga menunggu respon dari seberang sana.
"Semua identitas Anda telah selesai diurus, Anda akan mengambil identitas sebagai Rain Alesta, kami sudah menyiapkan kunci motor dan dua ponsel sekali pakai di dalam loker di sekolah Anda, semoga berhasil." Panggilan ditutup setelah sederet informasi diberitahukan kepada wanita itu.
Wanita itu meletakkan ponselnya ke dalam ransel, ekspresinya yang selalu datar menjadi ciri khas yang kontras dengan wajahnya yang imut. Dia segera keluar dari kamar dan menuruni tangga.
"Rain!" Langkah wanita itu terhenti ketika mendengar sebuah suara berat memanggil namanya.
Wanita itu bernama Rain, lebih tepatnya Zultry Raini Delasta, anak satu-satunya keluarga Delasta yang bergerak di bidang bahan peledak di negaranya. Dan yang memanggilnya adalah sang ayah.
"Ada apa, Ayah?" tanyanya sopan kepada pria paruh baya itu.
"Kemarilah!" Pria paruh baya tersebut menarik lembut tangan anaknya menuju ruang makan.
Terlihat di sana ada seorang wanita paruh baya yang tersenyum lembut ke arahnya, namun Rain hanya acuh dengan itu.
"Kita sarapan bersama, Sayang." Rain menatap kedua insang di depannya datar. Senyumnya seakan tak penting untuk membalas perkataan mereka.
"Hmm, iya."
Pria paruh baya atau Brian Delasta, dia adalah ayah kandung Rain, sementara wanita paruh baya itu adalah ibu tiri Rain, namanya Lenita Delasta.
Rain sering merasa risih dengan keberadaan ibu tirinya, dengan melihat wajahnya saja membuat rasa bersalahnya atas kematian ibu kandungnya terus menghantui akal sehatnya. Perasaan ini bisa saja mengganggu konsentrasinya dalam menjalankan misi dan dia tidak menyukai hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raini Delasta
JugendliteraturRain, begitu mereka mengenalnya. Gadis misterius yang memiliki sebuah rahasia yang hanya diketahui oleh keluarga dan seorang yang penting untuknya. Memasuki lingkungan baru untuk menyelesaikan tujuannya. Rain tidak menyukai hal yang tak penting. Ta...