***
"... baiklah. Tapi semuanya tergantung anak saya." Rian berjalan ke sana kemari sambil menggenggam ponsel yang berada di dekat telinganya.
"..."
"Hm, sama-sama."
Rian mematikan sambungan telfonnya, bersamaan dengan Rain yang baru saja masuk ke dalam rumah.
"Kau sudah pulang? Ayah harap kau bisa bersiap-siap sebentar. Kita ada acara makan malam dengan keluarga teman Ayah." Rain menghentikan langkahnya, menatap ayahnya datar meski tersirat sedikit rasa ingin tahu.
"Ada apa?" tanyanya datar.
Rian menghela napasnya. "Siap-siap saja, dan kau akan tahu sebentar. Ayah tidak menerima penolakan sekarang."
Rain berpikir sebentar lalu mengangguk kecil. "Satu jam lagi, aku akan siap."
"Baguslah kalau begitu."
Satu jam kemudian.
"Kalian sudah siap?" Rian bertanya, tatapannya menyapu penampilan kedua wanita di depannya. Wajahnya menunjukkan ekspresi yang puas.
"Seperti yang Ayah lihat." Rain membalas dengan acuh. Dia berjalan sambil memegang kunci mobilnya.
"Kita akan berangkat bersama." Rain menghentikan langkahnya, menoleh ke arah Rian. "Tidak, aku ingin sendiri." Rain menolak menatap kesal ayahnya.
"Ada yang ingin Ayah dan bundamu tanyakan saat di perjalanan." Rain menghela napasnya.
"Belum puaskah mereka mengatur-ngaturku sedari tadi?" batinnya.
"Fine, Rain ke mobil dulu," ucapnya datar lalu berlalu menuju parkiran depan rumah. Sambil berjalan di benaknya dia menebak segala kemungkinan alasan ayahnya mengajaknya makan malam bersama.
Rain memicingkan matanya melirik sang ayah, satu alasan tiba-tiba terlintas di benaknya, dan setelah beberapa saat dia bisa yakin dengan tebakannya.
Sementara itu Leni mendekat ke Rian, memeluk lengan kekarnya. "Kau tidak akan memaksanya, kan?" tanyanya menatap bagian belakang anaknya yang akan memasuki mobil.
Rian menoleh dan menggeleng pelan. "Tentu saja tidak. Ayo, kita pergi sekarang." Leni mengangguk, mereka pun berjalan beriringan keluar dari rumah dan mempercayakan kepada penjaga rumah mereka untuk mengunci pintu dan pagarnya nanti..
Di perjalanan, tidak ada yang membuka suara. Hingga Rain mulai jengah dan segera bertanya, "Jadi... apa yang akan kalian tanyakan padaku?" meskipun dia yakin dengan tebakannya, tidak ada ruginya memastikannya.
Rian yang sedang menyetir mobil berdehem sedikit kemudian berucap, "Ayah memberi keputusan kepadamu, terserah kau akan menolak ataukah ingin menerimanya."
Ucapan Rian yang samar berhasil membuat Rain mengernyitkan alisnya sedikit, sepertinya tebakannya seratus persen tepat. "Apa kalian berencana menjodohkanku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Raini Delasta
Fiksi RemajaRain, begitu mereka mengenalnya. Gadis misterius yang memiliki sebuah rahasia yang hanya diketahui oleh keluarga dan seorang yang penting untuknya. Memasuki lingkungan baru untuk menyelesaikan tujuannya. Rain tidak menyukai hal yang tak penting. Ta...