Hari minggu ini, wajah Saka tampak sangat cerah seperti matahari yang menyinari kota Malang. Pasal nya, papa kesayangan nya itu tiba-tiba saja mentransfer uang dengan jumlah banyak.
"Kalian tau bu Mahira kan? Dosen muda di jurusan bisnis?"
"Iya tau. Dia kan dosen nya Saka," jawab Gilang.
"Dia resign dari kampus loh. Kata nya, dia suka sama mahasiswa nya sampai-sampai tuh dosen ngejebak si mahasiswa nya ini." Lanjut Andi. Saka yang sejak tadi hanya menguping di balik jalan tikungan menuju dapur. Ia pun akhirnya menunjukkan diri sembari berdeham cukup keras.
"Pagi-pagi bukan nya kerjain hal-hal yang bermanfaat. Ehh, ini malah sibuk ngegosip."
Gilang dan Andi pun menoleh kearah Saka secara bersamaan. Diiringi dengan cengiran khas mereka.
"Ini kita lagi masak juga kok. Mulut nggak enak soal nya kalau nggak ngegibah. Ya nggak Ndi?"
"Iya, berasa gatel banget ini mulut sehari nggak ngegibah." Jawab Andi dan di balas gelengan kepala Saka.
"Dilan mana? Tumben nggak nangis." Tanya Gilang.
"Tidur. Kalau Dilan nggak nangis, berarti dia kenyang."
"Oiya, gue sama Safira mau ke mall nanti siang. Mau belanja bulanan buat kita. Mungkin kalian ada yang mau nitip apa gitu?" Lanjut Saka sembari mengambil minuman kesukaan nya di dalam kulkas.
"Gue mau uang nya aja. Tadi papa Jason telfon, kalau beliau bilang suruh minta jatah nya ke lo." Ujar Andi.
Saka mendengus sebal. Pupus sudah harapan Saka untuk membeli video game terbaru yang di incar nya selama ini.
"Iya. Nanti gue transfer ke rekening kalian,"
"Asik!" Sorak Gilang bergembira. Saka memutar kedua bola mata nya malas. Sahabat nya memang minus ahlak. Giliran denger kata-kata 'uang' aja seneng nya minta ampun.
Saka pun memilih kembali menuju kamar nya. Ia harus memandikan Dilan agar ia bisa tenang saat meninggalkan Dilan nanti.
Sepuluh menit berlalu. Saka keluar dari kamar mandi bersama Dilan yang hanya terbalut handuk berbulu halus berwarna biru.
Saka tertawa pelan melihat bibir mungil Dilan yang bergerak-gerak seperti ikan yang kehabisan nafas.
"Gemes nya. Lama-lama kamu mirip Rion ya. Apa jangan-jangan, kamu reinkarnasi nya Rion?" Gumam Saka.
Saka pun meletakkan Dilan di atas kasur, lalu mulai megeringkan tubuh Dilan yang basah menggunakan handuk yang melilit tubuh kecil Dilan.Saka mulai melumuri minyak telon serta bedak pada tubuh Dilan. Saka sudah lihai dan terbiasa merawat bayi. Karena mulai adik kembar nya lahir, sampai dengan Rion. Jika mama nya sedang sibuk, yang akan memandikan serta memakaikan baju dan juga mengganti popok ialah Saka sendiri.
Saka memang paket komplit. Udah ganteng, pintar, bisa masak, bisa ngerawat bayi sekaligus bikin bayi. Pokok nya, Saka the best banget lah.
"Nah, sekarang Dilan udah wangi. Yuk minum susu lagi terus bobok." Ucap Saka sembari memindahkan Dilan ke dalam box tidurnya.
Setelah meletakkan Dilan di atas tempat tidur nya, Saka pun sedikit berlari menuju kearah meja belajarnya untuk mengambil susu yang telah dibuat nya sebelum memandikan Dilan.
"Minum yang banyak yo bayi kecil. Biar cepet gede terus bisa main futsal sama abang." Ujar Saka sekembali nya ia mengambil susu. Kedua tangan mungil Dilan bergerak-gerak keatas. Seperti hendak mengambil botol yang sedari tadi di pegang Saka.
Saka yang paham dengan gerakan kedua tangan Dilan itu langsun saja menancapkan dot pada mulut Dilan.
🐄🐄🐄🐄
KAMU SEDANG MEMBACA
Saka and Her Baby [HIATUS]
General Fiction(Follow dulu sebelum membaca. Thank you💕) . . . Wisaka Gandhi Winata. seorang mahasiswa jurusan bisnis tingkat pertama yang tiba-tiba saja menemukan bayi malang tepat di bawah tong sampah di area parkir apartemen nya. Saka bingung, haruskah ia mera...