........
"apa kabar? kemana aja?" ucap bumi seraya duduk didepan biru.
rasa gugup, takut, gelisah, kangen tiba tiba bercampur menjadi satu, keringat dingin menjalar keseluruh tubuh biru, bayang bayang bumi di masalalu memenuhi kepala biru, rasa sakit yang tiba tiba membuat dada biru terasa sangat sesak,dan dia cuman bisa menahan semua itu dengan diam.
"kuliah atau kerja?" tanya bumi membuka topik.
"kuliah, lo sendiri gimana?"kata biru kembali tanya.
"sama kuliah."
"kuliah dimana? kok gada kabar? lo pindah rumah ya? ganti nomor hp juga? ko ga bilang bilang?" lanjut bumi.
ohokkk ohokkk
seketika biru yang sedang meminum caramel macchiato nya tersedak ketika mendengar pertanyaan bumi, memang beneran se-perhatian itu pada biru?
"satu satu kek anjir, pertama, gua kuliah bisa dimana aja. kedua, gua ada kabar lah kalo gada kabar ga mungkin gua bisa minum caramel macchiato disini. gua bukan ganti nomor tapi ganti hp,ya terserah dong gua mau bilang ato ngga wlee. " kata biru sebelum lanjut meminum caramel macchiato nya, emang sesuka itu dia sama caramel mochhiato, rasanya seperti rasa sukanya kepada laki laki di depannya saat ini.
"bukanya terserah nara... tapi lo ngilang 2 tahun, dan 2 tahun itu ga bentar. gua gada temen gua kesepian."
nara ....
bumi merupakan satu satunya orang yang memanggilnya dengan nama nara, nama biru memang birunara tapi dia tidak suka di panggil nara. hanya bumi yang berhasil membuat biru menyukai dirinya di panggil nara, tapi yang boleh memanggil nara hanya bumi seorang.
"btw kok tau gua pindah rumah?" tanya biru heran.
"dikasih tau senja, dia ngasih tau setelah lo uda setahun pindah rumah, waktu itu kamis sore gua bawa martabak manis spesial rasa keju, kacang, dan coklat, pengennya sih kita makan bertiga bareng bareng sama raka, tapi waktu gua ketuk pintunya udah beda penghuni, yauda gue pulang mana lagi ujan." kata bumi panjang sambil melihat sososk ciptaan tuhan yang selama ini dia kangen in, sosok wanita kuat, yang sudah menghilang 2 tahun dari hidupnya, dan kini, dia kembali.
raka dia adik tiri biru yang sudah sejak kecil dijaga oleh biru, bumi masih ingat dengan raka. bahkan dengan rasa martabak kesukaan biru. biru merasa sangat bersalah kepada bumi, salahkah dia untuk pergi? tapi dia tak bisa terus terusan terjebak di perasaan yang entah biru maupun bumi tak mengerti.
"maaf.." lirih biru pelan sambil memalingkan wajahnya ke jendela mengamati setiap rintikan hujan yang semakin deras.
"ngapain minta maaf? gada yang salah, gua cuman kangen." kata bumi sambil menatap manik indah biru.
tatapan tajam bumi yang selama 2 tahun silam biru rindukan, tatapan bumi memang sangat tajam hingga membuat siapapun yang berbicara dengan nya tak bisa memalingkan pandangan nya bahkan gagal fokus.
eh tapi emang beneran kangen? padahal dulu dia yang nyuruh pergi .
biru menahan agar dia tidak tersenyum, emang dia ngomong kangen nya dari hati?
"gimana masih langgeng sama jeje?" ucap biru mengalihkan topik pembicaraan.
"ya gitu, kayak biasanya, tapi ga seru ngga ada lo." kata bumi.
"hah? kok gt?" tanya biru seraya mengerutkan alisnya.
"ya ga seru aja ngga ada yang bisa gua pamerin uwu hahhaha." kata bumi sambil menyengir tak berdosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI BIRU
Teen Fiction[ HIATUS ] Dia datang dengan ribuan pesonanya, menarik ku kedalam satu titik, titik dimana aku merasa segalanya, dimana titik terbaik menurut ku, tapi tidak menurut takdir. Dia cahaya yang paling terang dari ribuan cahaya yang ada, dia menerangi dun...