Chapter 2

381 45 3
                                    

Plan duduk di salah satu kursi kelas bisnis di pesawat. Ia duduk di dekat jendela. Ia berbenah dan mengambil posisi duduk yang nyaman dan setelah itu mengamati pemandangan di luar sejenak. Ia mengembuskan napasnya dan kemudian merebah di kursinya.

Pesawat mulai mengangkasa sama halnya dengan pikiran Plan yang melayang pada sebuah episode Mean dan Plan bertemu untuk pertama kalinya. Plan tersenyum. Ia masih ingat saat Mean menatapnya dengan kesal karena seragamnya yang putih tertumpahi kopi Plan tanpa sengaja.

Plan sudah berkali-kali meminta maaf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Plan sudah berkali-kali meminta maaf. Namun, Mean hanya menganggukkan kepalanya dan ia kemudian pergi meninggalkannya dengan bajunya yang masih kotor. Saat itu, Plan hanya menatapnya dari kejauhan dan tersenyum sebab menurutnya tingkah Mean sangat lucu dan kekanak-kanakan. Plan juga merasa Mean sangat tampan dan meskipun Mean bersikap dingin kepadanya, ia merasakan ada getaran dalam hatinya.

Pertemuan kedua adalah ketika klub memasak yang Plan ikuti mengadakan bazaar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertemuan kedua adalah ketika klub memasak yang Plan ikuti mengadakan bazaar. Sebagai salah satu anggota Klub memasak yang  baru, karena Plan masih tingkat satu di universitas, Plan wajib mengikuti semua kegiatan dan harus mengikuti secara penuh masing-masing kegiatan itu.

Tentu saja, Plan tak ada masalah. Ia memang sangat ingin berkarir di bidang kuliner, bahkan ia mengambil Jurusan Managemen Hotel dan Catering Industri dan Klub memasak sebagai tambahan agar semuanya satu jalur dan mendukung masa depannya.

Maklum, Plan tidak datang dari keluarga kaya. Ia mendapat beasiswa masuk universitas itu. Orang tuanya meninggal sejak ia kecil dan ia hidup dengan nenek dan kakeknya di sebuah desa terpencil di Chiang Mai.

Untunglah beasiswa yang diberikan pemerintah itu mencakup tempat tinggal juga. Jadi, selama kuliah, ia tinggal di dormitori kampus yang meskipun sangat tua dan tempatnya agak jauh dari kampus, tempat itu masih terbilang layak untuk ditinggali.

Lalu bagaimana takdir mengatur pertemuan kedua mereka?

Malam itu seusai bazaar, Plan masih membantu para seniornya berbenah. Dari semua anggota klub yang baru, hanya tinggal dirinya saja yang masih bekerja dengan kerasnya memilah dan memilih semua barang yang harus dimasukkan ke dalam mobil angkut untuk selanjutnya dikembalikan ke ruang Klub.

ALWAYS AND FOREVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang