Chapter 7

306 46 2
                                    

"Phi Fah akan datang besok pagi. Ia ingin kau istirahat dulu dan menikmati waktumu dengan anak-anak," ujar Sammy sambil menatap Plan dari jok mobil sebelah sopir.

"Aku mengerti. Terima kasih banyak," ujar Plan sambil tersenyum ramah kepada Sammy.

Kedua anaknya berceloteh tentang banyak hal dan Plan hanya tersenyum dan bersabar mendengarkan mereka yang berlomba bercerita tentang kehidupan mereka. Plan jelas tak bisa mengatakan apapun kecuali perasaan bahagia yang  tergambar lewat binar wajahnya dan senyum lebarnya.

Keesokan paginya, mereka sarapan dan kemudian bersantai sebentar. Rencananya setelah berbicara dengan Fah, Plan akan mengajak anak-anaknya berbelanja dan bermain di area skating. Setelah itu, mereka akan menonton dan jalan-jalan di sekitar pusat kota.

"Kau terlihat sangat berbeda," ujar Fah saat mereka bertemu. Mereka sudah berbicara tentang banyak hal, tentang hal-hal ringan dan trivia.

"Berbeda. Tentu saja, aku sudah tua sekarang, Phi. Tapi, Phi Fah tetap cantik dan karismatik. Aku ingin sepertimu, tapi rasanya tak mungkin," sahut Plan dengan sopan.

"Bukan begitu maksudku. Aku tak pernah berpikir seperti itu. Sekarang kau terlihat lebih cantik, anggun, dan elegan. Jangan sampai Mean melihatmu atau dia ingin kembali kepadamu," sahut Fah sambil tersenyum.

"Phi, kau berlebihan. Ada yang ingin kubicarakan tentang anak-anak," ujar Plan. Nadanya serius. Fah mengernyitkan alisnya.

Plan memulai penjelasan. Ia ingin membawa anak-anak ke Inggris selama Mean bulan madu dengan Jani. Ia pikir akan lebih baik mereka tak mengganggu Mean dan Jani supaya pasangan baru menikah itu tenang dalam perjalanan mereka.

"Aku dengar mereka akan berlayar. Jadi, kupikir ini kesempatan baik untukku dan anak-anak untuk bisa saling mengenal dan lebih dekat, " terang Plan.

Fah menarik napas panjang. Ia mengangukkan kepalanya.

"Aku setuju, tapi kurasa dalam hal ini, Mean lebih pantas untuk memutuskan. Kalian  bicaralah dulu! Akan kusuruh Mean menemuimu. Si Bodoh itu kalang kabut saat tahu kau sudah di sini dan memilih pergi ke Kancanaburi untuk mengurus bisnisnya, " ujar Fah lagi.

Plan hanya tersenyum.

"Malam ini, aku akan bawa anak-anak ke acara makan malam dengan keluarga Jani. Kuharap kau tak keberatan? Kau mau gabung dengan kami?" tanya Fah. Ia menatap Plan.

"O, terima kasih, Phi. Tapi, aku harus menolak tawaranmu. Ada yang harus kulakukan. Aku paham anak-anak harus ikut. Mean juga ada di sana, bukan?" tanya Plan.

"Uhm," gumam Fah.

"Dia akan menyusul dari Kancanaburi," sambungnya.

"Nah, itu lebih baik." Plan menyimpulkan.

"Kau sudah punya kekasih? Atau menikah lagi?" tanya Fah. Plan terhenyak. Mereka tengah berjalan menuju mobil Fah.

"Aku tidak seberuntung Mean," sahut Plan sambil menggaruk kepalanya pelan.

Fah tersenyum.

"Kau masih mencintai Mean?" tanya Fah. Lagi-lagi Plan terhenyak.

"Aku tahu kenapa kau meninggalkan dirinya. Tapi aku tak mengatakan apa-apa kepadanya. Situasinya sangat rumit. Sata aku temukan semua fakta di balik hubungan kalian, Mean nda Jani sudah bertunangan dan aku punya tanggung jawab yang berat. Posisiku dalam keluarga ini penuh banyak tekananan. Aku harap kau memaafkan ibuku," sahut Fah lagi. Mereka berdiri di hadapan pintu mobil Fah dan Faha menepuk bahu Plan.

Meskipun agak terkejut karena sekarang Fah tahu semuanya, Plan  menganggukan kepalanya.

"Semuanya sudah terjadi. Lagipula, aku akan setuju dengan Phi. Lebih baik kita diam dan tak banyak  bicara soal masa lalu. Semuanya akan berjalan baik. Aku di sini hanya sebulan, Phi. Memenuhi keinginan anak-anak. Dan aku sangat berterima kasih kepadamu untuk ini. Ke depannya, aku ingin lebih berkomunikasi dengan anak-anak. Semoga kalian izinkan," ujar Plan menjelaskan.

ALWAYS AND FOREVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang