SB 10

20 2 0
                                    

Liana menatap semua murid yang duduk di kelas jengkel. Pasalnya mereka semua, tengah Curi-curi pandang padanya.

"Andai gue jadi presiden, pasti pak Anton untuk gue gantung di pohon kepala!"

"Hei orgil, lagi ngapain lu?" seorang pria datang dan menghampiri Liana. Liana menatapnya sebal.

"Punya mata?" lelaki itu mengangguk.

"Pake dong! gak liat gue lagi ngapain!"  sarkas Liana. Lelaki itu tertawa receh, kemudian berlari bersama dengan Liana.

"Eh, elo kok ...?"

"Gue telat. Lagian seru 'kan di hukum kaya gini? seenggaknya bisa jalan-jalan dari pada belajar di kelas. Capai!" tukas lelaki itu. Liana terkekeh ada benarnya juga. Mungkin setelah ini Liana akan memilih bolos saja di setiap pelajaran. Karena ternyata bolos seru juga.

"Nama, lo siapa?" tanya Liana. Pasalnya lelaki itu sama sekali tak mengenalkan dirinya.

"Gue?" lelaki itu menunjuk dirinya. Liana mengangguk.

"Jodohnya Rose . Pacarnya Lisa, selingkuhannya Kim jenie."

Liana melongo kemudian tertawa receh. Ia baru tahu, ada cowok yang hobi menghalu seperti lelaki yang di sebelahnya.

Mungkin bukan baru tahu, hanya langka saja.

"Yang bener?" tanya Liana memastikan.

"Tapi boonk, Papalepapale."

Liana mendengus kasar, untung saja lelaki di depannya tampan. jika tidak, habislah ia Liana cekik.

"YANG BENER!" tegas Liana. Lelaki itu mengangguk kemudian berhenti berlari.

"Gue Pratama Wijaya, biasa di panggil Tama." jelasnya lengkap. Liana mangut-mangut kemudian melanjutkan larinya yang sempat terhenti.

"Gue Liana." sapa Liana singkat.

"Salto."

"Ya ATM."

Apa? ATM maksudnya? Tama menoleh kearah Liana yang memasang wajah datar, mungkin karena tidak suka menjadi perhatian banyak orang. Terlebih lagi bajunya tipis.

"Lo kayaknya harus pergi dari sini. Sebelum mereka semua keroyok lo, termasuk gue." bisik Tama. Liana menoleh, kemudian mengerutkan keningnya.

"Kenapa?"

"Kabur!" sebelum menjawab, Tama sudah lebih dahulu kabur. Meninggalkan Liana yang bingung. Liana menoleh ke belakang melihat seekor kucing raksasa yang tersenyum devil menatapnya. Seolah-olah mengatakan 'Habis kau Liana.'

Liana menelan Salivanya kasar kemudian menatap kucing raksasa itu sendu.

"1."

"2."

"3."

"Lari!" pekik Liana, detik itu juga Liana langsung berlari, disusul kucing raksasa yang mengejar Liana.

Bersambung

Keluarga SBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang