08 - Berita

34 7 0
                                    

Seminggu berlalu setelah kejadian kecupan itu, Jungkook pun menghilang selama itu. Ia dan Jungkook hanya bertukar pesan secara singkat. Jungkook mengaku jika dia harus ikut ayahnya ke Singapura, karena urusan bisnis.

Yang Taehyung herankan, apa hubungan antara bisnis dengan Jungkook? Bukankah yang memiliki bisnis itu ayahnya? Lantas kenapa Jungkook ikut? Apakah dia akan dijadikan tumbal proyek? Atau ia akan dijodohkan oleh seseorang?

Entah kenapa, hati Taehyung merasakan gelisah yang tinggi. Tak biasanya perasaannya seperti ini. Entah kenapa hatinya seakan memaksa bahwa Jungkook adalah miliknya, semenjak dia mencuri kecupan pertama di bibir Taehyung dan mengatakan sesuatu tentang perasaan yang ia sendiri tak bisa pahami.

Tak munafik, Taehyung pun merasakan perasaan yang sama. Perasaan yang tak pernah ia rasakan. Rasa senang berada di dekat Taehyung, berbeda saat ia dekat dengan Seokjin. Seokjin dan Taehyung memang sangat akrab, namun ia memiliki perasaan biasa kepada Seokjin. Entahlah, Taehyung tak memahami perasaannya sendiri.

Kafe agak sepi sekarang, jadi Taehyung memutuskan untuk membuka gawainya. Menantikan pesan dari Jungkook. Jungkook bahkan tak mengucapkan selamat malam seperti biasa. Jungkook juga belum menyapanya, mengingatkannya sarapan, dan memberinya semangat.

"Daripada kau memandangi gawaimu itu, lebih baik bantu aku menata ini." Seokjin datang lagi - lagi dengan nada yang judes.
"Aish hyung, kenapa kau sangat galak? Aku merasa kasihan dengan Namjoon Hyung" Ujar Taehyung sambil berlari menuju tempat penyimpanan kopi, sebelum hyungnya itu memukulnya dengan panci.

•••

Taehyung hampir pulang kerja, dan Jungkook belum juga memberinya pesan. Membuat hati Taehyung semakin gegana. Gelisah galau merana. Taehyung membersihkan lantai kafe dengan malas. Menghembuskan nafasnya berkali - kali, membuat Seokjin geram.

"Jika ada sesuatu yang menganggu perasaanmu, ceritalah padaku. Kau rese kalau lagi galau." Seokjin mengambil sapu di genggaman Taehyung dan mengajaknya duduk.
"Tak ada hyung-"
"Tak usah berbohong, pabo. Aku tidak bodoh. Berceritalah cepat, atau kupaksa kau ikut bersamaku dan Namjoon." Ancaman Seokjin benar - benar membuat Taehyung tunduk. Entahlah, Taehyung suka sekali melihat pasangan sejenis di aplikasi di gawainya. Namun, ketika melihat Namjoon dan Seokjin, dia seakan gelay dengan mereka.

"Waktu aku cuti, aku pergi berpiknik dengan Jungkook. Dia mengecup bibirku, dan berkata ia memiliki perasaan yang berbeda denganku, namun ia tidak tahu itu apa. Begitupun denganku, aku memiliki perasaan senang berlebih jika bertemu dengannya. Namun sudah seminggu ini, ia jarang mengirimiku pesan. Aku tak tahu kenapa, aku gelisah." Taehyung menjelaskan panjang lebar tentang isi hatinya.
"Kau menyukai Jungkook bukan?" Seokjin tersenyum. Dibalas gelengan oleh Taehyung.
"Dan Jungkook, menyukaimu." Taehyung dibuat tertegun dengan ucapan Seokjin. Apakah ucapan Seokjin benar? Ah, hal itu terdaftar di daftar pertanyaan terbesar di hatinya.

"Tunggulah sebentar, Tae. Aku melihat ketulusan di mata Jungkook. Mungkin, dia kelelahan jadi tak sempat menghubungimu." Seokjin sebenarnya dari awal memiliki firasat bahwa Jungkook menyukai adiknya ini.
"Apakah itu benar hyung?" Taehyung mencari kebohongan di mata Seokjin, namun nihil.
"Percayalah padaku. Aku harus pergi, Namjoon sudah menungguku. Tak ingin ikut?" Seokjin tersenyum jahil.
"Enggak mau, gasuka, gelay" Taehyung membuat suaranya mirip seperti seseorang yang tengah viral di internet. Yaitu, Nisa Sablon.
"Dasar kau, adik sinting. Baiklah aku pergi!" Seokjin melenggang pergi, meninggalkan Taehyung sendirian di kafe itu.

Taehyung memilih berkemas dan pergi pulang. Sedikit mengecek gawainya, menanti kabar Jungkook. Namun nihil.

"Jungkook, kau di mana?" Taehyung menghela nafas lelah.
"Mencariku?" Tiba - tiba Jungkook muncul di hadapan Taehyung membuat namja itu terkejut setengah mati. Hampir saja gawainya terlempar. Ia langsung saja memeluk Jungkook, tanpa disadarinya. Jungkook pun tersenyum dan membalas pelukan itu.

"Pabo, kau membuatku khawatir!" Taehyung mencubit punggung Jungkook.
"Mianhae, tapi sungguh. Ayah tak membiarkanku memegang gawai, dia membawaku keliling Singapura." Ujar Jungkook.
"Kau sungguh menyebalkan!" Taehyung mencubit punggung Jungkook lagi.
"Ingin terus memelukku? Tak ingin pulang?" Taehyung akhirnya tersadar bahwa ia memeluk Jungkook sedari tadi. Taehyung melepasnya dan langsung masuk ke mobil Jungkook, tanpa izin.

Di perjalanan, Taehyung berpura - pura merajuk. Mengalihkan isu lebih tepatnya, karena kejadian berpelukan tadi. Dibanding mengurusi ocehan Jungkook, ia lebih memilih menyalakan radio.

"Pemirsa, diberitakan seorang tahanan dari Daegu tiba - tiba menghilang secara misterius. Dan tahanan tersebut adalah Kim Heechul pembunuh istrinya sendiri."

MULAI MASUK KONFLIK, JANGAN LUPA DIVOTE
MAKASI, SAMA SAMA

Hujan, Pelangi, dan Petir (KookV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang