Chapter 18

335 60 8
                                    

"APA APAAN SIH LO NERIMA AJAKAN DIA KAYA GITU? GILA LO YA? PAYAH LO KENA GADING DOANG LANGSUNG MLEYOT. PULANG AJE LU PULANG!"

Itu isi kepala Bian saat ini. Sebenarnya, saat ia mengenakan earphone di telinganya, itu fakta. Namun ia tidak menyalakan lagu apapun di earphone tersebut. Jadi Bian mendengar semua pembicaraan Asha dan Gading yang sedang duduk berdua di belakangnya.

Dan disanalah Asha. Bernyanyi dengan hati senang bersama Gading dan kawan-kawannya dan menjadi tontonan banyak orang. Sedangkan Bian hanya duduk dari kejauhan bersama Harish dan Nidya sambil makan pisang goreng.

Gading dan Asha menyanyikan lagu milik HiVi - remaja. Dari liriknya, pasti orang-orang di sekitarnya mengira bahwa mereka menjalin hubungan asmara. Karena dari awal masuk panggung, Asha selalu berada di samping Gading dan menggenggam tangannya. Mereka menyanyikan lagu tersebut dengan baik dan mendapat chemistry yang bagus.

Entah mengapa, Bian merasa tidak enak hati. Ia menatap keduanya dengan tatapan risih.

"Tuh, Bi. Keduluan Gading lu." cibir Harish.

"Apaansi? Gajelas lo." kata Bian sambil menopang pipi nya dengan tangan.

"Lo suka sama Asha, Bi? Kalo iya, gue bantuin deh." timpal Nidya.

"KAGAK." kencangnya ucapan Bian membuat pandangan seisi cafe tertuju padanya. Termasuk Gading, Asha, dan teman-temannya.

Bian langsung menarik tali hoodie nya sampai kupluknya menutupi seluruh wajahnya.

"Buka aja kali." ucap Harish enteng.

"Bacot." Nidya dan Harish sama-sama terkekeh.

Setelah satu lagu telah dihabiskan oleh mereka, Asha pun turun dari panggung dan kembali ke tempatnya yang semula. Asha duduk di samping Bian yang entah sedang apa di balik hoodie nya itu.

"Kenape?" tanya Asha pelan sambil menunjuk Bian.

"Shh, biarin aja udeh." ucap Harish, dan di iyakan oleh Asha.

Setelah menikmati beberapa lagu dari Skye, mereka pun pulang. Karena Harish merasa dia adalah laki-laki, ehm, lebih tepatnya sedang masa pendekatan, ia mengantar Nidya sampai ke rumahnya. Sementara Bian..

"Yaudeh, rumah dia deket kan? Tinggal jalan kaki doang manja bener."

Tapi ujung-ujungnya, ia tetap mengantarkan Asha sampai rumah karena sudah dibujuk Harish. Namun sebelum mereka pulang, mereka bertemu dengan Gading dan kawan-kawannya secara tidak sengaja ketika berada di tempat parkir.

"Mau pulang, Sha?" tanya Gading.

"Iya, lo juga?" Gading menggangguk.

"Bau-bau ape nih?" bisik Theo pada anggota yang lain.

"Modus dulu, biasa." sahut Yovie sambil memasukkan instrumen mereka ke dalam bagasi mobil.

"Ga bareng gue aja? Gue bawa motor kok. Ga bareng sama mereka." kata Gading sambil menunjuk motornya yang terparkir.

Asha mengulum bibirnya, "Ng-ngga usah deh. Gue pulang sama Bian aja. Jalan dikit doang kok. Gue duluan ya." kata Asha buru-buru pergi. Tanpa sadar, Asha pun menggandeng tangan Bian mengajaknya pergi dari tempat parkir.

Bian maupun Gading saling melempar pandangan sengit, tidak suka. Asha yang menyadari itu langsung menambah kecepatannya untuk mengajak Bian pergi dari halaman parkir tersebut.

Di tengah perjalanan, awkward. Tidak ada yang berani memulai pembicaraan terlebih dahulu. Sebenarnya, ada banyak pertanyaan yang terus membayangi pikiran Asha tentang apa yang terjadi sebenarnya pada Bian dan Gading di masa lalu. Tentu Asha tahu ketika Gading mengatakan bahwa ia dan Bian tidak terlalu dekat adalah bohong. Karena insiden hari jumat kemarin, Bian tertampar dengan kerasnya dan mendengar nama Gading di pertengkaran tersebut.

Dream, Love, Power, and Walls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang