Chapter 21

336 54 6
                                    

Hari ini hari Sabtu. Artinya sudah H-1 segala pertandingan di festival tersebut dimulai. Semakin mendekati hari pertandingan, Bian pun tidak pernah bolos latihan. Begitupula Gading dan para personil lainnya, Theo, Dino, Jody, Yovie, dan Reval

Namun anehnya, belakangan ini Bian juga menjauhi Asha secara perlahan walaupun saking risihnya terkadang Bian sampai membentaknya di hadapan siswa lain. Asha berusaha mencari tahu lewat Harish namun Harish juga enggan memberi jawaban.

"Ya emang lagian ngapain sih lo ke Bian mulu? Kalo dia udah berhenti nyuruh-nyuruh lo beli barang ya bagus dong kenape lo malah ngarepin Bian nyuruh-nyuruh lo lagi?" dumel Nidya.

"Ga gitu, Nid. Lo ga ngerti apa yang gue maksud. Dia tuh sempet baik sama gue. Tapi tiba-tiba kenapa jadi jahat lagi kaya awal gue ketemu dia gituu." ujar Asha.

"Emangnya kenapa kalo baiknya dia ilang? Ya lo tinggal tinggalin dia kan? Katanya lo capek juga jadi asisten abal-abalnya dia. Aihh, buru nih tinggal dikit tugasnya. Ngomongin Bian mulu dari kemaren buset." kata Nidya sambil memberikan buku miliknya.

"Besok Harish tanding kan?" tanya Asha. Nidya mengernyit.

"Tanding? Tanding apaan orang gue besok janjian sama dia mau nonton." cibir Nidya.

Asha mendecak kesal, "Yaudeh, liat aja besok."

•••

Band Skye sekarang sedang berlatih di ruang musik sekolah. Mereka sengaja menghemat uang dengan tidak menyewa studio untuk latihan karena mereka menggunakan uang untuk membeli konsumsi di hari H besok. Lagipula, sekolah selalu menyediakan ruangan musik untuk siapapun yang ingin menggunakannya. Rencananya, mereka akan membawakan lagu Sheila On 7 untuk perlombaan besok. Berhubung mereka sering sekali berlatih dengan lagu ini, jadi mereka tidak terlalu seserius itu berlatih sampai malam.

"Gue pulang duluan yak." kata Gading pada teman-temannya yang sedang merapikan instrumen mereka.

"Buru-buru amat? Ga ikut nongki dulu?" tanya Reval.

"Ga deh, ntar gue pulangnya kemaleman." teman-teman Gading saling pandang.

Theo berjalan ke arah Gading, "Bro, rumah lo ga sampe dua kilo dari sekolah." ucapnya sambil menepuk pundak Gading.

Gading tersenyum miring, "Itu bukan rumah gue." ujarnya singkat.

"Maksud lo?"

"Becanda lo?!"

Sahut teman-teman Gading yang lain selain Dino.

"Lo kenapa lagi sih, Ga?" tanya Dino kesal.

"Gue gapapa, guys. Pikiran gue gaakan ganggu lomba besok kok. Gue janji. Kalo masalah gue ganggu lomba besok, jual aja motor gue." kata Gading.

"Lo gak baik-baik aja, Ga. Kita tau lo gak baik-baik aja." ujar Tara.

"Gaada yang perlu lo sembunyiin dari kita. Masalah buat lo, masalah kita juga." sahut Theo. Semuanya mengangguk setuju, kecuali Gading tentunya.

"Lo pada kenapa dah? Gue beneran gapapa. Gue cape, mau istirahat aja." jelas Gading.

"Beneran?" tanya Dino, yang ada di dekatnya.

Gading menghela napas dan hendak mengatakan sesuatu, namun terpotong oleh omongan Yovie, "Masalah sama Bian lagi?"

Yovie  disenggol oleh Jody, "Mulut lo lemes amat kaya slime." bisiknya.

"Ck, yaudah-yaudah gue ikut nongkrong. Pelit amat kaga ikut nongki sehari doang ditanyain dari A sampe Z." kata Gading kesal.

"Emang dari muka lu aja kita tau. Lo kebiasaan begini kalo ada masalah di rumah." sahut Jody.

Dream, Love, Power, and Walls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang