Dua Puluh Delapan

654 116 16
                                    


jangan lupa di komentarin dan vote teman-teman! biar aku tahu sebanyak apa yang nungguin work ini.

Suatu hari, di tahun 1990, Bandung.

Saya sedang di Bandung sekarang. Menikmati suhu 15 derjat di tengah banyak rindang pohon pinus dan suara riak air yang mengalir. Bersama orang lain yang bukan kamu. Bersama orang yang aku pilih untuk menggantikan kamu.

Wanda menarik napasnya, disekanya rambut yang jatuh di depan mata. Kemudian menatap lagi ke arah hamparan rumput di luar vila yang dia pesan. Di sana embun memutus pandangan. Hingga dia tidak tahu apa yang terjadi di baliknya.

Anehnya, meskipun saya nggak pernah menghabiskan waktu bersama kamu di sini. Saya selalu berpikir, mungkin kamu juga pernah menghabiskan waktu di sini. Bersama teman-teman semasa kuliahmu. Atau mungkin dengan dirinya yang kamu pilih.

Wanda menghentikan gerak jemarinya. Memandang lagi wajah Saga yang terlelap di balik bantal yang membatasi. Kemudian teralih pada kertas yang kini sedang ada di hadapannya. Kalimat-kalimat yang masih dia tulis untuk seseorang yang sudah tinggal jauh di dalam kenangan.

Pantas kamu suka Bandung, setiap jengkalnya dingin. Seperti sebuah kenangan yang dibekukan. Kamu akan selalu jatuh cinta pada kota ini kan? Melebihi cinta kamu pada masa lalu kamu.

Charis, kalau nanti kita berenkernasi, kita harus bertemu di tempat ini. karena rasanya mungkin akan sangat menyenangkan, tidur di bawah selimut yang sama denganmu. Membicarakan apa yang akan kita lakukan hari ini. Berlibur di sini.

Charis, maaf aku tidak bisa menepati janjiku sendiri. Aku tidak bisa berhenti begitu saja mengirimu surat yang berakhir pada kaleng usang. Aku ingin bercerita tentang apa yang aku lakukan dengan seolah-olah kamu bisa menjawabnya.

Atau paling tidak membacanya.

Charis, aku menulis banyak hal belakangan ini. salah satunya adalah kisah kita yang tidak ada akhirnya. Tapi aku tidak berani mengirimkannya ke penerbit. Aku ingin saat buku ini selesai, kamu yang membacanya terlebih dahulu. Dan menentukan apa akhir dari ceritanya. Aku akan menagih janji kamu. Agar apa yang aku tulis tidak berakhir sia-sia.

Charis, menurutmu, apa yang akan aku katakan jika kita bertemu? Apakah aku bisa menyampaikan semua kalimat yang aku cicil melalui surat-surat ini? pastinya tidak. Aku mungkin akan memilih untuk diam. Menikmati mimik wajahmu yang masih membuatku penasaran.

Aku tahu, mungkin ini tidak akan terjadi. Tapi, aku ingin menikmati Bandung bersama denganmu. Kota yang membuatmu tidak kembali. Kota yang membuatmu hilang tidak berbekas. Jadi, kalau kamu membaca surat ini, bisakah kamu membawaku ke tempat ini? agar aku tahu bagaimana rasanya Bandung bersama kamu.

Wanda menutup pulpennya. Lalu melipat surat itu untuk dimasukkan ke dalam amplop putih. Setelah itu dia menyelipkannya ke dalam sebuah agenda yang sudah dia siapkan. Dan terakhir agenda itu dia masukkan ke dalam kopernya. Dirapikannya di sana. agar tidak ada yang tahu abhwa diam-diam dia masih berkomunikasi dengan kehampaan.

Sementara diam-diam, Saga menarik napas berat. Dia tahu apa yang Wanda lakukan selama ini. selama mereka berhubungan, Wanda tidak pernah pergi dari masa lalunya. Sesuatu yang ingin sekali Saga hapus dalam ingatan Wanda.

Tapi, saga tidak punya kendali untuk membiarkannya melakukan itu. Apalagi Wanda yang dia kenal adalah perempuan yang baik, yang sepertinya melakukan apapun tugasnya sebagai sosok istri yang baik juga.

Jad dia membiarkannya begitu saja. Membiarkan Wanda memiliki dunianya sendiri. Membiarkan Wanda merekan semua yang ingin dia sampaikan kepada masa lalunya yang entah kapan selesai. Membiarkan Wanda menjadi dirinya sendiri seperti itu.

To Charis [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang