Sembilan Belas

675 121 16
                                    

Tidak ada janji hari ini. Charis sengaja tidak memberi tahu kepada Wanda bahwa dirinya akan menunggu di depan sekolah. Menjemputnya.

Ini tidak seperti biasanya. Jika sebelumnya dia akan menelepon Wanda malam hari untuk memastkan gadis itu bisa menunggunya. Tapi, hari itu, merasa bahwa dia sudah memahami jadwal Wanda. Maka dia akan datang, mengejutkannya.

Dengan apa yang dia ketahui, bahwa hari ini sepertinya Wanda tidak ada jadwal ekskul atau rapat apapun. Jadi dia memutuskan datang tepat waktu. Menyaksikan siswa-siswa lain keluar dengan menatapnya. Melihatnya seperti makhluk asing.

Padahal hari itu Charis merasa bahwa dirinya tidak sedang menggunakan seragam yang menurut Wanda sangat mencolok digunakan di sekolahnya. Jadi melihat bahwa orang-orang mungkin akan semakin meenatapnya dengan tatapan aneh itu. Charis memutuskan untuk pindah. Ke tempat yang mungkin lebih strategis tanpa harus menerima tatapan-tatapan aneh itu.

Sayangnya, saat itu, saat Charis mencari tempat yang strategis, Wanda keluar bersama teman-temannya. Mencari angkutan umum dan meninggalkan Charis yang menunggu Wanda dari tempat lain. Yang berharap bahwa tindakannya akan memberikan kesempatan pada temu yang amat Charis inginkan.

Meskipun ternyata setelah satu jam di sana, Charis tidak menemukan Wanda melainkan sosok lain yang pernah dia temui saat sedang menunggu Wanda. Sosok yang kini berdiri ada di hadapannya.

"Pacarnya Wanda ya?" orang itu berusaha mengakrabkan diri. Gita. Sosok yang sering kali dibicarakan Wanda padanya.

Mendengar pertanyaan itu, Charis membulatkan matanya. Pacar katanya. Apa mereka bisa disebut dengan satu kata tersebut? Apa mereka sudah berpacaran? Bagaimana bisa? Apa Wanda tahu mengenai perasaannya sehingga bisa menyimpulkan bahwa mereka sedang berpacaran?

Tapi, bukannya berpacaran itu dilarang dalam agama? Jadi? Sekarang dia harus apa?

"Wandanya udah pulang, dari sejam yang lalu. Nggak ketemu ya?" Di tengah kebingungan Charis, gadis itu berkata lagi tanpa memerhatikan wajah Charis yang masih kebingungan.

Tapi mendengar itu, Charis segera mengangguk. "Gitu ya, saya nggak bilang dulu kalau saya mau datang ke sini. Wajar sih kalau dia nggak tahu."

"Oh pantes. Lagian kenapa nggak tunggu di depan gerbang aja? Kan bisa lebih kelihatan dibanding di sini."

Charis terkaku menjawab pertanyaan sosok yang berusaha dekatnya itu, dengan berat hati dirinya menjawab, "Nggak enak sama anak-anak lain. Wanda kayaknya nggak suka kalau dia jadi pusat perhatian. Makanya saya disini nunggunya."

Gita mengeluarkan bulatan pada mulutnya. "Yaudah sana jalan, ke rumahnya aja. Pasti ada."

Charis mengangguk kemudian menyela motornya dan pergi dari sana. Meninggalkan Gita yang tersenyum jahil dan bangga sekaligus. Dia tahu bahwa Wanda akhirnya menemukan pacar yang tepat. Yang tidak banyak bicara, tampan dan pintar. Wanda akan menjadi perempuan paling beruntung sekarang.

.

Tentu saja, Charis tahu bahwa dirinya pernah begitu mencintai Wanda. Sebegitu besar hingga akhirnya dia memilih melepaskannya. Melupakannya. Dan sekarang, kenangan-kenangan yang dia jaga dalam pandora itu kembali muncul. Diiringin bentuk masa depan yang persis seperti Wanda.

Giselle mewarisi sifat Wanda. Pendiam sekaligus perhatian. Mudah panik. Dan beraura positif. Sekarang di hadapannya, Giselle sedang berusaha mneghubungi seseorang. Setelah Reza meninggalkannya, tentu saja, Giselle semakin panik.

"Tante Gita?"

Nama itu.

Bagi Charis, Gita bukanlah nama asing. Mungkin, siapapun yang mengenal Wanda akan mengenal sahabat sejatinya itu. Bagaimana juga kabar anak inosen itu? Apakah masih akan berusaha mendekatinya? Meceritakan cerita-certa lucu tentang Wanda?

To Charis [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang