Chapter 18.

2 0 0
                                    

Lega sekali rasanya pagi ini terlewatkan dengan lancar dan juga tenang, walaupun aku harus bertemu dengan lelaki menyebalkan saat lari pagi tadi. Tapi ya sudahlah semakin lama aku menjadi terbiasa dengan sifat menyebalkan juga mulutnya yang selalu berbicara omong kosong. Saat memasuki rumah ku lihat sekeliling sangat sepi layaknya hanya aku yang berada di rumah ini, kemana pergi nya pemain drama pagi? Apa mereka semua pergi dari rumah ini? Benarkah secepat itu?

"Non Yla sudah pulang," Mba Rumi menghampiri ku dengan membawakan segelas jus mangga.

Ku meraih gelas tersebut dan meneguk jus tersebut hingga tinggal setengah, "Pada kemana orang-orang?" Tanyaku.

"Ibu pergi belanja menemani Non Cindy, kalau Bapak lagi ketemu klien."

"Belanja? Enak banget dia baru sehari di sini sudah berasa seperti tuan Putri." Aku kembali meneguk sisa jus tersbut dan mengembalikan gelasnya kepada Mba Rumi. "Ya sudah, Mba, aku mandi dulu ya. Siapkan sarapan aku," Lanjutku dan langsung naik ke lantai dua menuju kamar, di kamar aku menuju meja rias untuk membersihkan sisa-sisa keringat diwajahku dengan tisu, namun di atas meja riasku terdapat sebuah kotak besar dengan sebuah notes di atasnya. Aku tersenyum getir melihat notes yang berada di atas kotak tersebut dengan notes yang masih tertempel di kaca meja riasku secara bergantian. Kejutan apalagi ini? Kenapa Fadil suka sekali memberikan kejutan untukku, padahal dia sudah tahu aku tidak suka hal-hal norak seperti ini. Aku beranjak ke pintu kamar dan keluar.

"Mba, ini kotak di kamar aku dari siapa ya?" Tanya ku berteriak dari lantai atas untuk memastikan apakah benar ini dari Fadil.

Mba Rumi yang sedang di dapur berjalan sedikit dan menampakkan kepalanya untuk membalasku "Itu dari temen Non Yla, namanya Ridho kalau Mba tidak salah ingat."

"Ridho?" Tanyaku pada diri sendiri, aku langsung kembali masuk ke kamar dan membaca notes yang tertera pada kotak tersebut.

'Jam 10.30 gue jemput, jangan ngaret yah'
-Ridho

Please deh ini hari minggu hari di mana saat nya aku bersantai dan menikamati hidup sehari saja kenapa banyak sekali yang ingin bertemu dengaku sih hari ini, pertama sih Fadil sekarang Ridho. Sudahlah mending aku mandi ketimbang pusing memikirkan dua orang itu, pasti tidak akan ada habisnya.

15 Menit kemudian.

Aku sudah selesai mandi dan menatap jam dinding tenyata sudah jam 10.00, cepat sekali waktu berlalu. Aku kembali menuju meja riasku dan membuka kotak untuk melihat isinya, ternyata ada sebuah baju dress santai yang cocok sekali dengan cewek-cewek feminim yang ingin pergi berkencan dengan pacar mereka.

Ku angkat perlahan dress tersebut dan menatapnya dengan geli lalu menjatuhkan nya kembali ke dalam kotak, "Ih apaan sih, Ridho kan tahu gue gak suka baju yang terlalu feminim bukan style gue banget. Kenapa dia kasih gue ini coba, ih geli gue."

Karena merasa geli dengan pakaian yang di berikan Ridho aku pun memilih untuk memakai pakaian yang ada di lemariku,  dan memilih yang memang aku suka dan cocok dengan style ku. Setelah sudah siap aku turun untuk menyantap sarapanku ditemani oleh Mba Rumi. Tampaknya orang-orang masih belum pulang, baguslah setidaknya aku bisa menikmati weekend ku dengan tenang hari ini. Selang beberapa menit aku mendengar suara mesin motor yang sangat familier di telingaku. Aku pun beranjak dari meja makan dan berpamitan pada Mba Rumi untuk pergi, sampai di depan pintu aku meihat pakaianku sebentar dan semua sudah rapih.

Ku buka pintu dan kaluar dari rumah, ku lihat Ridho yang duduk di atas motornya dan berpaling pandangan menatapku yang berjalan dengan santai semakin mendekat padanya. Bisa ku lihat penampilan nya hari ini cukup berbeda dari biasanya, mungkin kalau cewek-cewek di sekolahku melihat penampilan nya sekarang dapat di pastika mereka akan berteriak norak seperti melihat seorang artis yang berjalan di sepanjang koridor sekolah.

Aku sudah berada di dekatnya sekarang, "Mau kemana sih? Banyak banget yang nemuin gue hari ini, padahal gue pengenn santai sendiri." kataku sedkit kesal.

Ridho masih saja terbelalak dnegan pakaian yang ku pakai, tentu saja ia beraksi seperti itu pasalnya pakaian yang ia berikan padaku tidak aku kenakan. Justru aku hanya mengenakan sebuah jens dan blezer santai dengan baju polos putih di dalamnya, hanya tatanan rambutku yang sedikit ku ubah menjadi bergelombang di bawah. Dari atas hingga bawah ia menatapku dengan intens tanpa berkedip sedikitpun.

"Kenapa? Kecewa dress pemberian lo gak gue pakai? Lagian lo lupa, gue ini Keyla bukan cewek-cewek di luar sana yang senang paka dress atau rok pendek."

Ridho tertawa kecil, "Tapi setidaknya kan lo bisa menghargai pemberian gue."

"Gue menghargai pemberian lo kok, cuma gue gak suka aja jadi gak gue pakai."

Ridho hanya bisa menggelengkan kepalanya, dan aku hanya menatap santai dirinya. "Jadi pergi gak? Kalau gak jadi gue mas-"

"Jadi."

Aku tersenyum tipis.

Kami berdua pun berangkat dengan motor besar milik Ridho, dengan kecepatan sedang Ridho membonceng ku dengan hati-hati. Ini pertama kalinya aku naik motor bersama dengan Ridho setelah 3 tahun berteman dengannya, ini juga pertama kalinya aku menyetujui ajakan nya untuk pergi bersama. Biasanya kami pergi bersama hanya jika kami berpapasan di makam Papah itupun hanya pergi ke kedai eskrim langganan kami, setelah itu pulang masing-masing. Aku memang tipikal orang yang menghindari untuk jadi pusat perhatian banyak orang makanya aku selau menolak jika Ridho mengajak berangkat sekolah bersama atau pergi berdua saja, tapi karena aku juga merasa bosan di rumah Aleena juga sibuk aku mengiyakan ajakannya semata-mata sebagai pelampiasan saja karena bosan.

Tidak terasa kami sudah sampai di area parkir sebuah mall besar yang terdapat di tengah kota, "Lo ngapain ngajak gue kesini? Gue gak suka Shopping."

"Dateng kesini bukan untuk shopping aja kali, Key."

"Terus?"

"Pokoknya gue akan ajak lo bersenang-senang hari ini." Ridho agak sedikit mendekatkan wajahnya padaku "Jadi lo ikutin gue aja, gak usah banyak komentar. Oke manis!" Lanjutnya seraya mencolek hidungku dengan telunjuknya.

Aku terdiam, sikapnya aneh tapi yang lebih anehnya aku merasa biasa saja dengan perlakuannya itu. Baiklah aku akan mengikutinya hari ini, dan kita lihat apa yang akan dia lakukan untuk membuatku senang. Semoga saja dia tidak banyak mengatakan omong kosong seperti yang Fadil lakukan padaku.


###

Hari ini double update yahh, biar kalian gak terlau lama menunggu lagi. Karena menunggu itu gak enak hahaha

Oke deh selamat membaca para readers ku :)

Jangan lupa vomment nya sobat :)

See you.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KEYLA'S LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang