Hidup memang seperti roda yang berputar, kadang di atas kadang juga di bawah. Namun sepertinya hidupku lah yang paling sengsara, karena roda itu selalu di bawah tidak pernah berputar ke atas.
.
.
.
.Pukul 04.30 WIB.
Tidak terasa ternyata sudah subuh, aku beranjak dari tempat tidurku menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar ku. Aku bergegas mandi dan mengambil air wudhu serta bersiap melaksanakan sholat subuh. Meskipun hidup ku bisa dibilang banyak sekali masalah dan kesulitan, aku tidak pernah lupa dengan kewajiban ku sebagai umat muslim, walau kadang jujur saja aku juga sempat kesal dengan-Nya karena selalu membuat hidup ku banyak masalah. Akan tetapi aku menganggap itu semua, karena Allah sayang padaku melebihi Mamah yang bahkan tak pernah menghiraukan ku.
Setelah selesai sholat, aku segera bersiap-siap memakai seragam sekolahku, ahh! Ya, aku hampir lupa kalau hari ini aku sudah janji untuk berangkat bersama dengan sih Ridho. Harus pasang wajah seperti apa aku nanti, ini pertama kalinya dalam hidup aku berangkat dengan teman ku apalagi teman ku ini lelaki. Memikirkan nya membuatku semakin pusing, aku melihat langit dari kaca jendela ku seperti nya hari ini akan turun hujan, sudah tampak adanya awan hitam sedikit demi sedikit.
Clekk...
Masih pagi, dan seperti biasa seseorang yang tidak ingin aku lihat dia pun menampakkan dirinya kehadapan ku. Ia menatap ku dengan sendu, namun aku menatapnya biasa saja tidak ada perasaan apapun. Seketika ia pun meraih tanganku yang sedang memasang sebuah dasi, aku pun menghentikan aktivitas ku.
"Yla..."
"Kalau mau ngomong tinggal ngomong, gak perlu pegang tangan segala." Ucap ku dingin dan melepaskan pergelangan tanganku dari cengkraman nya.
"Mamah mau minta maaf, atas kejadian semalam. Mamah gak sadar sayang, Mamah terbawa emosi sampai akhirnya..."
Mengingat kejadian semalam membuat hatiku hancur lagi, bahkan aku masih merasakan betapa perihnya tamparan keras itu mendarat di pipi kanan ku. Mataku pun mulai berkaca-kaca, aku benci setiap pagi harus mengawali seperti ini, benci sekali.
"Akhirnya apa?" Ucapku menantang.
"Akhirnya Mamah, menampar kamu. Mamah benar-benar menyesal, Mamah minta maaf. Mamah mohon maafin Mamah sayang." Ucap nya memelas.
"Dengan satu syarat."
"Apa? Mamah akan penuhi semua itu, asalkan kamu memaafkan Mamah."
"Jangan pernah berusaha untuk menjadi seorang ibu yang baik dihadapanku."
"Yla, kenapa seperti itu? Kasih Mamah kesempatan sayang, Mamah mau menebus semua kesalahan Mamah di masa lalu, Mamah mau menjadi ibu yang baik untuk kamu, mama minta beri Mamah kesempatan terkahir sayang."
"Mamah udah ngerusak mood pagi aku dengan membahas masalah semalam dan meminta maaf, sekarang Mamah juga meminta kesempatan terakhir dari aku? Mamah pernah mikir gak, dengan hadir nya Mamah setiap pagi dalam hidup aku, itu ngerusak semua hari-hari aku, Mah!" Ucap ku mulai kesal.
"Yla, Mamah sudah berusaha untuk bicara lembut sama kamu, kenapa kamu malah membentak Mamah?"
"Terus Mamah menyesal gitu?"
Dia bungkam dengan pertanyaan ku, harus yah setiap pagi aku awali seperti ini?
"Lagian aku gak pernah nyuruh ataupun meminta Mamah bicara lembut dengan aku."
"Mamah serius mau berubah sayang, tolong kasih Mamah kesempatan. Mamah sadar kesalahan Mamah sudah banyak sekali dengan kamu."
"Baru sekarang Mamah sadar? Kemarin-kemarin kemana aja? Kalau aja Mamah mengucapkan semua kata-kata itu disaat umurku masih tiga belas tahun, mungkin aku akan memaafkan Mamah dan memberikan kesempatan untuk Mamah. Namun, sekarang semua kata-kata Mamah sudah tidak ada pengaruh nya untuk aku Mah."
"Mamah gak tau harus bicara apalagi, Mamah cuma memohon sama kamu untuk memberikan Mamah kesempatan."
Aku bisa lihat Mamah memang tulus mengatakan itu, matanya pun mulai berkaca-kaca. Tapi apalah daya aku? Semua kesalahan Mamah di masa lalu sungguh menyakitkan buat aku, dan semua itu masih bisa aku rasakan hingga saat ini hingga aku tak bisa melupakan nya begitu saja. Aku pun juga mulai merasa sedih, setiap pagi berdebat dengan Mamah juga membuat hati ku sedih, aku menyanggah air mataku agar tidak keluar. Aku pun mengambil tas sekolah ku dan bersiap untuk keluar kamar.
"Maaf Mah, hati Keyla sudah mati jangan kan untuk memaafkan dan mencoba sayang sama Mamah, untuk menyayangi diri aku aja rasanya aku gak mampu, Mah! Jadi aku mohon sama Mamah, jangan pernah ungkit semua ini lagi, dan berusahalah untuk menjauh dari aku. Kita jalani hidup kita masing-masing, seperti layaknya orang asing yang tinggal satu atap. Aku berangkat, Mah!" Ucapku melembutkan menahan sesak di dada dan keluar kamar.
Aku keluar kamar begitu saja meninggalkan Mamah yang masing mematung, beberapa kali aku menghela nafas sembari menuruni anak tangga rumahku. Pagi ini seperti pagi-pagi sebelumnya, tak pernah ada yang berjalan baik selalu saja di awali dengan emosi ataupun air mata. Kapan hidupku ini akan tenang, seperti layaknya air sungai yang mengalir mengikuti arusnya? Sampai kapan aku harus hidup seperti ini?
Aku keluar pintu dan melihat ada Ridho yang sudah menunggu ku di luar gerbang, namun karena keadaan ku kacau dan hati ku juga sedang tidak enak, aku melengos pergi begitu saja tanpa berucap satu patah kata pun dengan Ridho.
"Eh eh eh, Key! Woy! Motornya di sini kali, woy!" Teriak Ridho, namun aku mengabaikan nya.
Aku berjalan tanpa tujuan kaki ku terus berjalan cepat tanpa memedulikan sekitarku yang memperhatikan, ku dengar langit yang saling beradu dengan mengeluarkan suara gemuruh. Aku pun terhenti mendengar gemuruh itu, aku terdiam fikiran ku kosong, aku tak tahu harus lanjut atau berhenti di sini. Menit berikutnya hujan turun secara tiba-tiba dengan sangat deras, ya! Pas sekali dengan suasana hati ku di pagi ini, mengapa bisa hujan deras sekali di pagi hari? Aku terduduk, dan terus menatap kosong jalan di depanku, ada beberapa motor yang melintas dan menyambar kan air becekan padaku, namun aku mengabaikan nya. Seragam ku basah dan kotor semua, aku pun menangis dalam derasnya hujan. Semakin kencang tangisan ku, aku tak tahu harus bagaimana lagi aku tak pernah sehancur ini sesudah debat dengan Mamah.
Dadaku benar-benar sesak hingga aku sulit mengatur nafas ku, hingga detik berikutnya...
Bughhh...
Aku tersungkur di jalan, dengan mata terpejam...
Ya! Aku pingsan di tengah derasnya hujan.
.
.
.
.
.
.
.
.
Comeback again, holla para pembaca setiaku!Chapter 8 update!! Yeay!! Jangan lupa vote comment nya sobat.
Tunggu chapter selanjutnya yah!!
See you.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYLA'S LIFE
Teen FictionMenceritakan seorang gadis yang sangat membenci kehidupan nya, mengapa seperti itu?. Sebut saja namanya, KEYLANA SANDRA DWINATA. Hidupnya yang hancur membuat dirinya menjadi cuek, bahkan tidak memperdulikan keadaan di sekelilingnya. Masalah demi mas...