Chapter 12.

15 1 0
                                    

Apakah pantas jika kusamakan hidupku seperti sunset?  Yang Indah ketika dinikmati,  mendapatkan sebuah kebahagian walau dalam waktu singkat. Berhak kah aku mendapatkan kebahagian?
.
.
.
.

Mood Fadil mungkin sedang baik hari ini buktinya ia mengajakku ke pantai ancol,  meski sejujurnya aku masih belum mengerti mengapa ia mengajakku ke tempat ini. Padahal beberapa jam yang lalu sifatnya padaku begitu dingin dan cuek,  cowok satu ini memang aneh dan yang lebih anehnya lagi secara perlahan aku mulai terbiasa dengan sikap dan perlakuan Fadil padaku. Kami berjalan beriringan dengan salah satu tangan yang menenteng sebuah sepatu kami masing-masing, membiarkan telapak kaki kami dapat merasakan kasarnya pasir pantai.  Keadaan disini tidak cukup ramai hanya ada beberapa pasangan muda yang saling bergandengan dan tersenyum senang sembari menatap langit yang mulai menampakkan warna senja.

Aku mengehentikan langkah ku menatap pantai serta deburan ombak kecil yang membuat sedikit suasana pantai nampak hidup.  Ku lihat matahari yang seperti berada di ujung pantai dengan lambatnya matahati itu mulai turun seakan ia akan pergi tenggelam ke dasar pantai. Menyaksikan hal itu membuat hati ku serasa tenang dan nyaman,  seakan semua beban dan masalah yang ku pikul selama 17 tahun ini hilang di bawa pergi oleh sang Surya tenggelam bersama ke dasar pantai. Seketika aku berfikir mengapa hidupku ini sangat rumit bahkan orang dewasa saja mungkin tidak serumit ini hidupnya.

"Indah sekali bukan?" Ucap Fadil menyadarkan ku dari lamunan.

"Hm. "

"Sunset memang Indah,  namun sayang... "

Aku memalingkan wajahku menatap cowok yang berada tepat di sebelahku. "Sayang? Kenapa?" Tanya ku heran.

"Aku gapapa kok, sayang." Ia tersenyum jahil padaku.

Di kembali pada sifat aslinya. Menyebalkan.

"Oh."

"Lo suka Sunset?"

"Suka."

"Tapi gue gak suka dengan Sunset."

"Itu masalah lo."

"Lo gak tanya kenapa gue gak suka Sunset?"

Malas sekali sebenarnya untuk menanyakan hal itu padanya,  lagipula itu juga bukan urusanku. "Kenapa lo gak suka Sunset?"

"Karena Sunset suatu pemandangan Indah yang datang hanya sebentar hingga pada akhirnya pemandangan itu pergi dilahap oleh sang malam. Sama seperti hidup! Dimana kita menemukan seseorang yang dapat membuat kita bahagia,  tapi pada saat itu juga kita sadar bahwa tidak selamanya seseorang itu akan membuat kita bahagia. Ada kalanya kebahagian seseorang diuji dengan sebuah kejadian yang tidak diduga, sampai pada akhirnya kita hanya bisa menyesal dan menangisi kebahagiaan singkat itu sendiri."

Aku terdiam sejenak. Manusia macam Fadil yang ada dihadapanku saat ini bisa mengatakan hal seperti itu? Benarkan ini Fadil yang ku kenal?

Fadil memutar tubuhnya menghadapku, salah satu tangannya melepas sepatu yang sedari tadi ia jinjing. Setelahnya kedua tangan Fadil menyentuh pundakku, ia menatapku lekat namun penuh dengan kelembutan. Anehnya aku tenggelam dalam tatapan itu sehingga mataku enggan untuk berpaling.

"Keyla! Sesulit apapun masalah dalam hidup, lo.  Gue janji, gue gak akan seperti Sunset. Gue janji,  gue akan menjadi diri gue sendiri dan akan selalu membuat lo bahagia, gue rela menyerahkan dunia gue untuk menghapus semua masalah itu dan digantikan oleh kebahagian yang gue berikan. Gue janji. Lo adalah alasan dari setiap kebahagiaan gue, Key."

Dengan penuh rasa terharu dan juga geli secara bersamaan aku mendengarkan setiap bait ucapannya, sebenarnya ada apa dengan manusia ini? Apa mungkin ia kemasukan roh 'Si Manis Jembatan Ancol'.

Secepatnya ku lepaskan tangan fadil yang menyentuh kedua pundakku.  "Gila lo ya? Salah makan? Atau lupa minum obat? Gak paham gue sama omongan lo." Aku rasa ada masalah dengan otak Fadil,  aku pun langsung pergi berjalan lebih dulu meninggalkan nya.

"Eh! Gue udah serius ngomong nya."

"Gak perduli." Teriakku.

"Woy tungguin kali."

Aku menghentikan langkahku, Fadil berhasil meraih tanganku. "Lo dengar baik-baik ya! Meskipun lo berikan dunia lo itu untuk membuat hidup gue bahagia, percuma. Kenapa? Karena diri gue sendiri sudah lupa bagaimana caranya untuk bahagia."

"Maka dari itu tuhan menghadirkan gue dalam hidup lo bukan tanpa alasan,  beliau ingin melihat lo bahagia, dan kebahagian itu melalui gue."

"Benarkah tuhan ingin lihat gue bahagia? Kalau benar ia ingin gue bahagia,  seharusnya ia bisa memberikan kisah manis pada masa kecil gue,  seharusnya ia gak buat Mamah selalu sibuk sampai ia lupa dengan gue,  seharusnya ia gak buat orang tua gue bertengkar setiap hari sampai cerai dan gue kehilangan Papah. Begitu banyak kata seharusnya dalam hidup gue yang selalu gue minta sama tuhan,  tapi tidak ada satupun yang beliau kabulkan. Lalu masih pantaskah beliau dikatakan ingin melihat gue bahagia?  Kebahagiaan seperti apa yang ingin ia lihat?" Air mata yang aku kira gak akan pernah keluar di depan orang lain,  masalah yang aku pikir akan ku simpan selamanya seorang diri. Hari ini. Dijam ini, pada menit dan detik ini. Pada seorang lelaki yang baru saja ku kenal beberapa hari yang lalu, berhasil membuatku menumpahkan semua keluh kesah yang selama ini aku pendam seorang diri.

"Key... "

"Cukup, dil! Gue mau pulang." Sesak sekali rasanya,  ketika semua masa lalu yang menyedihkan itu kembali terngiang dan berputar-putar di otakku.

"Maaf."

"Antar gue pulang."

Tidak ada lagi yang bisa aku katakan semua ak yang ku pendam seorang diri selama 17 tahun tumpah pada sore ini. Kesedihan yang selalu aku anggap hal biasa justru menjadi semakin sesak sekali bahkan sangat sesak dan menyakitkan apalagi saat aku tahu bahwa hal itu aku katakan pada seseorang yang bahkan baru ku kenal beberapa hari.

Perjalanan pulang kami saling diam tidak ada yang bicara satu kata pun, ucaoan terakhirku yang begitu panjang membungkam mulut kami masing-masing. Mungkin itu jauh lebih baik setidaknya aku bisa berusaha untuk memulihkan keadaan ku kembali. Ya walaupun tidak sepenuhnya pulih,  karena aku sendiri tahu bahwa keadaan ku tidak akan membaik begitu juga diriku. Tidak ada yang menginginkan diriku pulih daru semua masalah ini.  Tidak tuhan. Tidak juga diriku

.
.
.
.
.
.

Fiks!!!  Malam ini mood author lagi bagus banget.  Sudah pukul  01.30 wib. Uhuuuu....

Ini chapter yang author suka, karena dichapter ini Keyla mulai terbuka...

Apa yang akan terjadi selajutnya? Nantikan yah.....

See you...

KEYLA'S LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang