Padahal bukan siapa-siapa...
"Kenapa kau tiba-tiba datang kesini?" tanya Sawamura pada sang istri yang baru saja datang ke ruang kerjanya di kantor polisi
(name) tersenyum nyengir. "Entahlah... Tiba-tiba saja aku merasa ingin bertemu denganmu," balasnya.
Mendengar ucapan itu membuat Sawamura tersenyum kecil. Ia lalu meminta (name) untuk duduk menunggu di sebuah sofa yang tersedia di ruangannya selagi ia menyelesaikan semua pekerjannya.
(name) menuruti permintaan suaminya. Sesekali ia memperhatikan Sawamura. Wajahnya tampak fokus sekali pada pekerjaan yang sedang ia geluti saat ini.
Tok tok tok
Seseorang mengetuk pintu dari luar. Sawamura mempersilahkannya masuk lalu tak lama setelah itu seorang pria bersama anak kecil masuk ke dalam ruangannya.
Sawamura yang kebingungan melihat ada anak kecil bersama rekannya itu mengerutkan keningnya sembari bertanya, "Ada apa? Siapa anak kecil itu?" tanyanya.
Dengan cepat rekannya itu membalas. "Seorang warga mengantarkan gadis kecil ini kesini karena ia kehilangan ibunya di taman bermain. Sepertinya karena terlalu fokus bermain secara tidak sadar ia terpisah dengan ibunya," terangnya.
Sawamura terkejut mendengar penjelasan rekannya. Bukan hanya dirinya, (name) juga sama terkejutnya dan bahkan langsung berdiri dari duduknya.
Sawamura berjalan mendekati gadis kecil itu lalu berjongkok dan memegang kedua pundaknya.
"Apa kau ingat kapan terakhir kali kau bersama ibumu?" tanyanya dengan nada lembut.
Bukannya membalas pertanyaan Sawamura, gadis kecil itu justru menangis sejadi-jadinya. (name) yang melihat itu berniat untuk mendekati anak itu untuk sekedar menenangkannya namun...
Greppp
...Sawamura lebih dulu memeluk gadis kecil itu lalu mengusap kepala dan punggungnya lembut.
"Jangan menangis... Paman di sini untuk membantumu. Paman pasti akan menemukan ibumu jadi jangan khawatir..." ucap Sawamura seraya menghapus air mata yang mengalir melalu pipi gadis kecil itu.
Perlahan tangisan anak itu mereda. Ia mulai menjelaskan kapan terakhir kali ia bertemu dengan ibunya. Selama anak itu menerangkan, Sawamura sesekali mengangguk-anggukan kepalanya tanda ia mengerti apa yang disampaikan oleh sang anak.
Setelah semua penjelasan itu selesai, Sawamura kembali memegang kedua pundak sang anak lalu tersenyum.
"Baiklah... Untuk menenangkanmu bagaimana kalau kita membeli sesuatu?" tanyanya, membuat gadis kecil itu kebingungan.
"Kau suka coklat? Paman tau toko coklat yang sangat enak di sekitar sini," sambung Sawamura.
Gadis kecil itu menatap antusias pada Sawamura. "Suka!" ujarnya semangat seolah kesedihannya sudah hilang.
Sawamura terkekeh lalu menggenggam tangan mungil anak itu. Ia melirik pada wanita yang sedari tadi memperhatikannya lalu tersenyum.
"Ayo, (name)."
(name) tersenyum mengangguk lalu ikut mengekor di belakang Sawamura dan gadis kecil itu.
***
Sesuai yang dikatakan Sawamura, ia membelikan gadis kecil itu coklat. Mereka lalu kembali ke kantor polisi dan diam di dalam ruangan Sawamura.
Setelah coklat itu ada pada genggamannya, gadis kecil itu langsung memakannya seolah ia tidak mau berbagi dengan siapapun.
(name) dan Sawamura tersenyum hangat menatap gadis kecil itu. Sesekali Sawamura mengusap surai sang anak dengan lembut.
"Kau sangat menyukai coklat ya?" tanya Sawamura. Gadis kecil mengangguk antusias.
"Ya, Paman! Aku sangat suka coklat! Hampir setiap hari ibu atau ayahku membelikan coklat untukku!" sahutnya girang. (name) yang melihat itu terkekeh.
Sawamura menatap lembut pada gadis kecil itu. Tersirat tatapan seorang ayah dari matanya saat itu.
"Jangan terlalu sering makan coklat... Nanti gigimu bisa rusak," terang Sawamura.
Gadis kecil itu kebingungan. "Memangnya keseringan makan coklat bisa membuat gigiku rusak?" tanyanya polos.
Sawamura mengangguk. "Tentu saja... Kau tau? Di dalam coklat itu ada pasukan jahat yang siap menyerang gigimu dengan senjata mereka. Mereka akan merusak gigimu kalau kau tidak melawan mereka," ujar Sawamura seolah mendongeng.
Gadis kecil itu menatap khawatir pada Sawamura. "Benarkah?! Kalau begitu bagaimana caranya agar aku bisa melawan mereka, Paman?" tanyanya dengan serius.
Sawamura mengusap kepala gadis kecil itu. "Kau harus rajin gosok gigi agar kau bisa melawan mereka. Kalau kau rajin gosok gigi, pasukan itu akan hilang dan tidak akan pernah datang lagi."
Gadis kecil itu mengangguk bahkan sampai mengepalkan tangannya. "Baiklah! Mulai hari ini aku harus rajin gosok gigi!" ujarnya, membuat Sawamura terkekeh.
Sedari tadi (name) terus merasakan kehangatan di hatinya, melihat Sawamura yang begitu akrab dengan anak kecil yang kini ada di dekatnya.
Untuk sesaat pikiran dan hatinya menyadarkannya akan satu hal.
Apakah nanti Daichi juga akan bersikap seperti ini pada anak kandungnya?
Tak lama setelah (name) memikirkan tentang hal itu, seorang wanita memanggil nama gadis kecil itu dari daun pintu. Wanita itu tidak lain adalah ibu dari gadis kecil itu.
Sawamura membukakan pintu. Gadis kecil itu lantas memeluk sang ibu dengan erat. Wanita itu berterima kasih banyak pada Sawamura yang sudah mau menemani putrinya hingga dirinya datang untuk menjemputnya.
Sawamura menerima ucapan terima kasih itu dengan senang hati. Setelah itu wanita itu pergi meninggalkan pasutri yang kini sedang menatap gadis kecil yang sedang menggenggam tangan ibu kandungnya.
Setelah kepergian mereka, Sawamura menatap sang istri yang berada di sampingnya.
"Kau menyukainya?" tanyanya. (name) lantas mengangguk.
Sawamura menautkan jemarinya pada jemari (name) lalu menggenggamnya erat.
"Kuharap kita akan segera mendapatkan anugerah terindah itu dalam waktu dekat," ujarnya, membuat (name) tersenyum ke arah Sawamura.
"Aku juga mengharapkan hal yang sama."
***
"(name)."
"Hm?"
"Kau ingin anak perempuan atau laki-laki?"
"Hmm... Aku ingin anak perempuan!"
"Kenapa?"
"Karena dia pasti akan sangat menggemaskan!"
"Kurasa anak laki-laki juga akan sama menggemaskannya dengan anak perempuan."
"Hehee... Intinya, apapun yang Tuhan berikan pada kita itu adalah yang terbaik."
"Kau benar. Istriku pandai merangkai kata rupanya."
"Tentu saja! Istri siapa dulu..."
"Istri Sawamura Daichi."
"Hihii... Seratus untuk Daichi!"
...tapi aku tidak menyangka Daichi akan menunjukkan sisi kebapaannya pada gadis kecil asing yang ia temui.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband {Sawamura Daichi}
FanficPerjalanan (name) menjadi Nyonya Sawamura dimulai dari sekarang. 🌹Sawamura Daichi x reader Haikyuu from Haruichi Furudate