KehendakNya

10K 593 12
                                    

Salma melangkah cepat ke sebuah rumah sakit bersama kedua mertuanya. Terlihat Adam tengah duduk tepat di depan IGD tempat korban kecelakaan itu dirawat sedang di sekelilingnya ada beberapa polisi, saksi mata dan pengendara lain.

"Mas!!" Salma langsung memeluk erat Adam, rasa khawatir itu begitu menyesakkan. Terlihat beberapa luka ringan di dahi dan tangan suaminya.

"Mas gak apa-apa. Jangan khawatir!" Adam menenangkan Salma yang terlihat memucat.

"Bagaimana kejadiannya?" Tanya Papa tenang sembari duduk di samping putranya.

"Mobil Honda itu melaju kencang dan tidak melihat saat penjual bakso itu menyebrang"

"Lalu Mas?" Tanya Salma khawatir.

"Mobil Mas juga terserempet sedikit hingga menabrak lampu merah."

Salma terus menggenggam erat tangan Adam saat polisi memberi beberapa pertanyaan. Mata Salma menatap seorang wanita dengan seorang balita di gendongannya yang tiba-tiba muncul, Wanita itu menangis sedih sembari menciumi kening putranya.

Salma hanya bisa menatap semuanya dengan linangan air mata terlebih saat seorang dokter paru baya keluar dari IGD memberi kabar buruk atas kematian penjual bakso keliling bernama Ardi itu.

"Kita pulang ya?" Tanya Adam membuyarkan lamunan Salma. Adam menatap arah tatapan Salma tertuju.

"Innalillahi wa inna'ilaihi rojiuun. Korbannya meninggal Mas!" Salma ikut menangis di dalam rengkuhan Adam.

(Qs Al baqoroh/156; 'orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" (Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali)

"Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kami lah kamu akan di kembalikan [QS. Al-Anbiya Ayat 35]" Adam membacakan sebuah ayat untuk menenangkan istrinya. "Mari kita pulang." Ajak Adam lagi.

"Boleh ana minta waktu sedikit Mas?"Pinta Salma membujuk. Adam hanya bisa mengangguk setuju dan akhirnya Mama pun meminta Adam untuk mengobati lukanya ke dokter sembari menunggu Salma.

"Mbak istrinya bapak penjual baksonya? Sabar ya Mbak." Hibur Salma memegang lembut pundak wanita itu. Wanita bermata kecoklatan itu terlihat jauh lebih cantik jika di lihat dari dekat.

Setelah lebih tenang, Salma mengajak Windy duduk menunggu proses selanjutnya dari perkara kecelakaan yang menimpa suami wanita 29 tahun itu, karna polisi masih akan melakukan beberapa pemeriksaan terhadap jenazah pria 32 tahun itu.

"Ardi hidup sebagai yatim dari usia 16 tahun, menghidupi diri sendiri semampunya dengan tetap menjaga kehormatannya sampai akhirnya Allah mempertemukan kami saat dia bekerja sebagai supir di keluarga saya. Ardi adalah pria terbaik yang saya kenal, bahkan saya tidak pernah menyesal di usir keluarga dan meninggalkan semua kemewahan hidup hanya demi menjadi mualaf dan menikah dengannya dan dari suami sayalah saya bisa mengenal Islam yang sebenarnya." Wanita berdarah india-cina itu diam membisu, tatapannya kosong. Menjadi janda beranak satu merupakan pukulan keras untuknya karna selama ini Ardi adalah segala tumpuannya.

"Lalu Mbak akan kembali kepada keluarga Mbak?"

"Apa Iman saya terlihat menyedihkan sampai harus menggadaikan akhirat saya hanya untuk kesenangan dunia yang semu? Mereka jelas akan memaksa saya kembali pada keyakinan saya."

"Maaf bukan maksud saya.."Salma menyesal karna salah berucap di depan wanita berkerudung itu.

"Tidak apa. Saya mohon doa nya saja agar bisa bertahan menghidupi si kecil Salman" Ujar Windy menatap kasihan putra di pelukannya. Salma menatap lekat kedua ibu-anak itu.

زوجتي( Zaujatii)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang