(Syair)
Menadah tanganku di bawah hamparan langit, memohon lalu mengemis serendah-rendahnya di kebesaran rahmat Ilahku atas limpahan kesabaran..
Bersujudku di penghambaan diri, memahami hikmah kehilangan Abdullah lalu menepis kesedihan, bersamanya kumenguat..
Suamiku...Sekelumit kisah sedih ini jadi saksi kisahmu denganku, Abdullah kecil pernah ada lalu jiwanya bukti penyatuan jiwaku jiwamu..
Adam tersenyum membaca syair yang baru di tulis kekasihnya. Seminggu telah berlalu sejak musibah perginya Abdullah namun tiada perubahan sedikit pun dari sikap dan senyuman Salma, masih tetap sama Salma nan ceria. Ujian itu tidak menambah selain ketaatan pada wanita berambut panjang itu.
"Uhibbuka fillah .."Bisik Salma sembari memeluk manja sang suami dari belakang. Dengan senangnya Adam segera berbalik untuk bisa menatap wajah teduh nan rupawan istrinya. "Alhamdulillah hari ini ada menu kari paha kambing kesukaan Abu Abdillah" Jelas Salma bersemangat. Seperti biasa, seulas senyuman Salma masih dan akan selalu mampu menggetarkan hati Adam.
"Jadi tunggu apalagi?!! kita makannn!!!" Ajak Adam segera menggendong Salma dan membawanya menuju ruang makan mereka. Di meja makan, Salma tersenyum bahagia melihat kelahapan suaminya hingga mengabaikan makanannya sendiri, sampai akhirnya suara bel pintu membuat Salma harus menyudahi kebersamaan dengan sang suami.
"Mas saja yang buka." Tawar Adam seraya bangkit namun Salma lebih cepat
"Ana saja yang lihat, Mas teruskan makannya." Ujar Salma beranjak dan Adam kembali melanjutkan. "Mas.." Panggil Salma lembut setelah kembali dari melihat sang pengetuk pintu dari balik kaca jendela. Adam menoleh dengan mulut penuh makanan.
"hmm..ssapaa ddaatang?" Tanya Adam bertanya sembari mengunyah makanannya. Salma tersenyum dan membersihkan sisi bibir suaminya dengan jemari kanannya.
"Windy. Boleh ana izinkan masuk Mas?" Tanya Salma berharap.
Mimik wajah Adam berubah serius seketika, Ada kegundahan yang tiba-tiba menyelinap.
"Mas.." Panggil Salma lagi.
"Ya!?"
"Diizinkan masuk?" Tanya Salma sabar membujuk.
"Ya." Akhirnya Adam mengangguk. Adam faham bahwa segalanya cepat atau lambat memang harus segera di selesaikan.
"Mas.." Salma kembali muncul setelah mempersilahkan masuk tamunya.
"Ya!" Sahut Adam terlihat terkejut, panggilan Salma telah membuyarkan lamunannya. Dengan tersenyum Salma mendekati suaminya, membelai wajahnya lembut.
"Alhamdulillah Windy menerima lamaran Mas." Jelas Salma masih terlihat tenang.
"Ya." Jawab datar Adam.
“Mana ada wanita yang bisa menolak suami dari Salma bintu Yazid ini.” Puji Salma sembari langsung memeluk erat suaminya, menyembunyikan sebuah rasa di hatinya, Rasa kehilangan yang tiba-tiba muncul dan bersegera menggerogoti keikhlasannya hingga Salma bersegera berta'awudz (minta perlindungan Allah) pelan dan beristighfar.
Astaghfirullohh..Uhibbika fillah Mas..Uhibbuka fillah...Bathin Salma masih memeluk erat Adam. Tidak ada kalimat lain yang bisa terucap dari bibir Salma maupun Adam, sepasang suami-istri itu diam dengan fikiran masing-masing.
* * *
Dikamar, Adam masih terdiam menatap keluar jendela, Adam sadar bahwa dia harus siap dengan segalanya karena Hari pernikahan itu telah ditetapkan bahkan sudah di umumkan pada masing-masing keluarga. Sebuah pernikahan sederhana yang hanya akan dihadiri keluarga Adam dan seorang paman Windy.
Terlihat di musholla, Salma masih terus membaca kalamulloh untuk menenangkan hatinya dan menghapus kegelisahan yang terkadang masih hadir, Salma harus mengikhlaskan apa yang telah di putuskan.
Sedang di sebuah rumah kontrakan, Sang calon pengantin wanita tengah menadahkan tangan dengan khusyuknya, "Jika ini baik untuk agama hamba dan putra hamba, maka mudahkan segalanya ya Alloh..."Lafaz doa terlantun dari bibir Windy yang terus mencoba untuk memantapkan hati dengan keputusannya.
Disudut sebuah kamar lainnya, ada gadis muda yang masih menyimpan Adam dihatinya tengah duduk dengan linangan air mata, menyadari bahwa Allah telah menentukan jodoh bagi hamba-hambaNya dan atas Adam Sungguh Hawa telah berputus asa dan menyerah. Hanya doa kebahagiaan yang terucap dalam hati rapuhnya sedang lisannya masih terus tertutup menahan isak tangisnya. Doa dua wanita telah menyempurnakan garis takdir seorang Adam akan akhir kepemilikan dirinya hanya untuk seorang Salma.
(Syair)
Kusembunyikan keserakahan diri dalam keikhlasan hati, membagi cinta untuk keberkahan cinta Rabbku..
Menangisi kepemilikan semu hanya membodohkanku, melemahkan ketenanganku sedang bahagia itu harta terbaik dambaanku..
Kini kuserahkan jiwa jua hatimu tuk terbagi, tawari kesempurnaan Sakinah bersama dua wanita nan berkhidmat padamu lalu disisimu slalu sandarkan kelemahanku..
Suamiku, Masaku hampir habis berdua denganmu lalu pernikahanmu ujian lain atas cintaku..
Berbahagialah kekasihku, harapku Rabb meridhoi untukku bersanding denganmu di keabadian Mawaddah dalam Firdaus..
KAMU SEDANG MEMBACA
زوجتي( Zaujatii)
روحانياتZaujatii.. Senja memerah diufuk bumi tidak lebih indah dari cantiknya rona di wajahmu.. Seperti sejuknya desiran angin, belaian tanganmu membawaku di keterlelapanku.. Hangat sinar mentari tak pernah mengalahkan hangatnya pelukanmu kala membujuk keri...