Wanitaku

9.2K 543 2
                                    

Langkah kaki Salma terhenti tepat di depan pintu dapur saat melihat Adam dan Hawa. Salma spontan mundur dan bersembunyi di belakang sebuah Almari hias, mendengar semua pembicaraan kedua sepupu itu.

"Kenapa Mas selalu menghindari Ana? Apa perasaan ana terlalu membebani Mas?" Tanya Hawa dengan tatapan dingin, menahan Adam yang terlihat tidak merespon. Dengan tenang Adam menuangkan air di gelasnya. "Bisakah sedikit saja Mas hargai ana di depan Mbak Salma. Ana tau ini tidak pantas, tapi selain Mas tidak ada ikhwah mana pun yang Ana impikan menjadi Imam untuk hidup Ana." Jelas Hawa tegas namun Adam masih tetap tidak menanggapi. Jantung Salma berdetak kencang, rasa iba dan cemburu bersamaan mencambuk di hati Salma, mendengar pengakuan Hawa dan  melihat keacuhan Adam, suami yang begitu hangat saat bersamanya namun berubah menjadi sedingin es saat di depan Hawa.

Salma terkejut saat Hawa menghalangi langkah kaki Adam dengan merenggangkan tangannya. Terlihat Adam menatap kesal ke arah sepupunya itu.

"Bertakwalah pada Allah saudariku! Kemana Muru’ah anty sebagai seorang Muslimah? jangan kotori hati Anty dengan mencintai pria seperti Ana terlebih ana sudah beristri. Masih banyak ikhwah yang mengharap seorang akhwat seperti anty untuk pendamping hidup mereka!" Jelas Adam menutupi kekecewaan atas sikap Hawa.

(Muru’ah merupakan sifat yang di miliki oleh manusia. Istilah ini dipakai dalam agama Islam dalam pengertian mengaplikasikan akhlak yang terpuji dalam segala aspek kehidupan serta menjauhkan akhlak yang tercela sehingga seseorang senantiasa hidup sebagai orang terhormat dan penuh kewibawaan.

Menurut Imam Mawardi, salah seorang tokoh mazhab Syafi’i, Muru’ah adalah :
“Menjaga kepribadian atau akhlak yang paling utama sehingga tidak kelihatan pada diri seseorang sesuatu yang buruk atau hina ”. Ibnu Qayim al-Jauziah mengatakan bahwa muru’ah berlaku pada perkataan, perbuatan, dan niat setiap orang. Orang yang dapat memelihara perkataan, perbuatan, dan niatnya, sehingga senantiasa berjalan sesuai dengan tuntunan agama, disebut orang yang memiliki muru’ah .)

"Bahkan Rasulullah tidak di bebani dengan hatinya yang condong pada 'Aisyah."

"Aisyah halal untuk Rasulullah, sedangkan posisi anty untuk ana? Tentu perbandingan itu tidak masuk akal! " Bantah Adam tegas.

"Jika begitu Halalkan Ana!" Tantang Hawa berani.

"Bertakwalah pada Allah Ukhty (saudara/perempuan)! Jangan sia-siakan hidup anty untuk mengharapkan pria jahil (bodoh) seperti ana. Perbaiki jiwa dan hati anty karena wanita yang baik tercipta untuk laki-laki yang baik! " Ujar Adam berlalu dengan raut wajah marahnya.

Salma masih terus menatap Hawa yang berdiri mematung. Tetesan air mata gadis berwajah bulat itu membasahi pipinya. Salma keluar dari persembunyiannya dan kembali ke kamar tempat Adam berbaring dengan menahan amarahnya. Perlahan Salma memegang lembut pundak Adam, membuat pria itu menatapnya. Salma tersenyum sembari menarik lembut hidung bangir suaminya.

"Syukron!" Ujar Adam lembut.

"Untuk apa?" Tanya Salma manja.

"Senyum Anty. Senyum yang selalu bisa menenangkan hati Ana." Jujur Adam menarik tubuh Salma lembut dan mendekapnya.

                                                                              * * *

(Syair)

Pernah merasa dia terlalu asing untukku, perlahan memasuki duniaku lalu memilihku menjadi wanitanya..

Pernah berharap semua hanya selaksa mimpiku, mengenalnya semakin mengenalnya laluku dalam nyata mulai mencintainya..

Pernah berfikir tak akan terbilang waktuku memahaminya , perhatian lalu ketulusannya mengikat erat kerinduanku padanya..

Pria itu kini milikku, menjagaku utuh disisinya laluku selalu ingin memilikinya..

Salma menjatuhkan pena di tangannya, tiba-tiba rasa nyeri melanda perutnya. Dengan menahan rasa sakit, Salma bersegera beranjak keranjang untuk memulihkan kondisinya.

'Izinkan dia hidup dirahim hamba ya Allah, hamba ingin merasakan detak jantungnya, gerakan lembut tubuhnya. Hamba mohon biarkan hamba menyempurnakan kehadirannya untuk suami tercinta hamba karna hanya itu yang bisa hamba lakukan untuk pria terbaik yang telah memilih hamba untuk hidupnya...' Bathin Salma sembari membelai lembut perutnya, memejamkan matanya dan membiarkan butiran air mata itu membasahi bantal tidurnya.

Salma terjaga dari tidurnya, Rasa nyeri itu membuat Salma terlelap hingga tidak bisa menunggu kepulangan Adam seperti biasa. Salma tersenyum sembari membelai wajah Adam yang kini telah terlelap di sisinya.

"Afwan karna tidak bisa menyambut kepulangan Mas." Ujar Salma pelan sembari beranjak untuk bercinta dengan Rabbnya.

Rasa nyeri itu kembali menyerang, membuat Salma bersandar pada dinding dapur.

"Mbak kenapa?" Tanya Hawa tiba-tiba datang menghampiri. Hawa membantu Salma duduk di meja makan. Terlihat butiran keringat dingin mulai membasahi kening Salma karna harus menahan rasa sakit.

"Ana tidak apa-apa. Anty Mau sholat Lail?" Tanya Salma berusaha tersenyum menutupi rasa sakitnya.

"Mbak lagi gak sehatkan? Ana bangunkan Tante ya?" Hawa terlihat khawatir.

"Jangan! Mbak baik saja insyaAllah. Temeni Mbak ngobrol ya siap sholat lail nanti?"

"InsyaAllah! tapi Mbak yakin gak apa-apa?" Tanya Hawa menyakinkan dan Salma mengangguk lemah.

Setelah menunaikan sholat malam, keduanya duduk di teras samping rumah. Lingkaran sempurna bulan menemani pembicaraan kedua wanita itu.

"Afwan untuk semuanya." Ujar Salma membuka pembicaraan. Hawa menatap heran wanita berhati lembut di sampingnya.

"Jangan membebani Ana dengan ucapan 'Maaf'. Mbak adalah wanita terbaik yang pernah Ana kenal. Semakin mengenal Mbak membuat ana sadar bahwa ana tidak akan bisa menyaingin Mbak sampai kapan pun."

"Allohumma laa tu aakhidzni bimaayaquuluun waghfirlii ma laa ya'lamuun waj'alnii khoiroon mimmaa yazhunnuun." Salma berdoa atas pujian Hawa padanya.

(Doa di atas diucapkan saat dipuji "Ya Allah janganlah Engkau menyiksaku karena ucapan mereka dan ampunilah aku terhadap apa yang tidak diketahui oleh mereka dan jadikan aku lebih baik dari yang mereka duga" HR Bukhori dan Al Baihaqi)

Dengan tulus Salma memegang tangan Hawa yang menatapnya canggung.

"Bahagianya jika ana bisa menjadikan anty bagian dari hidup Mas Adam. Berbagi dalam mengurusi dan mencintainya." Ujar Salma tulus namun Hawa langsung melepas tangan Salma.

"Sekarang Ana putuskan untuk menyerah atas Mas Adam. Tidak akan pernah ada tempat untuk ana selain adik di masa kecilnya. Tapi Ana lega karena wanita itu adalah Mbak, wanita yang ada disisinya." Jelas Hawa tersenyum lepas.

"Jika ada alat pendeteksi perasaan, Ana yakin perasaan ana pada Mas Adam tidak sebanding dengan perasaan Anty ke Mas Adam." Ujar Salma memancing.

"Mulai malam ini Ana akan mencoba mengikis perlahan perasaan Ana itu, dan Syukron untuk pengertian Mbak yang merelakan wanita lain mencintai suami Mbak." Hawa tersenyum menatap wanita berhati besar itu. Kedua wanita itu menatap Bulan diatas mereka, dua wanita yang hatinya terpenuhi seorang Adam.

Di kamarnya, Adam menadahkan tangannya untuk memohon pada sang pengabul doa.

"..Gantikan yang jauh lebih baik dari hamba di hidup Hawa, karna hamba tidak akan pernah bisa hidup dengan membagi hati ini. Hanya Seorang wanita yang penuh mengisi relung hati dan jiwa ini, istri hamba, wanitaku Salma..."

 




زوجتي( Zaujatii)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang