(SYAIR)
Lauh Mahfuz telah tertetapkan adil sebelum penciptaan ragaku ragamu..
Menggulirkan kisahku bersamamu di bawah kemegahan kanvas langit dalam kehalalan..
Kala ruhku terlepas dari jasad, masihkah ada kisahku denganmu sayang? (Salma tersenyum sembari melanjutkan goresannya)
Lalu Sungguh kepastian hak tunggal Rabb..
Harapan berkabut keserakahan slalu berakhir di pembaringan akhir seorang hamba, tiada yang benar-benar termiliki termasuk diri jua hatimu suamiku..
Di pucuk keikhlasan ini kugadaikan keimanan lalu kuputuskan bersegera siap untuk segalanya..
Salma meletakkan penanya dan menatap wajahnya di depan sebuah cermin oval, menghela nafas panjang dan tersenyum. Di balik pintu Adam memberanikan diri menemui permaisuri hatinya.
"Assalamu'alaykum.."
"Wa'alaykumussalam warohmatulloh. MasyaAllah suami Ana tampan sekali. Betapa beruntungnya ana selama ini." Ujar Salma tersenyum sembari merapikan Jubah putih yang menutupi tubuh Adam.
Hening...Kala Adam memegang lembut tangan istrinya sembari terus menatap dalam wajah cantik itu, begitu juga Salma melakukan hal yang sama, menatap suaminya dalam kebisuan sampai akhirnya Salma melepas genggaman tangan Adam dan tersenyum bangga sembari merapikan penutup kepala putih yang dipakai Adam.
"Hmmm ini salah satu hari terbaik ana.." Ujar Salma menutupi kebimbangannya.
Bisakah aku mengembalikan waktu dan memintamu menjadi satu-satunya wanita untukku? satu-satunya hanya dirimu sayangku!!, Bathin Adam sembari terus menatap istrinya.
"Uhibbuki fillah." Adam mengecup kening Salma lembut sebelum keluar dari kamar mereka untuk mengucap janji suci dengan calon istri keduanya, meninggalkan Salma dengan air matanya yang mengalir perlahan.
"Ana uhibbuka fillah suamiku.." Balas Salma dengan suara parau saat Adam telah berlalu pergi.
* * *
Salma melepas nafas panjang sebelum menghampiri Windy di kamar tamu rumah mereka yang sudah di hias Salma sebagai kamar pengantin sang suami. Hasil riasan wajah Salma membuat Windy terlihat semakin anggun dan cantik dengan setelan jubah brukat dan cadar putihnya. Dengan keikhlasan Windy memenuhi permintaan Salma dan Adam untuk berhijab dengan menutup seluruh tubuhnya termasuk wajahnya.
"Akadnya akan dimulai" Ujar Salma muncul dengan membawa segelas susu untuk diminum sang pengantin.
"Mbak yakin?” Tanya Windy untuk terakhir kalinya sebelum Salma menyesali semuanya, penyesalan karena berbagi suami dengannya.
Salma tersenyum tenang, merapikan penampilan Windy.
“Mbak dak boleh gugup ya?!” Ujar Salma mengabaikan ucapan calon sahabatnya itu.
“Ya, Saya begitu gugup seperti pernikahan pertama saja." Jelas Windy mencoba tersenyum di tengah perasaannya yang campur aduk.
Dengan tersenyum Salma memegang tangan Windy, bersama keduanya mendengar seksama Perjanjian halal Adam atas diri Janda cantik itu.
"Dengan tetap menghormati suami pertama Mbak, anggap juga ini seperti pernikahan pertama Mbak. Saya mohon bahagiakan suami saya dengan menjadi istri soleha untuknya. Berikan apa yang tidak bisa saya beri untuknya." Pinta Salma tulus dengan menahan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
زوجتي( Zaujatii)
روحانياتZaujatii.. Senja memerah diufuk bumi tidak lebih indah dari cantiknya rona di wajahmu.. Seperti sejuknya desiran angin, belaian tanganmu membawaku di keterlelapanku.. Hangat sinar mentari tak pernah mengalahkan hangatnya pelukanmu kala membujuk keri...