Sebuah Anugrah

9.1K 603 14
                                    

Adam menggenggam erat tangan Salma saat memasuki rumah kedua orang tuanya. Terlihat Sang Mama yang tengah memasak di dapur bersama Hawa sembari sesekali kedua wanita itu berbincang ringan.

Setelah memberi salam dan memeluk mertuanya, Salma menyapa ramah sepupu suaminya itu sedang Adam terlihat meminta izin pada sang Mama atas niatnya menetap sementara.

"Mbak sehatkan?" Tanya Hawa sembari melirik sekilas ke arah Adam yang sama sekali tidak menganggap keberadaannya. Salma memahami kecanggungan kedua sepupu itu.

"Alhamdulillah sehat. Lagi Masak apa ni?"

"Tante yang masak, ana lagi buat jus aja!" Jelas Hawa melanjutkan kupasan mangganya.

"Mau dong Request. Jus alpukat dengan campuran minyak zaitun!" Pinta Salma manja.

"Gak eneg Mbak?"

"Hmm eneg pastinya tapi di enakin aja, soalnya bukan buat Ana aja ni!" Ujar Salma mengedipkan sebelah matanya.

"Untuk Mas Adam juga? bukankah Mas Adam gak suka alpukat ya?"

"Hmm..." Salma melirik Hawa dengan senyuman.

"'afwan Mbak!" Ujar Hawa merasa tidak enak hati. Salma memegang lembut pipi Hawa dan tersenyum kembali, mencoba selalu memahami perasaan hati Hawa.

“Wajar toh Hawa faham, kan kalian besar bersama.” Sambung Mama ringan.

“Bener sekali. Hawa ni lho Ma, mudah gak enakkan ya?!” Balas Salma yang kemudian pamit membereskan barangnya di kamar.

Sembari menunggu jus buatan Hawa, Salma duduk di ruang keluarga dengan tersenyum-senyum, membelai sayang perut kecilnya. Dari balik pintu, Adam melihat semua prilaku Salma yang dianggap aneh oleh Adam.

'Tidak mengapa harus hidup tanpa penerus, tidak mengapa walau selamanya tidak mendengar panggilan 'Abi' dari mulut seorang anak, karena menjadi suaminya adalah salah satu hal terbaik dan membahagiakan untukku, memilikinya sebagai istri telah menyempurnakanku sebagai seorang laki-laki', bathin Adam bermonolog.

FlashBack...

"Nuntut ilmu di madinah sudah, tinggal cari istri ni yang belum!" Sindir Ayyub pada kedua pemuda di sampingnya yang baru kembali ke Indonesia seminggu yang lalu.

(Catatan; Madinah dahulu disebut

“Yatsrib”, karena orang yang pertama kali menghuni tempat itu adalah orang yang bernama Yatsrib bin Qoniyah bin Mahlaa’il bin Irom bin Ubail bin Iwadh bin Irom bin saam bin Nuh -Shallallahu alaihi wasallam-. Tatkala kota itu didatangi dan dihuni oleh Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-, maka beliau menamainya dengan “Thoibah” dan “Thoobah” yang berarti “Bau Harum”. Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- ganti dengan nama tersebut, karena beliau tak senang dengan kata “Yatsrib” yang bisa bermakna “celaan” atau “perusakan”, Demikian yang dinyatakan oleh Al-Imam Yaqut bin Abdillah Al-Hamawiy  rahimahullah- dalam kitabnya yang berjudul Mu’jam Al-Buldan (4/337) dari seorang Pakar Bahasa, Abul Qosim Az-Zajjajiy -rahimahullah -. Madinah juga disebut dengan “Madinatur Rasul” (Kota Rasul) -Shallallahu alaihi wa sallam-. Selain itu, Madinah biasa juga disebut dengan Madinah Nabawiyyah (Kota Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-). Adapun Al-Madinah Al Munawwaroh, maka ia adalah penamaan orang-orang belakangan.)

"Iya ni, waktu di bandara Jakarta Akhi Adam uda niatin itu. Ya kan Akhi (saudara laki-laki)?!" Fadhil mengingatkan namun Adam masih terlihat diam.

"Wah tepat sekali waktunya! soalnya banyak Akhwat (perempuan) lagi cari suami, kata istri Ana sih! " jelas Ayyub bersemangat.

"Akhi Adam kemarin sempet ditawari akhwat Madinah, tapi kayaknya lebih cinta produk dalam negeri hee..."Jelas Fadhil menghangatkan suasana dengan tawa ringannya.

زوجتي( Zaujatii)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang