Sentuhan dan Air mata

2.8K 146 24
                                    

Sentuhan dan Air Mata

Dengan langkah ragu, Windy menghampiri Adam yang terlihat memejamkan matanya.
Ada apa dengan hati ini? Bagaimana dada ini masih terus saja berdebar saat melihatnya?, Bathin Windy perlahan duduk disisi Adam yang masih terlihat terlelap. Ingin rasanya Jari-jemarinya menyentuh dan membelai lembut wajah Adam seperti biasa saat Adam tidak sadarkan diri, namun Windy menjadi begitu meragu.
"'Afwan sudah membuat anty cemas selama ini." Ujar Adam tiba-tiba masih dengan mata terpejam hingga membuat Windy terkejut.
Adam membuka matanya perlahan, menatap wanita di sampingnya dan tersenyum perlahan.

Hening....
Keheningan sesaat yang hanya menawarkan terkaan atas semua kisah kita, kisahku dan wanita baruku...
Raut sayunya seakan menerjang penebusan dosa atasku, rasaku...
Janjiku atasnya di bawah janji besar Rabb menagih bahagianya, patutkah? Haruskah? Atau biarlah?!
Maaf atas segalanya wanitaku, wanita keduaku...

"Mas butuh sesuatu?!"Tanya windy mencoba memecah keheningan dan mencairkan suasana.
"Bagaimana kabar putra sholeh (InsyaAllah) kita di rumah? Rasanya tidak sabar menemuinya." Jelas Adam menyambut pencairan suasana kaku di antara mereka.
Windy terlihat menunduk lama tanpa menggubris ucapan suaminya itu. Jemari tangannya terlihat memegang erat ujung khimarnya, ada sesuatu yang membuncah yang Windy butuh bicarakan dengan suaminya tanpa bisa tertunda lagi, namun lidahnya terasa begitu kelu karna Windy sadar Adam masih dalam tahap pemulihan.
"Apakah ada yang ingin anty bicarakan?" Tanya Adam menebak, Windy hanya menggeleng lembut dengan air mata yang mengalir di kebisuannya. Adam mengerti, Adam memahami itu semua, namun keanehan yang dirasakan pria itu membuatnya ragu ingin menghapus air mata di wajah cantik itu, di wajah wanita yang telah dinikahinya atas permintaan Salma, wanita pengisi hatinya.
"Biiisssaaa...biisaakaahh..bisaakah kita akhiri semuanya?" Tanya Windy terbata-bata masih mencoba menahan sisa-sisa air matanya.

Deeeggg....
Adam terdiam kaku, mengerti maksud tujuan pembicaraan istrinya itu. Namun belum sempat berucap,
Deeeggg...
Adam menoleh saat merasakan sentuhan jemari Windy menyentuh tangannya, tatapan mata cantik itu begitu menyiratkan kesedihan mendalam.
Dan semuanya mulai tak terbendung saat Windy mulai menangis tersedu sembari menciumi jemari Adam.

Astaghfirulllah..begitu dalamkah luka yang telah hamba ciptakan dihati wanita ini hingga dia tidak sanggup terus disisi hamba ya Allah?! Begitu dzolimkah semua yang telah hamba lakukan pada istri hamba ini?! Apa yang harus hamba lakukan ya Rabb?!, Adam mencoba menenangkan Windy namun menjadi begitu canggung dan meragu hingga akhirnya Adam memilih membisu, membiarkan Windy meluapkan semua beban hatinya dengan tangisan.

"Ada apa ini?" Tanya Mama Adam yang tiba-tiba muncul hingga membuat Windy dengan cepat bangkit dan melepaskan tangan suaminya.
Tatapan tajam yang sama dari mertuanya,  membuat Windy mundur dan beranjak dari sisi Adam

Deggg...
Windy tertegun lama saat merasakan tangannya digenggam, Adam menahan Windy dengan genggaman eratnya.

"Windy adalah istri Adam Ma, tolong perlakukan dia dengan baik." Pinta Adam dengan mata memelas.
"Istri apa?! Klo kamu mau beristri lebih dari satu, kenapa tidak Hawa saja? Kok malah perempuan yang gak jelas asal usulnya." Jelas Mama Adam dengan ketusnya sembari menatap benci menantunya.
"Ma..." Salma tiba-tiba muncul karena mendengar kericuhan dikamar rawat suaminya. Spontan Mata Salma menatap genggaman tangan Adam pada tangan Windy, hingga membuat Adam menyadari dan melepas pelan genggamannya.
"Ma, tiba-tiba Salma lapar ni, bisakah temani Salma makan siang?!" Pinta Salma dengan idenya untuk menetralkan kembali suasana. Tanpa bicara panjang, Sang mertua terlihat melangkah keluar menuruti keinginan menantu tersayangnya dan mengakhiri pertemuan panasnya dengan Windy.

                             * * *

Di Resto....

"Kenapa makanannya cuma diaduk-aduk saja?!" Tegur Mama saat melihat Salma Mengaduk-aduk makanannya.
"Ah iya Ma hee.." Salma pun mulai melahap makanannya tanpa nafsu.
"Bisa-bisanya Adam mengatakan hal itu! Duh Mama gemes banget!!" Celoteh Mama masih dengan rasa kesalnya.
"Maafin Salma Ma, semua karena Salma. Salma tidak pernah memikirkan perasaan Mama dan kami memutuskan semuanya (pernikahan Adam-Windy) sendiri." Jelas Salma yang hanya di respon dengan helaan nafas panjang wanita paruh baya itu.
“Sudahlah. Semua sudah terjadi , sekarang fokus ke calon cucu Mama dan kesembuhan Adam, yang lainnya gak usah di gubris!” Celoteh Mama.

زوجتي( Zaujatii)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang