Bukan 'Aisyah

7.6K 452 17
                                    

(Syair)

Ego laksana penghambaan terhina atas nama cinta, melepas lilitan erat resah, kuberusaha tak terluka...

Hadiah sang malam berlalu di kesunyian pembaringan, sendiri nikmati selimut gelisah, kuterjaga...

Liku takdir hentak kelemahan jiwa, ingin seperti 'Aisyah kutakan bisa, bersembunyi dalam balasan ridhoNya untuk kisah lain dalam cinta..

Gulita tutupi pandangan raga, keterlelapan membuai namun Sang Penguasa Alam slalu terjaga tuk menanti penghambaan insan, kupasrah...

Disujud nan panjang kubercinta dalam kekhusyukan, kembali bernaung dibalik RahmahNya, kumenenang...

Salma menahan goresan penanya, termenung sesaat. Tatapan mata Windy pada Adam telah menggores naluri cemburunya, Salma sadar kini ada cinta untuk Adam di sana, dari mata teduh nan cantik istri lain suaminya itu.

FlashBack...

Salma di undang Windy ke rumahnya untuk makan siang bersama, dan di sana Adam juga tengah menanti kehadiran istri pertamanya itu.

Di meja makan itu telah terhidang beberapa lauk termasuk masakan kesukaan suami mereka. Selayaknya sebuah keluarga kecil yang bahagia, suasana makan terlihat begitu hangat terlebih Salma selalu berhasil membuka pembicaraan serta mencairkan suasana  di antara mereka. Dan kini Salma bisa melihat jelas kesungguhan dan ketulusan Windy melayani suami mereka.

"Mas mau Ayam juga?" Tawar Salma tanpa melihat ke arah Windy yang ternyata tengah memegang piring Adam untuk diisi lauk dan pauk. Adam menatap sendu istri pertamanya tanpa bisa berbuat apa pun, dan dengan cepat Salma langsung meraih sepotong tempe goreng untuk di suapkan pada putra  kecil Windy agar suasana kembali hangat dan tidak terlarut dalam kecanggungan.

"Hmm enaknya masakan Ummi ini, semoga sering-sering aja ‘Amma di undang hee.." Puji Salma tersenyum, mencoba menutupi selipan rasa sedih di hatinya.

"Kapan aja lho.." Jawab Windy tersenyum senang.

“Kapan-kapan kita masak bareng ya Mbak?! Mau juga di ajarin masakan yang enak-enak lho!” Tawar Salma senang.

“InsyaAllah, kapan aja.” Balas Windy hangat.

Salma mencoba mengalihkan perhatiannya pada Putra kecil Windy yang tengah melahap sendiri makanan dari tangan kanannya yang mungil, saat menyadari Windy begitu fokus melayani Adam di meja makan itu, memberi kesempatan untuk kehangatan hubungan pengantin baru itu. Namun Adam masih tidak bisa melepas tatapannya dari Salma, merespon pembicaraan Windy yang duduk di sampingnya dengan hati yang tertuju penuh pada wanita berlesung pipi di hadapannya.

Apakah kamu sedang cemburu sayangku? Apakah ada sedikit saja rasa cemburumu itu untukku permaisuriku?..bathin Adam masih menatap Salma lekat.

Now..

Belakangan ini, entah kenapa Salma merasa tubuhnya begitu lemah dan mudah lelah. Setelah menyimpan syairnya di laci meja, Salma pun beranjak keranjang untuk segera merebahkan tubuhnya. Seperti biasa, Salma meraih sebuah buku untuk membantu mengantarnya pada rasa kantuk.

(Saat Cemburu Menyapa

Cemburu merupakan tabiat wanita. Ini juga dialami para istri Rasulullah dan sahabiyyah yang lain. Namun tentu saja, kecemburuan ini tidak serta-merta membutakan hati mereka. Bagaimana dengan kita?

Cemburu tak hanya milik lelaki, tapi juga milik kaum wanita. Bahkan, wanitalah yang dominan memiliki sifat yang satu ini karena merupakan tabiatnya. Perasaan cemburu ini paling banyak muncul pada pasangan suami-istri. (Kitab Fathul Bari)

زوجتي( Zaujatii)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang