Chap 10 : Hukuman

1.1K 81 6
                                    

"Yaampun sayang, kenapa wajah sama tangan kamu bisa seperti ini, Nak?" tanya Fiona dengan raut wajah khawatir saat Alana memasuki rumah bersama dengan Arka dan juga Gavin.

"Ini cuman luka kecil Bun. Bunda gak usah khawatir ya," jawab Alana seraya tersenyum lembut ke arah Fiona.

"Jawab pertanyaan Bunda dengan jujur sayang," ucap Fiona dengan sorot mata yang khawatir.

"Tadi Princess di bully Bun," jawab Gavin mendahului Alana.

"A-apa? Bagaimana bisa? Terus siapa yang udah berani ngebully putri nya Bunda, Gavin?" tanya Fiona.

"Ceritanya panjang Bun. Intinya Princess di bully sama Fiona dan juga antek-antek nya demi melindungi Lisa," jawab Arka yang membuat Fiona menutup mulutnya tak percaya.

"Siapa yang dibully?" tanya Reza yang baru saja pulang dari kantor.

Fiona yang mendengar suara Reza pun segera menghampiri Reza dengan air mata yang sudah mengalir.

"Sayang, kamu kenapa nangis?" tanya Reza sambil mengusap air mata sangat istri.

"Putri kita mas, putri kita jadi korban bully. Aku gak sanggup lihat dia terluka mas," ucap Fiona dengan lirih.

"Apa?" ucap Reza terkejut. Dengan segera dia menghampiri Alana yang berada di samping Arka. Dan kemudian Reza pun langsung mendekap Alana erat.

"Maafin Papa sayang. Papa gak becus jagain kamu," ucap Reza.

"Pa, jangan bicara seperti itu. Papa adalah pahlawan terbaik yang aku punya," lirih Alana.

"Dan kamu putri terbaik yang Papa punya selama ini, maafin Papa ya kalau Papa punya salah sama kamu," ucap Reza sambil meleraikan pelukannya dan kemudian mencium kening Alana singkat.

"Arka, Gavin, kalian berdua masuk kamar terus istirahat ya, biar Papa sama Bunda yang obati Princess," kata Reza.

"Iya Pa," jawab Arka dan juga Gavin hampir berbarengan.

"Fiona, kamu jagain putri kita, biar aku hubungi dokter terlebih dahulu," kata Reza yang diangguki oleh Fiona.

"Bunda, Bunda kenapa menangis?" tanya Alana.

Fiona pun terus menggelengkan kepalanya. "Bunda gak sanggup lihat kamu terluka sayang," lirih Fiona.

"Bunda, bunda jangan khawatir. Buktinya aku baik-baik aja kan?" kata Alana sambil tersenyum manis.

"Gak sayang, kamu terluka. Lihat, pipi kamu merah, pasti ini bekas tamparan? Terus ini juga tangan kamu memerah, pasti terkena air panas kan? Maafin Bunda sayang. Bun—

Ucapan Fiona pun terpotong dikala Alana memeluk dirinya erat.

"Bunda, aku mohon jangan nyalahin diri Bunda sendiri. Bunda, adalah ibu terbaik yang aku punya setelah kepergian mama. Alana sayang sama Bunda, jadi aku mohon sama Bunda, Bunda jangan nyalahin diri bunda sendiri, aku gak mau lihat bunda bersedih karena aku," lirih Alana.

"Maafin bunda ya sayang. Bunda juga sayang sama kamu," kata Fiona sambil meleraikan pelukannya dan kemudian mencium kening Alana lama.

* * *

Setelah diobati oleh dokter tadi, Alana pun langsung mengistirahatkan dirinya di kasur, serta di temani oleh Fiona.

"Sayang, mau bunda bacakan dongeng hm?" tanya Fiona.

"Bunda, aku bukan anak kecil lagi ya," balas Alana sambil mengerucutkan bibirnya.

Fiona pun terkekeh kecil melihat tingkah Alana. "Bunda bercanda sayang. Oh iya, bunda penasaran, Lisa itu siapa sih? Kenapa kamu sampai rela melindungi dia?" tanya Fiona.

My Possessive Stepbrothers [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang