"Hey anak muda, kau masih hidup kan?''
Dari tempat yang sedikit jauh, Jiraiya berseru, memanggil Naruto yang terlempar dengan punggung menghantam dinding batu. Suara benturannya membuat Jiraiya mengeryit. Pasti menyakitkan, tapi pria tua itu tidak bergeming dari tempatnya berdiri dan sama sekali tidak terlihat berniat membantu Naruto yang tengah mati - matian bertarung dengan makhluk layaknya monster dan memang makhluk itu adalah monster bukan layaknya lagi.
Jiraiya bukannya tidak ingin membantu. Dia tahu kemampuannya tidak akan bisa untuk mengalahkan Kyuubi. Awalnya dia masuk ke dimensi dimana Kyuubi ditahan hanya untuk menghindar dari serangan Orochimaru dan Jiraiya tidak berniat berlama - lama berada di tempat ini, tapi tanpa di duga malah ada pria aneh yang entah bagaimana bisa masuk ke dalam dimensi yang dibuat oleh para elf hitam ini.
Dari tempatnya berdiri, Jiraiya terus mengamati bagaimana Naruto terus berusaha menghadapi Kyuubi yang semakin ganas dengan serangan ekor sembilannya. Dalam hati cukup kagum karena Naruto terlihat mampu bertahan dari setiap serangan Kyuubi. Selain itu Jiraiya juga mengamati pergerakkan Kyuubi. Ekor sembilannya melecut layaknya cambuk api, menghantam dan menghancurkan apa saja yang terkena sabetannya.
Semua serangan itu jelas - jelas ditujukan pada Naruto yang masih susah payah menghindari.
"Tuan.. kau benar - benar tidak ingin membantu!''
Sosok Naruto kini terjebak di tengah pusaran api yang di buat oleh Kyuubi. Pedang hitam di tangannya digunakan untuk menangkis semburan api yang diarahkan padanya. Membuat aliran api itu terbelah tidak sampai mengenai tubuhnya. Dilihat dari sisi manapun tidak ada kesempatan untuk Naruto bisa memenangkan pertempuran ini.
"Sial,'' gumam Jiraiya ''Apa yang ada di bocah ini sampai Kyuubi benar - benar menginginkannya?''
Sekali lagi suara ledakan dan benturan keras terdengar. Salah satu bagian dinding batu runtuh saat tubuh Naruto terlempar dan terbenam di sana.
"Kau sama sekali tidak punya kesempatan untuk bisa mengalahkannya,''
Naruto terengah - engah. Berusaha keras menahan tubuhnya tetap berdiri dengan satu lutut bertumpu di tanah. Sebelah matanya terpejam, menghindari darah yang mengalir dari kepalanya memasuki mata. Melirik ke samping, melihat Jiraiya yang masih diam dan tidak melakukan apapun sementara Kyuubi terus mengamuk di hadapannya.
"Biarkan Kyuubi memasuki tubuhmu!''
"Apa? Apa kau gila orang tua?'' Sentak Naruto dari kejauhan.
Jiraiya menggertakkan giginya saat mendengar Naruto memanggilnya orang tua. Pelipisnya berkedut ingin memaki. Dia memang tua, tapi jika ada yang memanggilnya seperti itu terang - terangan ternyata rasanya sungguh mengesalkan.
Naruto juga sama kesalnya. Dia bertarung mati - matian melawan Kyuubi dengan pedang yang katanya bisa melukai monster itu tapi nyatanya jangankan melukai, mendekati monster itu saja sepertinya tidak mungkin sementara Jiraiya hanya menonton dari jauh.
"Kau akan mati jika terus bertarung dengannya,'' seru Jiraiya dari kejauhan.
"Lalu apa dengan membiarkannya memasuki tubuhku, aku tidak akan mati?'' Teriak Naruto.
Jiraiya menggaruk pelipisnya dengan ujung telunjuk ''Ya... mungkin,'' jawabnya ragu.
Kali ini Naruto yang menggertakkan gigi. Pria tua itu ternyata tidak berguna. Mungkin dia salah sudah jauh - jauh datang ke tempat ini. Nyatanya disini dia hanya mengantar nyawa.
"Apanya yang 'mungkin'?'' Geram Naruto.
"Kalau kau terus bertarung dengannya kau pasti mati, tapi jika membiarkan Kyuubi menempati tubuhmu mungkin kau masih bisa hidup,''
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAY LIGHT
RandomNaruto harus mengambil kembali semua miliknya yang hilang. Kehormatan, harga diri dan kerajaannya. Tapi, apa dia juga mampu mendapatkan kembali cintanya. Naruto @ Masashi Kishimoto.