7

1K 85 10
                                    

Angin semilir dengan sinar matahari keemasan menjadi pemandangan biasa di kerajaan Eirene. Dunia para elf selalu menjanjikan keindahan tersendiri yang tak akan mudah berubah meski waktu ratusan tahun terlewati. Hutan hijau di sepanjang pegunungan dengan air terjun deras memukul bebatuan adalah gambaran nyata dari ungkapan keindahan. Sungai mengalir di sepanjang lereng, meliuk melewati setiap cekungan tanah yang menjadi jalannya.

Kastil bernuansa putih dengan bebatuan sebagai struktur utama pembentuknya tampak kontras diantara hijaunya pepohonan di sekeliling. Kastil kerajaan Eirene berada di salah satu lereng bukit. Menjadi sebuah entitas ganjil nan mencolok yang begitu berbeda dengan sekitarnya.

Uchiha Fugaku, berdiri di ruangan pribadinya. Memandangi keadaan luar istananya dari ketinggian. Ruangan luas yang hanya berisi satu meja bundar dari batu pualam putih dengan dua buah tempat duduk yang juga terbuat dari batu. Tirai jendelanya berwarna putih juga dengan aksen emas menambah sedikit warna. Hanya ada satu benda berwarna menyolok di ruangan itu. Setangkai bunga mawar merah dalam vas yang berdiri di atas rak pendek yang juga terbuat dari batu menjadi warna terang diantara serbuan warna pucat nan menenangkan yang memang menjadi ciri bangunan kastil itu.

Sang raja elf terdiam cukup lama disana. Kedua tangan berada di belakang punggung. Hembusan angin menggerakan helaian rambutnya yang panjang. Pun menggerakan jubah panjang kebesaran yang membalut tubuhnya. Raut wajahnya putih bersih, standar untuk bangsa mereka yang dikarunia keindahan paras dan fisik sempurna, juga umur panjang melebihi semua makhluk lainnya.

Ekspresi wajahnya tetap tenang, kendati beberapa waktu belakangan ini terjadi peristiwa yang jelas bisa mengganggu ketenangan hidup mereka. Fugaku tentu tidak akan lupa dengan peperangan besar yang terjadi seratus lima puluh tahun yang lalu. Peperangan yang ditandai dengan bunga emas di kerajaannya mengering. Sama seperti yang terjadi beberapa waktu lalu sebelum dirinya dan para tetua memperkuat pagar pembatas di dunianya.

Seratus lima puluh tahun terlewat. Fugaku berpikir peristiwa mengerikan itu tidak akan terjadi lagi. Tapi tidak disangka, dia mengalaminya lagi. Dan kali ini dia yang harus mengambil tindakan untuk melindungi semua kaumnya, seperti yang dilakukan raja terdahulu.

Tanpa sadar kedua tangan Fugaku mengepal erat di kedua sisi tubuhnya begitu ingatan - ingatan masa lalu membanjiri kepalanya. Bagi manusia, mungkin waktu ratusan tahun itu lama. Cukup lama untuk melupakan semua kenangan buruk dan menyakitkan hingga tak bersisa. Tapi untuk makhluk sepertinya yang dikarunia umur panjang, waktu seratus tahun hanya seperti kedipan mata. Satu kedipan mata, dan semuanya berubah. Satu kedipan mata dan dia melihat banyak perubahan. Satu kedipan mata dan kehancuran menjadi pemandangan selanjutnya. Dan untuk kali ini Fugaku tidak lagi berpikir panjang, dia sudah mengambil keputusan.

"Ayah memanggilku?''

Seseorang datang memasuki ruangan. Berhenti di ambang pintu, menunggu sang pemilik ruangan menyuruhnya masuk. Meski sebenarnya tidak perlu karena jelas memang Fugaku yang menyuruhnya datang.

"Masuklah Itachi''

Bariton berat mengalun. Mengalirkan perintah pada pria muda yang kini tanpa ragu memasuki ruangan dimana sang raja elf berada.

Membungkuk hormat begitu berhadapan dengan Fugaku. Seulas senyum diberikan. Dari matanya yang tajam juga helaan napas lelah Fugaku, Itachi, pria muda itu sudah tahu bahwa ada hal yang kurang baik telah terjadi. Mengingat adiknya, Sasuke, yang ditugaskan untuk menyelidiki di dunia manusia sudah kembali dan sepertinya membawa kabar yang meresahkan.

"Sasuke sudah kembali. Apa ada masalah serius?'' Itachi sedikit berhati - hati saat bertanya. Wajah Fugaku terlihat dipenuhi kekhawatiran.

"Kita akan ke Valheim'' Fugaku sudah sepenuhnya menghadap Itachi. Memperhatikan wajah putranya yang nampak terkejut dengan kelopak mata yang sedikit melebar.

GRAY LIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang