epilog

634 56 5
                                    

" MESKIPUN CERITA INI TIDAK SEBERAPA DENGAN CERITA LAINNYA YANG LEBIH FANTASTIC,  AKU HARAP TEMAN-TEMAN BISA MENINGGALKAN VOTE ATAU BAHKAN COMMENT SEBAGAI BENTUK DUKUNGAN UNTUK CERITA INI.

JIKA TIDAK KEBERATAN, AKU HARAP TEMAN-TEMAN
BISA MEMFOLLOW AKUN-KU SEBAGAI BENTUK
DUKUNGAN UNTUK-KU. TERIMA KASIH.
(kamu bisa minta untuk feedback) "

Warning!
RenjunShuhua Area!

Ini adalah cerita pertama tentang Renjun dan Shuhua yang aku buat. Semoga suka dan mohon maaf atas penulisan yang kaku, tidak rapi, atau bahkan typo.

Sebisa mungkin aku melakukan yang terbaik dan tidak mengecewakan pembaca.

Happy reading...

••••

"Selamat tuan, anaknya laki-laki dan lahir dalam keadaan sehat juga normal."

Pernyataan sang dokter yang tersenyum senang mampu memberi kelegaan pada setiap tarikan nafas Renjun. Pria itu mengucap syukur sepelan mungkin lalu menatap sendu pada Shuhua yang penuh keringat juga terengah-engah.

"Hei, kamu berhasil. Jagoan kita lahir dengan baik,"

Suara dalam Renjun yang menarik atensi Shuhua membawa wanita itu kembali ke daratan. Setelah melahirkan dengan penuh tenaga, mendapat kata penyemangat dari Renjun yang selalu mendampinginya, lalu mendengar suara tangisan dari bayi yang sembilan bulan di dalam rahimnya, Shuhua seketika merasa melayang.

Shuhua tersenyum tipis mengangguk, merasakan kehangatan pada setiap permukaan bibir Renjun yang menyentuh dahinya lama.

Tidak satu detikpun Renjun menyesali apa yang dia lakukan. Nyaris penuh perubahan. Renjun menggenggam erat tangan Shuhua, mengusap pelipis sang istri yang penuh dengan keringat.

Mungkin ada sebuah keuntungan dimana Jaemin yang memaksa Renjun untuk ikut mendampingi Shuhua menjalani proses lahiran. Dirinya merasa sangat penuh akan banyak emosi, menyaksikan sendiri bagaimana perjuangan seorang wanita dalam melahirkan buah hatinya.

Lalu ditengah-tengah proses itu, Renjun berpikir; apa yang akan terjadi jika dia tidak menemui Shuhua? Apakah wanita tegar ini akan melahirkan dengan sendiri tanpa didampingi sosok suami?

Renjun merasa harus selalu bersyukur saat itu.

Lalu suara tangis yang mengalun indah di ruang persalinan, Renjun merasa kembali jatuh cinta pada Shuhua. Mungkin, dirinya semakin jatuh cinta pada sang istri—dan juga pada sang anak.

"Nyonya Huang akan kami pindahkan ke ruang inap," seruan sang perawat itu mengembalikan kesadaran Renjun yang semula menatap wajah berseri Shuhua.

Mengikuti arahan perawat yang mendorong brankar Shuhua keluar ruangan. Renjun mengikuti, hingga di depan pintu dirinya berdiam diri. Dia menunduk, mempasrahkan diri saat air mata yang dia tahan mulai membasahi pipinya.

Di kursi tunggu ada Jaemin, Haechan dan juga Somi. Tersenyum lebar saat atensi mereka menangkap keadaan Shuhua yang baik-baik saja.

"Shuhua, oh my god! Ayo ayo kita langsung ke kamar," efek tengah hamil yang dialami Somi, wanita itu sedikit heboh dan menarik Haechan untuk memgikuti Shuhua.

[✓] When We Hurt | Renshu ft. SaeronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang